AEPETE #24

901 121 40
                                    

"Maaf, kami tidak bisa menyelamatkannya " dokter itu berucap dengan menyesal.

" Calon bayi anda sudah meninggal dunia "

Ae hampir saja luruh kelantai jika nut dan phanit tak memegang ae dengan erat. Ia kesulitan menerima fakta bahwa dia baru saja kehilangan calon bayinya.

Ae memegang jubah dokter itu dengan erat. " i,istri saya. Bagaimana keadaannya dok ? Ku,kumohon katakan bahwa dia baik baik saja" ae bertanya dengan raut wajah paling menyedihkan yang pernah ada.

Dokter itu berpaling lemah. " Kondisinya parah. Dia memang sudah melewati masa kritis. Tapi kita tak yakin dia bisa bertahan malam ini. Berdoalah semoga tuhan memberikan keajaiban. Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin " Dokter itu mengusap pundak ae pelan. Turut bersedih.

Ae terjatuh. Dia menangis dengan keras. Menumpahkan segala kehancurannya. Tak cukup kehilangan sang calon bayi, ae mungkin akan kehilangan pete juga. Ae tak sanggup menghadapinya. Lirih tangis ae menyayat siapa saja yang mendengar.

Tak ada yang menduga hal pahit ini akan terjadi. Termasuk nut dan phanit yang tak menyangka bahwa dia akan kehilangan cucunya. Sebentar lagi. Padahal tak butuh waktu lama lagi untuk cucu cantik mereka itu lahir. Tapi tuhan berkata lain. Tuhan mengambilnya lebih dulu.

" apa ? Apa yang dokter itu katakan ? Apa yang terjadi dengan anak dan cucuku ?! " Jae yang baru saja datang langsung histeris. Begitu dia dapat kabar mengenai pete, dia langsung berangkat ke bangkok.

Jae berlari kearah ae. " Ae ibu salah dengarkan ? Pete sebenarnya baik baik saja kan ?"

Ae menggigit bibir, air matanya tumpah begitu saja. Lidahnya kelu, tak mampu menjawab pertanyaan jae.

Melihat ae yang tak mengucapkan apapun dan hanya menangis, Jae terduduk lemas.

Ia kemudian mencengkram erat kerah baju ae. "kau! Kau harusnya menjaga anakku dengan baik!! Kenapa kau membiarkan anakku terluka. Ae! Katakan ! Kenapa kau membiarkan cucuku meninggal! " jae berteriak histeris.

Nut dan phanit tak kuasa menghentikan tangisan seorang ibu yang terluka.

" Setelah aku memberikan satu satunya hal berharga yang kupunya padamu. Harusnya kau menjaganya dengan baik, Ae!! " Air mata jae mengalir deras. Sungguh terluka hati seorang ibu yang mendapat kabar anaknya sedang tidak baik baik saja

Ae tak mampu berucap. Ia hanya tertunduk dalam, tak sanggup mengangkat kepalanya dihadapan ibu mertua.

" Jae.... Ae juga tak menginginkan ini semua terjadi. " Ucap nut dengan suara bergetar. Ia mendekat, memeluk jae dari samping. menengadahkan kepalanya, nut mencoba menahan air matanya untuk tidak tumpah.

Cengkraman tangan jae dikerah ae terlepas.Menangis dengan histeris. Memeluk nut erat.

" Maaf jae. Harusnya aku menjaganya dengan baik. "

Nut mengusap punggung jae. Berharap usapan itu bisa sedikit menenangkan hatinya " Tuhan menyayanginya jae. Karena itu dia mengambil cucu kita lebih dulu. Dan pete dia pasti akan baik baik saja. Kau ibunya, Kau pasti tau pete anak yang kuat kan ? Aku tau dia akan bertahan. Anakmu itu anak yang kuat. Dia bisa melalui ini semua. Percaya padanya jae. Dia tidak mungkin meninggalkanmu dan kita semua begitu saja. "

******

Pete dimasukan keruang ICU. Ae yang sudah mengenakan gaun terusan berwarna hijau (baju luar yang disediakan untuk pembesuk) menyeret langkahnya dengan gontai mendekat kearah pete.

Bau obat, suara menderu dari alat dan bunyi monitor langsung menyambut ae. Dan tentu petenya yang terbaring tak sadarkan diri membuat hatinya jauh lebih tercabik cabik. Hatinya sakit melihat selang selang penunjang kehidupan itu terpasang ditubuh pete.

Love And HateWhere stories live. Discover now