BAB 15

914 104 29
                                    

"Never was a leader, never had a thing for fairytales. But then there was you, pull me out of the crowd. You were telling the truth." - Capital Letters.

👑👑👑

Ruangan penuh kelembaban itu kembali diinjaknya. Dengan beberapa gemericik air yang mengiringi langkah kakinya beserta orang-orang di belakangnya.

Ia berjalan sendiri di depan. Seperti yang biasanya ia lakukan, tidak ada pegangan satu pun untuk mengiringi langkahnya. Setidaknya, setidaknya dalam beberapa waktu ia merasakan ada tangan hangat menggenggam tangannya hingga tangan itu kini mendadak dingin membeku hingga ia tak sanggup memberikan hangat tangannya pada orang itu.

Clinton tersenyum tipis melirik ke belakang melihat tatapan enggan berada di tempat ini dari beberapa orang di belakangnya. Pangeran tampan itu tahu, reaksi semua orang pasti menahan nafas mereka.

Lelaki itu bersyukur bertemu dengan ratu Vernita yang mengabarkan suatu hal yang membuatnya memiliki alasan untuk membawa ibunya pergi dengan rasa aman. Setidaknya, ia melakukannya demi ibunya.

"Tempat apa ini, pangeran Clinton?" tanya Raja Felio menghentikan langkah kaki mereka semua.

Clinton tersenyum singkat, "ikuti saja."

Lalu gerak kaki itu kembali berjalan menuju suatu tempat yang akan ia tunjukkan dan sebentar lagi akan terkuak ke permukaan umum. Suatu bentuk konspirasi nyata yang akan menggegerkan seluruh kerajaan.

Lelaki itu menatap ke belakang sebentar. Ia memberi isyarat pada Deven untuk terus menjaga putri Anneth. Deven terlihat mengangguk singkat, ia terus menggenggam erat tangan putri Anneth, menuntunnya agar tidak terpeleset karena lantai bawah ini benar-benar sangat licin, dipenuhi oleh genangan air yang jatuh dari saluran air atas, belum lagi tetesan air dari mesin penghubung Air Conditioner yang berdasar di lantai ini semua.

Hingga akhirnya Clinton menemui Cora yang tengah menyambutnya hangat dengan pelukan ramahnya. "Siapa mereka?" tanyanya berbisik,

Ratu Vernita menyadarinya, lalu tersenyum ramah. "Saya Vernita, dan ini suami saya, Felio. Serta anak perempuanku, Anneth dan temannya, Deven." ujarnya tanpa meluruhkan senyumnya.

Cora menaikkan satu alisnya, "Vernita? Putri Vernita?" ulangnya,

Wanita paruh baya itu mengernyitkan dahinya, bingung darimana wanita itu tahu tentang dirinya. Tentang statusnya dulu sebelum menikah dengan raja Felio. Dan ia mencoba mengingat siapa wanita itu, seingatnya ia tidak pernah menemuinya.

Ratu Vernita kembali menatap ke arah Cora yang tersenyum tipis, lalu menatap ke arah tembok besar seperti cermin itu, lalu menekan sebuah kode hingga tembok besar cermin itu berubah menjadi kaca besar yang memperlihatkan apa yang ada di dalamnya.

Clinton melihat dengan jelas bagaimana ratu Vernita langsung mendekat ke kaca besar itu. Menempelkan tangannya lalu mengetuk berulang-ulang, hingga tubuhnya terjatuh ke bawah dengan air mata yang berurai deras, raja Felio pun langsung mendampinginya, mengusap pundaknya dan ikut berjongkok ke samping ratu Vernita.

Berbeda dengan putri Anneth yang terdiam tak bersuara, ia seperti mematung, matanya membulat dengan penuh serta Deven yang terus menguatkannya.

"Kenapa?! Kenapa Clinton?" tanya Ratu Vernita histeris.

Cora memahami situasi, ia langsung mendekat ke samping Clinton, mengusap pundak pangeran yang sudah ia anggap seperti adiknya itu. Wanita berumur 20'an itu memandang ke arah ratu Vernita.

"Putri Tiara mengidap Skizofrenia. Mendiang raja Denial membawanya padaku beberapa tahun yang lalu, meminta untuk menanganinya secara serius. Hingga hari ini, aku terus memberikan pengobatan untuknya. Sayangnya, semua yang ku lakukan terlihat sia-sia dengan di pindahnya putri Tiara ke ruang bawah ini. Putri Tiara membutuhkan bimbingan dari keluarganya. Dan hanya pangeran Clinton yang dimilikinya. Aku tahu, setelah ini akan ada senyum yang telah lama hilang dari putri Tiara." Cora mengusap pundak Clinton, lelaki itu tampak mengusap sudut matanya yang berair.

IRREPLACEABLE (Completed √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang