BAB 6

1K 102 26
                                    

Pagi-pagi sekali Charisa harus terbangun oleh gedoran pintu yang sangat mengganggu tidur nyenyaknya. Entahlah, sejak kejadian ketiduran itu malah membuatnya sangat nyenyak tidur saat sampai dirumah. Harusnya kan dia susah tertidur, tapi ini malah sebaliknya.

Dan sekarang ia sudah tiba di wilayah kerajaan felixios, sesuai dengan janji teman-temannya untuk menjenguk putri Anneth.

"Semua udah lengkap?" Tanya Nashwa sambil menghitung teman-temannya.

Alde mengikuti arah mata Nashwa, ia pun ikut-ikutan menghitung kehadiran teman-temannya.

"Kayaknya ada yang kurang deh," terka Friden,

Joa mengerutkan dahinya, "siapa?"

Pangeran Clinton yang sedari tadi berdiam diri, ia pun berdehem pelan, "Deven." ucapnya singkat.

Charisa menganggukkan kepalanya. Ia baru sadar kalau sedari keberangkatan Deven tidak terlihat. Aneh memang, karena selama ini ia selalu bersama Deven dan ketidakhadiran Deven malah tidak disadarinya.

"Cha?"

"Eh? Kenapa?" Charisa tertegun saat Nashwa menegurnya,

"Kamu gapapa, kan?"

"Enggak, nggak papa kok."

Clinton menyadari ada yang berbeda dari Charisa. Gadis itu banyak diamnya. Tidak seperti biasa, gadis itu selalu berbicara apa saja. Namun kali ini kelihatannya seperti ada hal yang dipikirkannya.

"Memang Deven kemana?" tanya Alde mengalihkan perhatian,

"Sudah duluan. Kita tinggal menunggu mobil jemputan dari Felixios." sahutan pangeran Clinton malah semakin membuat mereka semua terdiam.

Terutama Charisa. Selama ini, sepanjang perjalanan lama persahabatannya dengan Deven, laki-laki itu tidak pernah satu kali pun tidak menceritakan apa saja tentang dirinya. Dan kali ini, Deven benar-benar tidak menceritakan apapun. Entah ini hanya pemikiran negatifnya atau memang kenyataannya, namun ia mengira Deven sudah melupakannya.

Atau memang selama ini Deven memang melupakannya, dan hanya ia yang selalu mengingat Deven?

"Jangan terlalu sering melamun," bisik Clinton pelan,

Lagi, Charisa tertegun dibuatnya. Ia hanya membalas dengan senyuman singkatnya.

Tidak berapa lama mobil jemputan mereka tiba, dengan tiga buah mobil mewah berwarna hitam mengkilap berjejer rapi dihadapan mereka.

Charisa sudah ingin mengamit tangan Nashwa untuk semobil dengannya. Namun terlambat dengan pangeran Alde yang sudah membukakan pintu mobil untuk temannya itu. Ia mendengus pasrah. Matanya lalu mengarah pada putri Joaquine yang ternyata sudah masuk ke mobil kedua dengan pangeran Friden.

Yah, mau bagaimana lagi. Pilihan terakhir dengan pangeran Clinton. Ia menatap pasrah ke arah pangeran tampan yang sedari tadi menatapnya.

"Mau tukeran dengan putri Nashwa?"

Charisa menggeleng pelan. Tanpa dibukakan pintu, ia duluan masuk ke dalam mobil. Sejak malam tadi, ia berpikir keras untuk menjauhi pangeran Clinton. Ia tidak mau mengacaukan hidupnya yang tenang dengan hadirnya pangeran itu dihidupnya.

IRREPLACEABLE (Completed √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang