Chapter 26

971 100 24
                                    

Bagi Ae berpacaran adalah sesuatu yang membuang buang waktu dan melelahkan. Lebih tepatnya dia tidak tertarik. Dia tidak pernah memiliki perasaan romantis pada wanita manapun. Inilah yang melatar belakangi ae akhirnya tak pernah berpacaran.

Tentu saja kedua orang tuanya khawatir. Ketika usianya menginjak 25 tahun. Nut selalu mengatur kencan untuk ae dengan semua putri temannya yang masih lajang. Tapi tidak ada yang berhasil.

Ketika mengetahui perasaan putri udownkwekanjana -Chompoo- terhadap Ae. Timbullah pembicaraan mengenai pernikahan di antara dua keluarga Yang sudah bersahabat lama. Ae tak mempermasalahkan hal itu. Toh suatu saat nanti dia akan menikah. Lebih baik menikahi seseorang yang sudah ae anggap sebagai adiknya dari pada menikah dengan perempuan yang akhirnya tidak ae cintai. Begitulah ae pikir -pada awalnya-

Tapi semua itu berubah ketika ae bertemu dengan Pete. Ae masih ingat dengan jelas pertemuan pertamanya dengan pete.

Hari itu cuacanya cukup panas. Pete menangis seorang diri di tepi jalan. Matanya bengkak. Bulu matanya yang panjang basah oleh air mata. Hidungnya merah. Seperti hidung rusa. Untuk beberapa saat ae membeku menatap wajah Yang begitu cantik itu. Ae terpesona.

Saat itu ae menyeletuk di dalam hatinya. Dia.. Cantik!

Pertemuan hari itu berdampak besar untuk ae. Untuk pertama kalinya ae merasakan perasaan yang aneh. Jantungnya kerap kali berdebar. Wajahnya memanas tiap kali ia berbicara dengan pete. Dan pikirannya penuh tentang pete. Dia selalu ingin bertemu dengan pete kapanpun dan dimanapun. Melihat wajah cantik dan senyum manis yang selalu pete tujukan padanya. Atau sekedar berbincang kecil. Ae menyukai semua. Dia menyukai saat dia bersama pete. Dan secara tidak sadar, ae sudah jatuh cinta pada pete.

Di tengah perasaannya yang bergejolak, ae melakukan kesalahan besar yang mungkin bisa ia sesali seumur hidupnya. Malam itu saat ae pulang mabuk, ae tidak sengaja 'meniduri' pete. Dari situlah semua tragedi terjadi.

Esok harinya ae terbangun tampa pete di sebelahnya. Ketika dia mengingat semua hal yang telah dia lakukan semalam pada pete. Wajah Ae pucat pasi. Dia sudah melakukan hal buruk pada pete dan menyesali semuanya. Ae bergegas bangkit, hendak mencari pete untuk memohon pengampunan. Bayangan pete membencinya membuat ae ketakutan setengah mati.

Ae melihat catatan kecil yang ditinggalkan pete di atas nakas.

'Ae maaf, ini salah. Ayo lupakan semuanya. Dan anggap ini tidak pernah terjadi di antara kita'

Begitu pesan yang ditinggalkan pete.

Catatan yang tidak berdosa itu seketika remuk. Ae tidak bisa melakukan sesuatu seperti itu. Bagaimana pun juga mereka telah melakukannya. Bagaimana mungkin ae bisa berpura pura tidak terjadi apapun diantara mereka ?

Ae berlari ke kamar pete. Dan secara tidak sengaja mendengar percakapan Jae dan pete.

"Apa kamu menyukai ae nak ?"

Ae membeku di balik pintu kamar. Jantungnya berdetak kencang. Ia harap harap cemas akan jawaban yang dilontarkan pete.

"I,ibu... Apa yang ibu katakan ? Tidak.. Aku tidak menyukai ae!. Bagaimana bisa aku... "

Tangan ae yang berada di awang awang dan hendak mengetuk pintu jatuh begitu saja.

Seolah bukan jawaban itulah yang dia inginkan.

Hati ae begitu terluka. Dan sekali lagi itu adalah perasaan asing yang tak pernah ae rasakan sebelumnya. Namun kali ini berbeda. Terasa amat sangat menyakitkan. sampai ae kesulitan menahan rasa sesak di dadanya.

Semua perasaannya seketika bercampur aduk. Karena itukah pete memilih untuk menganggap apa yang baru saja terjadi tadi malam tidak pernah terjadi ? Karena pete tidak mencintai ae ? Amarah dan kekecewaan menyatu dalam tubuh ae.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love And HateWhere stories live. Discover now