BAB 14

751 85 17
                                    

Matahari tepat berada di tengah, memancarkan cahaya terang nan menyilaukan. Angin pun berhembus menyejukkan, seolah mengerti hati yang tengah membara akan panasnya matahari.

Di balik kacamata hitam itu terdapat mata yang menahan tangis dengan berubahnya warna putih menjadi serat merah. Pelupuk matanya pun menahan tangis untuk jatuh. Ia tahu, sekarang ia benar-benar sendirian untuk berdiri sendiri.

Ditatapnya batu nisan yang bertuliskan nama seseorang yang sangat disayanginya itu. Mau bagaimanapun juga, ia tidak akan melupakannya. Semua kebaikan yang telah diberikannya. Semua cinta yang sudah ia kasihkan padanya. Semuanya.

"Semoga tabah," Luis mengusap pelan pundaknya.

Pangeran Clinton mengangguk dengan senyum getirnya. Ia mendongak ke arah Luis yang datang bersama istrinya, mengucapkan bela sungkawa.

"Aku titip Lanzwirs." Pesan Clinton sebelum Luis pamit pergi.

Lelaki paruh baya itu menganggukkan kepalanya, sebuah tanggung jawab besar telah dititipkan padanya. Ia juga pamit pergi pada beberapa dewan kerajaan yang berada di sana. Lalu mengamit tangan istrinya untuk beranjak pergi.

Pangeran tampan itu sama sekali tidak menampakkan luka dukanya. Ia selalu tersenyum hangat pada tamu yang menghadiri pemakaman kakeknya. Raja Denial telah tiada, meninggalkan luka dalam bagi pecintanya. Clinton termasuk dalam orang yang begitu mengagumi semua yang telah kakeknya lakukan. Minus kejadian di masa kelam.

Jasad kakeknya telah dikebumikan beberapa jam yang lalu, dengan kondisi selayak-layaknya di pemakaman khusus keluarga kerajaan. Begitu pula lima makam yang dibuat khusus untuk saudarinya, mendiang ratu Niara beserta keturunannya.

Beberapa saat, Alexis nampak berjalan cepat ke arahnya, membisikan sesuatu penting yang langsung ditanggapi Clinton dengan anggukan kepala.

Langkah kakinya menuju pavilion di samping kanan pemakaman, jauh dari jangkauan para hadirin.

"Pangeran Clinton," sapa sepasang suami istri padanya.

Clinton mengingat kedua orang itu. Iya, bukan salah lagi, mereka adalah raja dan ratu kerajaan Felixios, orang tua dari putri Anneth.

👑👑👑

"Ada hal penting yang ingin kami sampaikan," Ratu Vernita membuka suara lebih dahulu.

Setelah di persilakan duduk dengan meminta semua ajudan dan pelayan meninggalkan mereka, pembicaraan yang terlihat serius itu di mulai.

Pangeran Clinton mengangkat satu alisnya, "Perihal apa?"

Raja Felio pun menatap ratu Vernita, "Sebelumnya kami mengucapkan bela sungkawa dan turut berduka cita atas meninggalnya raja Denial. Rest in peace for him." Ucap Raja Felio,

"Terimakasih," sahut Clinton singkat, lalu menatap kembali ke arah ratu Vernita.

"Beberapa minggu yang lalu, perwakilan kerajaan Nervioza menemuiku. Mencari tahu keberadaan mendiang putri Tiara-"

"Mendiang?" Potong Clinton kaget,

Ratu Vernita mengerutkan keningnya, "Apa aku salah?"

IRREPLACEABLE (Completed √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang