96

4.4K 519 50
                                    

Jeno menunggu di sofa ruang tamu saat seorang asisten rumah tangga berkata akan memanggilkan tuan rumah.

Tidak lama orang tersebut kembali lagi ke ruang tamu, "Pak Taehyung ngajak bapak untuk sarapan bersama."

Jeno tidak tahu mengapa tapi perasaannya tidak enak. Namun ia tetap berdiri untuk mengikuti kemana langkah orang tersebut.

Berjalan semakin dalam ke rumah, rumah ini lebih terasa rumah dan lebih berkesan keluarga dibanding rumah Haechan.

Sampai akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan, asisten rumah tangga itu membungkuk dan mundur.

Berjalan seorang diri untuk memasuki tempat tersebut, Jeno cukup kaget saat mengetahui ada banyak sekali orang. Tentu saja ia mengira yang sedang makan hanya Renjun dan om-bibinya.

"Selamat pagi." Sapa Jeno seramah dan sesopan mungkin diiringi dengan senyum tampannya. Matanya mencari keberadaan Renjun dan di sana kekasihnya, menatapnya dengan wajah lesu dan pias.

Taehyung berdiri dan merangkul pundak Jeno, menatap satu persatu orang yang ada di meja makan. "Lee Jeno, tamu di rumah ini. Duduk duduk, itu sebelah Jaehyun kosong. Kebetulan kita lagi kumpul, sekalian aja kita kenalan. Iya kan Renjun?"

Jeno melihat Renjun mengangguk dan Jeno pun duduk di samping Jaehyun. Jaehyun sendiri yang berdiri dan menarik kursi untuk Jeno.

Jeno merasa serba salah, ia sadar dirinya menjadi pusat perhatian. Semua gerak-geriknya diperhatikan, seakan-akan satu gerakan kecil salah dan Jeno akan ditenggelamkan ke laut.

Ada begitu banyak wajah baru yang Jeno lihat. Semuanya memberi pandangan menilai, kecuali sepasang suami istri yang Jeno kenali sebagai orangtua Renjun. Mereka memandang Jeno bagaikan seonggok sampah kotor.

Tidak tidak. Itu mungkin terlalu berlebihan, tapi intinya mereka jelas sekali tidak suka dan tidak nyaman dengan kehadirannya.

Fokus kepada Jeno berhenti ketika pria paling tua di ruangan itu bersuara, "silakan tuan Lee."

Jeno kembali mengangguk dan menampilkan senyumnya, "terima kasih." Kemudian Jeno membalik piring yang masih telungkup di hadapannya.

Jeno lega karena hanya ada alat makan dasar di meja tersebut. Garpu, piring, sendok dan sumpit. Karena Jeno tidak mengerti perbedaan sendok teh, sendok sup, sendok puding dan teman-teman mereka.

"Jaehyun! Kenapa diem aja? Deketin nasinya ke tamu kita." Ucap perempuan paling tua di ruangan. Lalu beliau mengambil mangkuk baru dan menyendokan banyak lauk ke dalamnya. "Ini. Ayo makan."

Posisi mereka yang jauh mengharuskan beliau mengoper mangkuk tersebut ke beberapa orang untuk sampai kepada Jeno, Jeno menerima mangkuk tersebut dengan sopan dari Jaehyun. "Terima kasih."

"Tidak usah terlalu tegang, tenang saja. Ini bukan acara makan formal. Keluarga kami biasa mengobrol di meja makan, tidak masalahkan tuan Lee?"

"Sama sekali tidak masalah." Jawab Jeno ramah dan santun.

Jeno sangat gugup, meski pun kakek dihadapannya bilang kalau mengobrol di meja makan adalah kebiasaan keluarga ini tapi buktinya suasana sangat hening.

Hanya si kakek dan si nenek yang membuka suara. Mereka pun hanya mengajak bicara Jeno. Rasanya cuma ada mereka bertiga di ruangan, Jeno harus bagaimana?

Sesekali Jeno mencuri pandang pada Renjun, tapi posisi mereka sangat sulit untuk saling bertukar pandang. Keduanya berada di sisi meja yang sama dan terpisah dua orang, Jaehyun dan entah siapa.

🎼🎼🎼🎼

Renjun tidak tahu harus bersikap bagaimana saat melihat Jeno tiba-tiba datang saat seluruh keluarganya berkumpul. Ia tahu cepat atau lambat mereka semua akan bertemu, tapi bukan mendadak dan tiba-tiba seperti ini.

Ini benar-benar waktu yang tidak tepat.
Namun semua perasaan negatif Renjun rasanya hilang saat melihat Jeno yang sangat tampan. Kadang Renjun juga masih bingung bagaimana ada manusia setampan Jeno. Apalagi kekasihnya itu terus menebar senyum.

Ingin Renjun terjang saat itu juga.

Melihat mata Ten yang bersinar centil rasanya ingin Renjun tetesi dengan cuka kemudian ditaburi bubuk cabai. Hih, nyabein cabe pake cabe ya mana mempan. Garem aja nih garem.

Rasanya Renjun ingin memamerkan Jeno, membangga-banggakan kekasih rupawannya itu. Tapi waktunya sedang tidak tepat. Lagipula sejak kapan keluarganya peduli dengan tampang dan penampilan seseorang? Kecuali perempuan yang dinikahi Taeyong.

Renjun hanya berharap keluarganya tidak ada yang membuka suara dan mengatakan hal-hal yang dapat melukai perasaan Jeno.

🎵🎵🎵🎵🎵🎵

"Jadi kamu udah berapa lama kenal cucu saya? Gimana awalnya kalian bisa ketemu?"

Jeno menggaruk belakang kepalanya dan tersenyum malu-malu saat mendapat pertanyaan tersebut, baru saja ia akan menjawab namun si kakek memotong. "Hey, itu pertanyaan yang terlalu jauh. Bahkan kita belum saling kenal."

Si nenek tertawa kecil. "Aduh! Iya juga. Kenalin, saya ini neneknya Renjun. Ibunya perempuan yang dari tadi cemberut."

Jeno dengan sungkan menatap yang dinamai perempuan yang dari tadi cemberut. Lalu pandangan mereka bertubrukan. Itu bukan cemberut, itu adalah wajah siap membunuh.

"Kalau saya kakeknya Renjun."
Jeno mengangguk, sudah ia duga.

"Kamu sudah kenal dengan orang-orang disini?"

"Belum." Jeno menggeleng.

Kemudian si kakek dengan baik hatinya memperkenalkan anggota keluarganya yang lain satu per satu.

Namun dengan arti lain, yang bersuara hanya kakek-nenek dan Jeno. Yang lain menganggapnya tidak ada atau bagaimana? Renjun juga diam saja.

Jeno bersorak sedih dan menjerit heboh dalam hati setelah mengenal keluarga Renjun. Itu beneran Suho? Suho si super kayaraya? Dia ayahnya Jaehyun!? Apa engga ada produk gagal yah di keluarga Renjun?

Jeno merasa rendah dan tidak berharga. Namun sebisa mungkin ia tetap tersenyum dan meladeni obrolan si kakek dan nenek yang sudah sudi menganggap keberadaannya.

📃📃📃📃📃📃


Setelah sarapan selesai, semua tidak bubar meninggalkan meja makan. Kecuali orangtua Renjun.

Seperti rencana sebelumnya, Chanyeol dan Baekhyun pergi lebih dulu untuk membantu Kai sedangkan yang lain akan datang sesuai jadwal di undangan.

"Tuan Lee pasti dari tadi pusing dengerin celotehan saya dan istri. Padahal Tuan Lee kesini juga bukan tamu kita hahaha." Ucap kakek dengan kekehan di akhir kalimatnya.

Sekarang giliran si nenek yang tersenyum ke arah Jeno, "Maaf yah kita berisik. Silakan silakan lanjutin niatnya kamu kesini mau ngapain. Kita pergi dulu."

Melihat orangtuanya beranjak, Taehyung membuka suara "engga ikut makan es krim?"

"Udah tua, engga boleh banyak makan yang manis-manis." Setelah bicara seperti itu pasangan lansia tersebut meninggalkan ruang makan.

⚡⚡⚡⚡⚡

Setelah orangtua dan kakek-nenek Renjun pergi, Jeno merasa seperti orang hilang dan tersesat di tempat asing. Renjun tidak menyapa atau mengajaknya bicara. Renjun malu atau bagaimana?

Rasa serba salahnya semakin menjadi-jadi, mau bernafas saja sungkan. Ia merasa diacuhkan dan tidak dianggap ada. Padahal memang tidak ada yang bersuara.

Hanya ada suara dentingan piring-piring kotor yang dibereskan dan makanan-makanan sisa diangkat dari meja.

Kemudian menu hidangan utama berganti menjadi es krim dengan potongan puding dan permen jeli yang sudah ditata cantik untuk setiap orang.

❄❄❄❄❄❄❄❄
Tbc.

Jodoh Who Knows - NoRen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang