31. Bandung I'm in Love

529 65 0
                                    

Suara alarm berbunyi begitu nyaring. Suara itu sampai mengganggu pendengaran Bi Anah. Ia segera menanggalkan jejaknya ke kamar Rui.

"Non, non Rui ..."

Pintu diketuk beberapa kali oleh Bi Anah, tak ada jawaban dan hanya ada suara alarm di dalamnya. Serasa pintu tak terkunci, Bi Anah memasuki kamar Rui. Tak nampak Rui yang tertidur di atas kasur, hanya mendapati alarm yang tengah berdering terus menerus.

"Non, Non Rui?"

Seorang gadis berpakaian rapih keluar dari sebuah ruang ganti pakaian. Banyak pakaian berjejer di sana, layaknya melihat sebuah butik besar dengan pakaian super bermerk kelas dunia.

"Bi Anah?"

"Aduh, maaf Non. Bibi liat pintu gak dikunci. Alarm bunyi terus, Bibi takut Non terganggu."

Ruina tersenyum depan Bi Anah.

"Gak apa-apa kok Bi."

Rui sibuk memakai arloji ke tangannya. Bi Anah melotot melihat Rui dari ujung kaki hingga kepalanya. Ia sesekali menatap jam dinding di kamar Rui beberapa kali.

"Non Rui, mau ke mana udah serapih ini?" Pertanyaan Bi Anah membuat Rui tersenyum. Akhirnya Rui membagi kebahagiaannya pada Bi Anah dan menceritakan pertemuannya dengan Deon di Bandung. Ia menceritakan bahwa Deon sengaja datang ke Bandung untuk menemuinya. Dari ceritanya, Ruina terlihat seperti orang yang paling bahagia di dunia.

"Em, jadi gitu. Kapan Bibi bisa liat Den Deon Non? Aduh, bibi gak sabar mau ketemu Den Deon."

"Em Rui gak yakin Bi. Bibi tau kan Papa itu gimana, Rui takut." Rui memegang pergelangan tangan Bi Anah dengan cemas.

"Non, jika Non suka sama seseorang, sukai lah. Non udah dewasa, berhak mencintai juga dicintai. Asalkan orang itu baik buat Non, kenapa harus Non takut?"

"Kalau mereka tanya Rui ke mana hari ini, Rui mohon bilang Rui pergi sama Sean ya Bi?"

"Kenapa Non gak bicara yang sebenarnya aja Non?"

"Butuh waktu Bi."

Rui bertemu Deon di salah satu halte Bus. Selama perjalanan, mereka terus tersenyum merekah tanpa ada sesuatu apapun yang mengganjal kebahagiaannya. Rui bukanlah Rui yang dulu. Sering keluar masuk club malam, bar, bahkan Rui hampir pernah ikut-ikutan balapan liar di jalan. Tapi sekarang, Ruina berubah menjadi lebih baik dan mengerti akan kehidupan berkat pengalamannya di Rusia bersama Deon.

Sampai di Tempat Pemakanan Umum. Deon mulai melangkah membawa seikat bunga untuk ditaruh di pusara kedua orangtuanya. Deon menatap pekat nisan bertuliskan nama orang terkasihnya sebelum ia menjatuhkan air matanya di sana. Di tempat yang agak jauh, Rui memperhatikan Deon sejenak. Air mata yang Deon keluarkan kali ini benar-benar berbeda dengan mimpi buruk yang pernah Deon alami di Moskow. Rui ikut haru melihat peristiwa itu. Sejenak, Deon membuat ia sadar, kalau mencintai dan saling peduli pada keluarga utuh yang masih ia miliki sangat penting dari apapun. Deon telah kehilangan sesuatu yang berharga baginya, tapi ia tak pernah kehilangan cinta yang terus tumbuh dari hatinya di setiap hari.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DI BALIK JENDELA MOSCOW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang