BAB 2

1.3K 119 20
                                    

"HAHAHAHAH YA AMPUN UCHA!!" tawa Nashwa memang tidak ada duanya. Ucha, gadis itu langsung membekap mulut putri kelima dari Sultan Mahmoud tersebut, sudah kepalang malu dibuatnya. Apalagi teman-teman satu kelasnya langsung menatap heran pada mereka berdua.

Keadaan kelas sekarang sedang sepi, karena sekarang waktunya mata pelajaran seni, namun guru yang mengajar sedang berhalangan hadir. Jadi setiap murid diminta melukis. Di mana setiap murid di minta melukis tentang alam. Berbeda dengan lukisan yang lain, Charisa malah menggambar hewan monyet, namun yang tergambar bukan monyet. Lebih layak disebut gambar abstrak, dan di bawahnya ia beri keterangan "Ini monyet"

"Ehem. Ada gitu ya, Putri sultan yang nggak tau tatakrama, nggak bisa jaga sikap, dan parahnya mau temenan sama kalangan bawah. Ups--" sebuah sindiran menusuk terdengar dari arah bangku belakang.

Charisa mengepalkan tangannya kuat-kuat, berani-beraninya ada orang yang menghina temannya. Ia pun membalikan badannya, menatap siapa yang sudah terang-terangan menyindir Nahswa.

"Apa?! Mau marah? Ih temennya yang belain!" Lady Marsha, sepupu jauh dari pangeran Clinton itu menatap Charisa dengan tatapan menantang.

Nashwa menarik pelan lengan Charisa. Ini baru hari kedua, ia tidak mau sesuatu hal terjadi yang nantinya akan berdampak buruk ada temannya itu.

"Bukan marah kok. Cuma heran, ada gitu ya keluarga kerajaan, seorang Lady yang nggak punya tatakrama dalam berbicara. Sikapnya pun, bar-bar." Pukulan telak bagi Lady Marsha. Charisa dengan terang-terangan mengatakan suatu kejujuran.

Memang baru dua hari terhitung sejak kemarin ia bersekolah di sekolah ini, namun ia sudah cukup melihat tingkah laku Lady Marsha yang sok berkuasa. Menurut kabar yang ia dengar, Lady Marsha adalah sepupu jauh pangeran Clinton, tapi dari pihak kerajaan Lanzwirs tidak ada yang mau mengakui silsilah keluarga Lady Marsha.

"LO-"

Ucapan Lady Marsha seketika terhenti dengan berdirinya putri Anneth, suara gesekan kursi dan meja terdengar menyeramkan bagi mereka semua. Putri yang terkenal dengan tatapan tajam menusuk itu menatap Lady Marsha, kemudian tatapannya berubah melembut pada Charisa yang sejak tadi menahan amarahnya dengan dibantu Nashwa yang berada disampingnya sambil mengarahkan kipas angin elektroniknya.

"Lebih baik kerjakan tugas kalian. Waktu hampir habis." Sesingkat itu teguran putri Anneth, namun efeknya langsung membuat satu kelas kembali ke rutinitas semula. Termasuk Lady Marsha yang langsung sibuk menyelesaikan lukisannya.

"Huh, untung ada putri Anneth. Kalo nggak, udah habis itu muka Lady Marsha ku cakar." gerutu Charisa sambil mewarnai lukisan abstraknya tadi. Yang awalnya gambar tentang monyet, kini ada tambahan tulisan di bawahnya, "Sodaranya Lady Marsha"

Nashwa yang menengok lukisan Charisa berusaha keras menahan tawanya, benar-benar membuatnya selalu bahagia bisa kenal dengan Charisa. Bersamanya, ia menjadi dirinya sendiri, bukan seorang putri sultan yang diharuskan selalu senyum, bertutur kata lembut, dan duduk diam dengan tenang. Ia menjadi pribadi yang memang ada di dirinya saat bersama Charisa. Untuk itulah ia merasa nyaman berteman dengan gadis tersebut.

"Biarin aja dia, Cha. Jangan ditanggepin lagi. Aku nggak papa kok." ucap Nashwa sambil tersenyum.

Charisa menatap sendu, "aku nggak suka temenku disindir-sindir gitu. Tapi karna kamu yang minta, ya sudah, nggak aku ladenin lagi. Tapi, kalau dia mancing duluan, jangan cegat aku."

"Enggak aku cegat kok, aku dukung ahahaha"

Anneth, putri yang memiliki tubuh tinggi semampai itu menatap sekilas pada Nashwa dan Charisa. Ada tatapan berbeda yang ia tujukan. Joaquine yang berada disampingnya lantas menyadarinya,

IRREPLACEABLE (Completed √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang