03 : The Mask

5.3K 525 51
                                    

Flashback

Hari ini Mina terpaksa pulang terlambat karena ia ada kelas tambahan berenang setelah jam kampus selesai. Jimin juga sudah mengetahui hal ini dan mengatakan akan menjemput Mina sebelum jam 5 nanti.

Mina mendudukkan dirinya di pinggir kolam, membiarkan kedua kakinya tenggelam dalam air saat teman-temannya sedang menunggu giliran untuk tes pengambilan nilai. Mina menghela nafas pelan, menatap kosong pada kedua kakinya yang berada di dalam air.

“Eomma, aku merindukanmu,” gumam Mina sambil tersenyum miris, pasti menyenangkan saat ia bisa merasakan pelukan Ibunya di tengah dinginnya malam yang selalu ia lewati selama beberapa tahun belakangan ini.

“ARGH!! TOLONG!!” Mina menoleh pelan ke arah kolam dengan kedalaman 3 meter di samping kanan tubuhnya.

Awalnya ia diam dan tak memberi reaksi karena ia tak melihat siapapun di sana. Namun gadis itu segera memicingkan matanya saat ia melihat sebuah tangan yang bergerak random dari dalam air. Mungkinkah ia berhalusinasi?

“TOLONG!!” Mata Mina membulat seketika, ia yakin itu bukanlah halusinasi, ia benar-benar melihatnya. Orang itu tenggelam. Tanpa berpikir panjang lagi, Mina segera bangkit dari duduknya.

“Park Mina, giliranmu.” Alih-alih menghampiri sang guru, Mina malah berjalanan ke lawan arah.

Ia berlari secepat mungkin menuju kolam renang itu. Ia bahkan tak perduli kalau pun nilainya akan jelek. Setidaknya ia masih diampuni oleh Tuhan karena menyelamatkan seseorang.

“Hei!! Park Mina!!” teriak guru muda itu geram, baru kali ini ia diabaikan oleh muridnya, terlebih ia adalah seorang wanita.

Byur...

Cipratan air itu memuncak dengan kerasnya saat tubuh Mina berhasip menyapa air. Ia berenang layaknya seorang profesional, memggerakkan tubuhnya agar dapat masuk lebih dalam ke dalam air, meraih tangan pria yang masih bisa bertahan sampai detik itu. Menariknya pelan dan menggerakkan tangannya, seolah memberi isyarat agar pria itu ikut berenang. Namun tampaknya pria itu bukannya tak bisa berenang melainkan mengalami kram perut.

Karena sangat mustahil rasanya bagi Mina untuk bisa menyeret pria itu sampai ke tepi dengan tenaganya sendiri mengingat ukuran tubuh pria itu yang jauh lebih besar dari ukuran tubuhnya.

“Haah...” Mina menghembuskan nafasnya keras saat ia berhasil menampakkan kepalanya di udara. Namun tubuh pria itu tiba-tiba melemas, Mina segera berpegangan pada tangga besi itu agar ia tak ikut tenggelam.

“HEI!!! ADA YANG BISA MEMBANTUKU?!” Sekali teriakan para pria penhgemar Mina segera menyeruak datang dan membantu Mina untuk membawa pria itu naik ke tepi kolam.

Mina segera keluar dari air dan bersimpuh di samping pria itu. Wajahnya sudah memucat, pria bodoh macam apa pria ini? Apa ia tak melakukan pemanasan terlebih dahulu sampai bisa kram perut seperti itu?

“Hei, Tuan. Kau baik-baik saja?” Mina menepuk-nepuk pelan pipi pria dengan paras rupawan itu.

“Tuan, kau dengar aku?” tanya Mina lagi sambil menggoyang-goyangkan tubuh pria itu pelan.

Tanpa pikir panjang, Mina segera memompa ulu hati pria itu beberapa kali. Sementara yang lain hanya sibuk mengerumuni Mina tanpa berniat melakukan apapun, mereka malah memilih menikmati tontonan gratis itu. Merasa usahanya sia-sia, Mina segera menangkup wajah pria itu. Dengan gerakan terlewat cepat, Mina segera mendaratkan bibirnya pada bibir penuh milik pria itu, memberi CPR guna membuat pria itu agar kembali bernafas.

Jamais VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang