If I lost everything..” Anneth menghentikan langkah kakinya, Deven akhirnya mengangkat suaranya.

Gadis itu tetap diam, menunggu Deven melanjutkan ucapannya, “If I lost everything, in my heart it means nothing.”

Cause I have you. Neth, I have you. So.. get right down on bended knee, nothing else would ever be better.. and the day when I say, I’ll say.. will you marry me?”

Seakan kupu-kupu menghampirinya, bunga-bunga mekar menyertainya, dan segala cuitan indah burung pun terdengar, Anneth tidak dapat menahan senyumnya, ia masih terdiam di tempatnya.

I swear that I will mean it. I’m saying, marry me?”

Anneth tidak tahan lagi, ia lantas membalikkan badannya. Semua hal terbaik dalam hidupnya terjadi dalam satu waktu; Deven berlutut di hadapannya dengan kotak kecil berisi cincin, dan.. semua orang yang dicintainya ada di belakang Deven. Tepat di belakang lelaki itu dengan wajah penuh harap akan jawabannya.

Matanya kembali mengarah pada Deven yang masih menatapnya dengan senyum favoritnya. Anneth menggigit bawah bibirnya, ia menatap satu persatu semua orang yang ada di sana, namun tubuhnya terhenti ketika gadis itu tidak ada di sana.. Charisa.. dia tidak ada di sana..

👑👑👑

Gemericik air menemani kesunyiannya, merenung pun sudah jadi sahabatnya, dan kesedihan selalu hadir ketika pikiran buruk itu kembali menjadi mimpi buruknya. Ia tersadar akan adanya luka di kemudian hari, akan selalu ada bencana dan ujian yang datang menghampirinya. Namun, untuk hal yang paling menantang dalam hidupnya, baru kali ini ia benar-benar harus berfikir bagaimana ke depannya nanti, bagaimana hubungannya dengan dia, seseorang yang selalu ia jaga dari dulu, yang selalu ia cintai dalam kegelapan hidupnya, pelita yang tak pernah padam, penyejuk hati di dalam kepedihan.

“Ayah mendapat teguran,” seseorang menepuk pundaknya,

Ia mendongak sebentar, lalu menundukkan kepalanya lagi. “Maaf,” ucapnya pelan.

Dia mengerti teguran macam apa yang didapat ayahnya, hanya saja ia tidak bisa lagi menahan segalanya.

“Apa yang kamu pikirkan?” ayahnya mengusap puncak kepalanya, bagian ternyaman dalam hidupnya.

“Keputusan yang berat, lebih berat ketika aku menerima tawaran tahta.” Sahutnya sembari menerawang kembali kejadian dahulu.

Pria paruh baya yang duduk di sampingnya menganggukkan kepala, dengan raut wajah yang benar-benar memposisikan dirinya untuk mengerti kegundahan hati putranya.

“Terkadang, dalam hidup akan selalu ada pilihan yang harus kita tentukan.” Ia menatap kea rah ayahnya yang tengah tersenyum hangat ke arahnya.

Kepala pria muda itu menunduk kembali, memikirkan segala hal yang akhir-akhir ini selalu menghampirinya. “Aku.. bingung. Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku tidak bisa mengambil tindakan. Aku takut ibu kecewa, aku takut mengecewakan orang-orang yang mempercayaiku, namun..”

“Ketakutan terbesarmu, kehilangan dia, kan?”

Clinton terdiam di tempatnya. Ketakutan, ketakutan apa? Kehilangan? Apa maksud dari kehilangan kalau selama ini saja ia tidak memiliki? Apa yang harus ia takutkan?

IRREPLACEABLE (Completed √)Where stories live. Discover now