Ia terlalu sibuk mencari satu orang hingga yang lainnya terabaikan begitu saja.

“Kamu bener, aku harus istirahat.” Deven menganggukinya, lalu merengkuh lebih erat tubuh perempuan yang selalu dirindukannya itu.

👑👑👑

“Aku jadi kepikiran untuk mencari hal lain,”

“Maksud kamu apa?”

“Menjadi pengganti ayah, rasanya berat. Aku sering ngeliat ibu menangis karena merindukan ayah. Aku nggak mau hal itu keulang sama kamu,”

Anneth terenyuh mendengarnya, ia lantas mendekap pria di sampingnya itu dengan sangat erat serta menghentikan langkah kaki mereka tepat di depan kediaman keluarga Gwenixy yang semakin sejuk karena pohon-pohon yang dulunya masih kecil, kini menjadi pohon besar yang menaungi pekarangan luas kediaman itu.

“Aku anak sulung, Dev. Meski adik aku cowok, garis keturunan dan peraturan kerajaan tetap ada di takdirku. Kamu bisa melepaskan jabatan itu, setelah nikah sama aku.” Deven menggeleng, lalu melepaskan pelan genggaman tangan Anneth.

Gadis itu nampak kalut melihat Deven nampak memundurkan langkah kakinya, “Dev.. ak—aku, aku nggak maksud begitu,” tangannya kembali mencoba meraih lelakinya.

I know it, putri Anneth.”

Tekanan pada dua kata terakhir membuat Anneth takut, ia benar-benar tidak ada maksud membahas tentang masa depannya. Tetapi sudah cukup lama rasanya mereka bersama dan Deven masih menggantungkan ikatan mereka pada status tunangan yang bahkan belum ada kejelasan ke depannya.

“Kamu tau kenapa aku sampai sekarang masih belum berani buat ngelanjutin hubungan kita? Karena itu, Neth. Karena aku dalam masa posisi sulit, menggantikan ayah, dan kalau aku melepaskan jabatan itu, aku nggak bakalan pantas di posisi pria yang berhak menikahi kamu.”

Nada suara Deven memang tetap rendah, namun Anneth semakin kalut mendengarnya, ia bahkan menangis dan menyesali ucapannya tadi.

“Aku minta maaf, aku beneran nggak maksud ngucapin itu, Dev.. Aku rela bertahun-tahun nungguin kamu, aku rela kita LDR’an asalkan kita tetap bersama. Aku.. aku nggak papa kamu tinggal pergi karena tugas, aku sudah tahu itu, dan aku sedang melatih diri aku sendiri supaya terbiasa nggak ada kamu di sisi aku. Kamu kira, apa gunanya aku bertahan sama kamu bertahun-tahun LDR’an kalau bukan membiasakan diri aku sendiri supaya nggak sedih setiap kali kamu pergi? Asal kamu tahu, sudah ada empat pangeran dari kerajaan lain yang melamar aku selama kamu pergi! Dan kamu sudah tahu apa jawabanku.. Aku cinta kamu, no matter what, no matter how far we are, no matter how far between our place, I always love you, no one can replace you!!”

Air mata mengiringi setiap kalimat yang tidak pernah ia ucapkan sebelumnya. Anneth tidak tahan lagi untuk menyimpan semua perasaannya, terdorong begitu kuat untuk diucapkan. Setiap kali Deven jauh dari dekapannya, pikiran tentang masa lalu itu selalu menghantuinya. Masa lalu antara bundanya dengan mantan kekasihnya. Ia selalu ketakutan akan hal itu, dan bisa dibayangkan betapa hancur hatinya.

Anneth kembali menatap pada Deven tanpa sedikitpun menghapus air matanya. Ia menatap lekat pada pria yang kini berdiri tepat di depannya tanpa ekspresi sedikitpun. Tidak memeluknya, menghapus air matanya, bahkan mendekat pun tidak.

Hancur sudah hatinya. Ia menyerah dengan segala keputusan terakhir dan terburuk dalam hidupnya. Air matanya kembali menetes, dengan kecepatan lebih dari yang sebelumnya. Anneth menatap sekali lagi, lalu berbalik, sebelum mobil keluarga kerajaannya itu pergi meninggalkannya.

IRREPLACEABLE (Completed √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang