💮 7. Lega 💮

5K 376 8
                                    


🌿🌿🌿🌿

"Barangsiapa yang tidak Ridha terhadap ketentuan Ku dan tidak sabar atas musibah dari Ku, maka carilah Tuhan selain Aku"

~ HR. Bukhari dan Muslim ~

🌿🌿🌿🌿

"Huffh...." Rania menyenderkan punggungnya ke jok mobil. Air wudhu masih tampak membasahi wajah bersihnya meski tanpa riasan apa pun.
Rasanya lega setelah menunaikan shalat Ashar. Dan kini ia dalam posisi perjalanan pulang bersama Mala sama persis ketika mereka berangkat.


Ketegangan yang dialami sejak berangkat kuliah, dengan sekaligus mengantar perempuan yang hendak melahirkan hingga harus segera berlari kencang menuju ruangan Prof Hariadi untuk mengikuti pretest sebelum masuk lab obgyn cukup menguras seluruh energinya hari itu.

Tapi dari semua itu, sepertinya pertemuan dengan si polisi bernama Dafa bersama perempuan hamil besar tersebut yang membuat energi Rania banyak terkuras. Membuat seharian ini pikiran nya berkelana merangkai apa hubungan antara perempuan tersebut dengan Dafa.

"Kamu kok lebih pendiam dari biasanya sih Ran... biasanya kamu itu dah pendiam mungkin kamu hanya mampu mengeluarkan 3000 kata, aku sudah mengeluarkan 6000 kata. Tapi hari ini kamu parah, cuma dieemm aja" kata Mala yang memang susah disuruh mengirit kata-kata itu sambil melirik sepupunya yang duduk diam di jok mobil sebelahnya.

"Menghemat energi Mal..." Jawab Rania asal.

"Babang polteng itu emang keterlaluan kok... mentang-mentang dia polisi terus ganteng gitu kok ya masih bisa sok-sokan ngegombal, padahal eehh istrinya lagi hamidun gitu" kembali Mala berceloteh seolah kurang peka kalau Rania daritadi merasa illfil jika mengingat Dafa dan perempuan hamil tadi.

Rania memejamkan matanya, pura-pura tidur dan seolah tak mendengar apa yang disampaikan Mala.

"Ran...Ran...kamu tidur beneran nih" Mala mentowel lengan Rania.

Tapi Rania terlanjur pura-pura tidur, tentu hanya pura-pura. Bagaimana bisa tidur kalau pikiran nya sendiri terus berputar tak berujung ditambah celotehan Mala yang menambah perasaan ga jelas yang ia sendiri tidak bisa mendefinisikan perasaan apakah itu. Dan semua nya bermuara pada satu orang yaitu polisi bernama Dafa.


💮💮💮💮💮

Dafa meraih ponsel yang diletakkannya di atas meja. Masih dengan baju Koko dan sarung yang belum dilepas sepulang dari shalat Isya' berjamaah di masjid, Dafa merebahkan tubuhnya di atas kasur. Sudah menjadi kebiasaannya setelah shalat Maghrib berjamaah di masjid, ia akan tetap duduk tenang di dalam masjid dan mengisi waktunya dengan berdzikir atau membaca Al Qur'an hingga sampai adzan Isya'.

Sejenak dinyalakan ponselnya. Ditekannya aplikasi pesan bewarna hijau tersebut. Dicarinya nomer telpon Rania yang telah ia simpan saat terjadi tragedi tabrakan sekitar seminggu yang lalu.

Tapi keraguan menyergapnya. Diletakkannya lagi ponselnya di sebelah nya.
Dihembuskan nafasnya perlahan. Kejadian tadi pagi benar-benar kebetulan yang sangat tak diharapkannya. Bisa jadi Rania salah paham melihat Dafa memapah seorang perempuan yang akan melahirkan.

Ketika ia menyusul menuju Rumah sakit dan mencari keberadaan isteri Kompol Nanang, ia sudah tidak menemukan Rania dan Mala.

My Dear Policeman Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang