29 : I' m Your Light

2.7K 380 73
                                    

“Kenapa kau menangis terus, eoh? Kau tidak suka oppa pulang?” tanya Jimin lembut.

Sejak setengah jam lalu, kala ia menginjakkan kakinya kembali pulang ke rumah, Mina tak berhenti menangis dan terus memeluk Jimin erat, seolah tak akan pernah melepaskan pelukannya dari tubuh pria berotot itu. Sempat gemas sendiri, kini Jimin tersenyum lembut, mendekap adiknya erat yang masih saja menangis sembari terus memanggil namanya. Sementara Jimin hanya bisa terkikik pelan melihat kelakuan adiknya yang sangat menggemaskan itu.

Hiks ... Oppa~ hiks .... Oppa benar-benar sudah sembuh, kan?” Lagi, menanggapi pertanyaan retorik Mina malah membuat Jimin tertawa pelan, setelahnya ia dekap adik manisnya makin kuat serta memberikan kecupan bertubi-tubi di puncak kepalanya.

“Aku sudah sembuh, Mina. Lihat, kan? Buktinya aku sudah disini. Maafkan aku ya, kau pasti mengalami masa-masa sulit.” Mina menggeleng kuat, lega dalam hatinya setidaknya ia sudah benar-benar yakin kalau Jimin sudah sembuh dari kelainannya itu.

Untuk beberapa menit, dalam waktu yang cukup lama, hanya suara tangisan Mina yang terdengar memenuhi seisi rumah. Namun, segalanya berubah saat Jimin menyadari sesuatu, “Tunggu, kau terlihat lebih gemuk. Dan ... Ini?” Jimin menyentuh perut adiknya yang sudah sedikit membuncit itu.

Mina menatap tangan Jimin yang bertengger di perutnya, ia usap sisa air matanya lalu kembali mendongak menatap kakaknya, “Aku mengandung anak Taehyung, oppa.” Senyuman Jimin melebar berikut matanya yang membentuk bulan sabit, perasaan aneh membuncah dalam dirinya.

Ah jinjja?! Kau benar-benar hamil?” ujar Jimin tak percaya, dan ia hanya mendapat anggukan pelan dari Mina. Jimin mendekap Mina lagi, kali ini sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya pelan karena gemas.

Ah, akhirnya aku akan menjadi paman. Kau tumbuh dengan cepat, eoh?” Jimin mengacak rambut Mina pelan saking senangnya. Setelah itu, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah.

“Dimana Taehyung? Aku tidak melihatnya, apa dia masih tidur?” Mendengar pertanyaan Mina malah membuat air muka wanita hamil itu berubah. Ia menggeleng pelan, membuat Jimin mengerutkan dahinya dalam, “Lalu? Apa dia pergi bekerja? Kau kesini dengannya, kan?” Dengan helaan nafas pelan, Mina mencoba menahan air matanya mati-matian.

“Aku ingin bercerai dari Taehyung, oppa,” ujar Mina lemah.

“APA?!” Jimin memekik, terkejut bukan main dengan pernyataan Mina barusan. Ia menggenggam kedua bahu adiknya kuat, menatap mata itu mencoba mencari seberkas kebohongan disana, namun tak ia temukan.

“Katakan pada oppa kalau kau berbohong!” perintah Jimin tapi hanya membuat Mina terisak sambil menunduk, bahunya bergetar hebat tapi Jimin masih setia menggenggam erat bahu adiknya.

Hiks ... K-kenapa oppa menyembunyikannya selama ini? Hiks ... Kenapa oppa tidak pernah menceritakannya padaku?” Jimin malah semakin bingung.

“Apa maksudmu?” tanyanya lembut pun ada sedikit rasa takut dalam batinnya. Mina beranikan diri untuk menatap mata Jimin dengan sorot hancur.

“Aku tau. Taehyung dan Jin oppa adalah otak dari kematian orang tua kita. Mereka meninggal bukan karena kecelakaan, tapi karena dibunuh. Mereka juga yang menyebabkan oppa mengidap kelainan sexual, karena oppa melihatnya. Hiks ... Mereka menyiksa Eomma dan Appa, bahkan memperkosanya sebelum membakar mobil yang kalian tumpangi.” Jimin terdiam, terkejut setengah mati, kemudian mendadak tak tau harus berbuat apa. Pikirannya terlalu kacau pun melihat Mina sehancur itu, tapi ia juga masih berusaha menatap dalam mata Mina yang hancur, bibirnya kaku pun lidahnya yang mendadak kelu, ia mengelus wajah adiknya pelan, “Darimana kau tau semua itu, hm? Katakan pada oppa,” Ia berujar lembut bahkan selembut mungkin sebab takut malah akan menyakiti Mina lebih dalam lagi. Dan detik berikutnya, ia hanya mendengar sebuah nama keluar dari bibir adik kesayangannya itu, “Yoongi oppa.

Jamais VuWhere stories live. Discover now