Jisoo tersenyum mencoba mengerti. Mengelus rambus si maknae dan membiarkan si maknae satu ini malnjutkan kalimatnya.

"Ketika cinta itu datang, mereka akan merebut kewarasan yang ada pada dirimu. Kau akan rela melakukan apa saja dengan alasan cinta. Bahkan kau alan bersikap bodoh. Kau membiarkan jiwa mu sakit demi seseorang yang mungkin saja tak melakukan hal yang sama. Ketika cinta itu datang, seluruh fokus kita akan tertuju padanya tanpa memperhatikan diri kita sendiri. Cinta adalah kebahagiaan? Itu hanya omong kosong belaka"

Sudah tidak ada lagi air mata, hanya saja tatapan kosong itu kembali. Dan Jisoo paham titik permasalah yang Lisa alami, ia terlalu meng-iya kan kemaunnya.

"Tidak semua cinta seperti itu" Jisoo menggoyangkan bahu Lisa agar setidak nya Lisa fokus padanya. "Kalau kau merasa sepertk itu, berarti cinta mu itu tidak sehat. Kau tahu kan bahwa segala yang tak sehat harus ditinggalkan? Jika sudah sakit, harus disembuhkan" Jisoo tersenyum kala mata Lalisa membola.

"Apa.. apa harus me-meninggalkan?"

"Kalau kau masih kuat, kau bisa tetap tinggal. Tapi kau juga harus siap dengan resikonya"

"Bagaimana jika sakit itu bertambah?"

"Ada dua cara Lalisa. Menyembuhkannya atau membiarkannya memakan mu hidup-hidup"

Lalisa terdiam, bingung atas opsi mana yang harus ia pilih. Lisa tahu, semua tindakan memiliki resiko. Ketika Lisa memilih opsi menyembuhkan, ada kemungkinan gagal dan malah bertambah parah. Sementara opsi kedua membiarkannya dimakan hidup-hidup akan membuatnya terlihat sangat bodoh.

"Bicarakan dengan Jungkook baik-baik. Bicarakan dengan kepala dingin, aku yakin Jungkook mencintaimu dengan tulus"

"Siapa sih antagonis yang sebenarnya?" Lisa kembalu meneteskan air mata. "Aku harus percaya sama siapa? Eunha atau Nancy? Siapa yang jahat sebenarnya?" Lisa memeluk Jisoo erat, lelah sebenarnya berpura-pura tersenyum dan babagia di depan semua orang.

"Kenapa Jungkook gak masuk? Gimanapun juga, Jungkook yang udah buat kamu masuk ke perasaan itu kan?" Jisoo berdiri lalu keluar dari kamar Lisa.

Entah kenapa ia merasa sangat bodoh karena ia bertindak bijak disaat dirinya sedang ada masalah.

Entah kenapa kata-kata yang ia katakan tadi untuk Lisa menampar dirinya sendiri, bukankah Seokjin sangat jahat?

Disaat Jisoo sangat sayang padanya, laki-laki itu hilang entah kemana tanpa alasan. SeokJin membiarkan Jisoo bersahabat dengan rindu dan keraguan yang tentunya tidak enak.

Tok..Tok..Tok..

Jisoo tersentak dan berlari ke pintu utama. Dilihatnya ada seorang wanita disana dengan kertas ditangannya. Jisoo tak mengenalnya, karena sebelumnya wanita ini belum pernah datang ke dorm BlackPink.

"Maaf, apa benar aku Kim Jisoo?"

"Iya, ini saya. Maaf, anda siapa?"

"Aku Jang Mina, tadi aku bertemu seseorang yang ingin mengirimkan pesan kepadamu" wanita Jang ini memberi selembar kertas yang tadi digenggamnya.

"Kau sudah ditunggu di taman" dan setelahnya wanita Jang itu pergi begitu saja.

Jisoo menutup pintu dan kembali duduk di sofa. Membaca selembar kertas yang tadi diberikan untuknya.

Dear My pika-Chu

Aku tahu kalo aku udah bikin kamu sedih tiga bulan terakhir ini.

Aku di taman biasa, maukah kau datang?

Pacarmu yang menyebalkan,
Kim SeokJin

Jisoo meneteskan air matanya. Rindu yang selama ini ia pendam, apakah akam terbayar hari ini?

Fakestagram [BLACKBANGTAN]Where stories live. Discover now