BAB -1

1.1K 94 26
                                    

Semua bermula pada tatapannya pada gadis kecil nan cantik itu. Ia selalu mempunyai energi positif yang dapat dibagikannya pada siapapun yang ada di istana mewah Lanzwirs. Tawa riangnya pun membuat siapa saja mampu terbawa suasana ceria.

Dia, putri Chaqira. Putri dengan sejuta ekspresi, putri dengan senyum manis, putri yang dicintai seluruh rakyat Lanzwirs. Serta cucu kesayangan Ratu Niara.

"Suatu hari nanti, kerajaan Lanzwirs akan berada di bawah kekuasaanmu." ucap Ratu Niara sambil menyisir rambut panjang cucunya itu,

Gadis kecil itu menautkan kedua alisnya, "Kenapa jadi aku, nek? Bukannya ada Ayah? Kakak Xavier?"

"Percayalah dengan ucapan nenekmu ini. Kamu harus menjadi Ratu yang adil bagi rakyat Lanzwirs nanti." Pesan Ratu Niara terkekeh pelan seraya mengepang rambut Chaqira, 

Chaqira yang saat itu masih berusia 9 tahun hanya menganggukkan kepala. Ia belum terlalu paham dengan sistem kerajaan. Meski sedari kecil ia sudah disekolahkan ke sekolah khusus kerajaan dan bahkan didatangkan guru tata perilaku kerajaan, Chaqira tetaplah gadis kecil yang hobi bermain.

"Kak Ucha.. "

Suara panggilan mungil dari balik pintu, seorang anak perempuan kecil menyelinap masuk. Chaqira langsung tersenyum seraya merentangkan tangannya, dengan suara bisikan isyarat memanggilnya untuk mendekat.

Anak perempuan kecil tadi langsung mendekat, menelusup ke pelukan hangat kakaknya. Ditatapnya Ratu Niara yang tengah membelai lembut rambutnya.

"Kakak tadi dicariin kak Depen." Ucapnya dengan suara mungil lucunya,

Chaqira tersenyum riang, ia lantas menatap neneknya. "Ucha ketemu Deven dulu ya, nek. Dah, Chasyi." Pamit Chaqira sambil mengecup pipi neneknya dan pipi gembul adik perempuan kesayangannya itu.

👑👑👑

Deven, sahabat kecil Chaqira. Yang selalu ada di sampingnya. Di saat apapun, bocah laki-laki itu akan selalu menemaninya.

Ketika banyak anak seumurannya menjilat dengan memuji dirinya, ia tetap teguh pada pendiriannya untuk selalu berada di samping Deven. Tidak peduli seberapa banyak pangeran sepantarannya yang mendekati dirinya. Ia tetap memilih Deven sebagai sahabat laki-lakinya.

"Deven? Ada apa?"

Deven, bocah laki-laki itu tersenyum sumringah, dari tangannya menyembunyikan sesuatu.

"Ini untuk Ucha." Ucapnya seraya menyerahkan setangkai bunga daisy berwarna kuning.

Chaqira langsung tersenyum girang memperlihatkan deretan giginya yang lucu. Lalu mengambil bunga daisy tersebut, menghirupnya sebentar kemudian digenggamnya erat bunga itu.

Satu-satunya orang di istana, selain keluarganya, hanya Deven lah yang boleh memanggil putri tengah itu dengan nama panggilannya. Deven seperti sudah menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Posisi ibunya sebagai dokter keluarga kerajaan membuatnya leluasa berkeliaran di istana. Hingga menjadikannya sahabat dekat sang putri, yang selalu menemaninya kemana pun putri itu pergi.

Deven yang memang anak tunggal merasa memiliki saudara. Ia senang bersama Chaqira, dia sudah seperti adiknya. Dan dia sangat senang memanjakan, membela dan menjadi perisai pelindung pertama bagi Chaqira. Selain Chaqira adalah anggota kerajaan, pewaris tahta ke tiga, Chaqira juga sahabatnya.

"Terimakasih, Deven." Ucapnya tulus seraya tersenyum lagi.

Deven mengangguk pelan, ia melirik jam yang melingkar ditangannya. Sekarang pukul 5 sore. Dan hari ini dia harus berjaga sampai tengah malam.

IRREPLACEABLE (Completed √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang