bagian 2 : berbicara dengan hujan

181 46 8
                                    

Suara petir menggelegar dengan sangat hebat lalu disusul oleh rintikan hujan yang turun deras mengguyur bumi serta isinya. Gadis yang kini sedang berbaring diatas ranjangnya dengan senyum yang mengembang pun segera berjalan menuju jendela kamarnya dan dengan tangan tangan mungilnya itu ia membuka tirai jendela kamarnya dengan sumringah.

Terlihatlah rintikan hujan deras yang berjatuhan menimpa setiap helai daun pepohonan diluar jendela kamarnya, gadis itu tersenyum melihat rintik demi rintikan air yang berjatuhan kebumi yang menghadirkan kenyamanan. Dia sangat suka hujan karena menurutnya hujan adalah teman terbaik, mendengarkan rintiknya setiap kali jatuh kebumi seperti mendengar alunan musik terbaik.

Gadis itu tetap memandangi jendelanya dengan senyuman yang tidak pernah pudar seraya menempelkan telapak tangannya ke kaca jendela yang mulai dipenuhi oleh tetesan air hujan.

"Hujan, sudah lama aku bercerita tentang ka Shiva kepada mu, kamu kenal dia kan? Kamu pasti kenal karena kamu yang menemani dia tergeletak dipinggir jalan dikala itu. Aku kangen dia hujan! aku kangen! kangen sekali hiks...hiks" teriak Shafa menggema di seluruh sudut dikamarnya tetapi teriakkannya kalah dengan suara derasnya hujan diluar sana.

Flashback on

Suatu malam disebuah kamar berdiri perempuan cantik rambutnya yang panjang dibiarkan terurai, postur tubuh yang menjulang tinggi bak seorang model dan bola mata yang berwarna coklat muda yang menambah aura kecantikan diwajahnya itu dan tidak terlupakan pula senyuman yang manis tergores dibibirnya
dia adalah Shivana Aurelia Husein.

Shiva menghampiri gadis kecil yang berada disofa samping tempat tidurnya, gadis itu sedang mendengarkan musik menggunakan headphone seraya menulis sesuatu di diary kesayangannya yang berwarna merah jambu.

"Shafa" panggil perempuan cantik itu tetapi Shafa tidak mendengar panggilan kakak perempuannya itu karna ia sedang fokus menulis.

"Ishh Shafaaaa..deeee...Shafaaa..." ucapnya kesal sambil menggoyang goyangkan tubuh adiknya itu, adiknya yang tersadar pun akhirnya menjawab.

"Apa si ka ganggu aja deh" omel Shafa sambil membuka headphonenya yang bertengger ditelinganya lalu menaruhnya dileher jenjangnya

"Iya iya maaf ya adik ku sayang, ka Shiva cantik ga malam ini? ada yang kurang ga ? ka Shiva cocok ga pake ini?" tanyanya bertubi tubi, Shafa yang pusing dengan pertanyaan kakaknya itu akhirnya memasang wajah terkejut palsu.

"Huh iya cantik, cantik banget pokoknya perfect" Ucap Shafa membuat kakaknya tersenyum lebar

"Oh iya Btw ka Shiva mau kemana tumben rapih begini?" tanya Shafa

"Kaka mau dinner sama Gibran" Ucapnya dengan nada bahagia dan senyum lebar menghiasi bibir merah mudanya.

"Ohh yauda ka Shiva hati hati ya, nanti kalo ka Shiva udah pulang tidurnya disamping Shafa ya" ucap Shafa sambil memeluk kakak perempuannya itu, Shiva hanya tersenyum melihat tingkah adiknya itu seraya membalas pelukan Shafa dengan erat.

"Iya ka Shiva janji, yauda ka Shiva pergi dulu ya"

cup...

Dikecupnya kening Shafa dan entahlah kenapa rasanya sesak seperti kecupan itu adalah kecupan terakhir kakaknya untuk dirinya.

Setelah Shiva berpamitan kepada orang orang yang ada didalam rumahnya, kemudian terdengarlah suara klakson mobil dan itu sudah pasti Gibran sang pacar dan ia pun langsung pergi menghampiri pacarnya.

Malam itu Shiva diajak ke club oleh Gibran dan Shiva dipaksa untuk meminum alkohol dan akhirnya Shiva pun meminumnya setelah Shiva tidak sadarkan diri Shiva dibawa menuju apartemen Gibran yang tidak jauh dari club itu.

SHAFANA |HIATUS|Where stories live. Discover now