AEPETE #13

3.1K 380 97
                                    

"Pha?! "

Ketika namanya keluar dari mulut  wanita paruh baya didepannya,  pha sangat terkejut.  25 tahun, dan jae masih mengingat dirinya. Hal ini menimbulkan desiran halus dirongga dada pha.  Bagaimana tidak? Wanita yang sangat dihormatinya itu masih mengingatnya padahal waktu sudah berlalu begitu lama.

Pha tersenyum lembut. " Halo bibi.  Senang bertemu denganmu lagi "  suara pha bergetar.  Begitu lama waktu yang dibutuhkannya sehingga ia bisa kembali bertemu dengan jae.  Seseorang yang selalu pha ingat nyanyian pengantar tidurnya.  Tangan dan pelukan hangatnya, Pha tak pernah berhenti merindukan itu.

Pha berjalan mendekat,  begitu juga jae yang matanya mulai memanas dan berkaca kaca.  Tangan jae terangkat.  Secara perlahan menyentuh wajah pha.  " Bagaimana mungkin kau sudah sebesar ini nak ? " air mata jae jatuh. Begitu juga dengan pha.  Rindu yang sudah lama ditahan itu membuncah tampa bisa dikendalikan lagi.  Keduanya berpelukan.  Hanya suara tangisan yang terdengar.

"Bibi,  begitu tega bibi meninggalkanku" pha berujar disela tangisannya.

Jae menggigit bibirnya, menahan tangisnya untuk keluar lebih kencang.  Ia mengusap pelan punggung lebar pha.  Menggeleng pelan. 

" Maafkan bibi,  tidak ada yang bisa bibi lakukan.  Keadaan memaksa bibi untuk pergi.  Hari itu tidak ada pilihan lain untuk bibi selain pergi meninggalkanmu"

Jae merenggangkan pelukannya. Ia memegang wajah pha dan mengusap lembut pipi pha.  " Syukurlah kau tumbuh dengan baik.  Bibi tidak menyangka kau sudah sebesar ini sekarang. "  jae tersenyum dan membawa pha untuk duduk.  Tangannya tak henti menggenggam tangan besar pha.

" Kau sudah menikah nak? "

"Belum bibi"

" Belum menikah? Kenapa? "

" Tidak ada yang menginginkanku bibi" pha tertawa kecil.

Jae memicingkan matanya " Sekarang kau sudah bisa membohongi bibi? "

"Hahaha aku serius bi.  Tidak ada yang mau menjadi istriku"

" atau kau yang menolak mereka? "

Pha tersenyum

"aku tau itu,  pasti kau yang menolak mereka.  Sikap dingin dan cuekmu tidak pernah berubah ya"

" aku hanya merasa belum menemukan seseorang yang tepat bibi "

Pha mengedarkan pandangannya,  tiba tiba sesuatu menarik perhatian pha.  Sebuah foto yang digantung didinding restoran. Jae dengan seorang anak laki laki yang tampan. 

" Siapa yang bersama bibi di foto itu? " pha bertanya tampa menoleh pada jae.  Anak itu mengingatkannya pada seseorang.

jae mengikuti pandangan pha.  Jantungnya tiba tiba bergemuruh.  Jae memainkan jari jarinya dengan gelisah.  " Anak bibi" jae menjawab datar.

" Anak bibi?  Bibi sudah menikah? "  pha mengalihkan pandangannya pada jae.

"u,um sudah" 

Pha menekuk wajahnya.  " sayang sekali aku tidak hadir dihari bahagia bibi "  suara pha terdengar pelan.

" Maafkan bibi na"  jae menatap bersalah.

"aku mengerti bi. Mana suami bibi?  Bisakah aku bertemu dengannya? Anak bibi? "

" Suami bibi sudah meninggal,  anak bibi sudah menikah. Sekarang dia tinggal bersama suaminya. "

Love And HateWhere stories live. Discover now