08

13.2K 1.8K 213
                                    

Selesai dari menenangkan diri, Jeno menguatkan hatinya untuk menemui Renjun. Namun sebelum ia kembali ke kamar itu, ia terlebih dahulu menuju kamarnya sendiri untuk mengambil tas.

Karena Jeno sudah menjanjikan Renjun untuk meminjamkan bajunya. Dan itu sudah berjam-jam yang lalu. Entah bagaimana reaksi pria Cina itu saat Jeno baru kembali sekarang.

Jeno membuka pintu kamar dengan kartu akses yang ia miliki. Pandangannya langsung menuju pada ranjang yang ditiduri oleh seorang bertubuh kurus.

Jeno tersenyum, Renjun tidur dengan menggunakan bathrobe. Mungkin anak ini ketiduran akibat menunggunya yang tidak kunjung kembali.

Jeno mengambil posisi berbaring di samping Renjun, bermain dengan rambutnya dan mengusap wajah indahnya.

Berusaha menghafal dan menjadikannya sebagai pemandangan paling cantik dalam memorinya.

"Maaf yaa aku baru datang, aku butuh waktu setelah kamu nolak aku. Otak aku emang bisa mikir tapi hati aku ngga terima ditolak."

Jeno berbicara dengan orang yang tertidur di sampingnya menggunakan bahasa Korea, ia tidak ingin Renjun mengerti apa yang ia bicarakan karena ia dapat merasakan nafas dan gerakan kelopak matanya berubah dan tidak lagi teratur.

Renjun baru saja terbangun dan berpura-pura tidur. Jeno kembali tersenyum melihat kelakuan menggemaskan tersebut.

Ia memilih tetap bermonolog untuk menumpahkan semua isi hatinya, biar saja Renjun tidak mengerti yang penting hatinya lega.

"Aku pikir kamu suka aku makanya kamu godain aku. Kamu dan aku saling suka dan kita udah dewasa, mau nunggu apalagi. Pas kamu bales ciuman aku, aku pikir aku udah ketemu sama jodohku. Aku salah, kamu cuma main-main."

"Yang paling bikin aku sakit itu waktu kamu bohong bilang kalau kamu ngga nolak aku. Padahal jelas-jelas kamu udah nolak. Emang muka aku sesedih itu sampe kamu kasihan sama aku?"

"Tapi pas tadi aku renungin lagi, aku bersyukur kamu minta waktu. Kalau tadi aku bener-bener keluar dari sini tanpa kamu cegah, mungkin aku udah mati karena patah hati sekarang. Engga sampe segitu juga sih, kayak yang tadi aku bilang kalau otak aku ngerti tapi hati aku ngga bisa terima."

"Seminggu ini aku bakal selalu ada di samping kamu, bukan cuma ngejaga dan ngebuktiin cinta aku. Tapi juga untuk kebahagiaan aku sendiri. Aku sadar diri kok kalau aku ini bukan siapa-siapa dan dunia kita jauh berbeda, jadi seminggu ini ngga akan aku sia-siain. Karena mungkin kita ngga akan pernah ketemu lagi. Biarin aku bahagia seminggu ini, aku mohon jangan tolak aku".

Jeno memeluk tubuh kecil di sampingnya, berharap dapat terus melakukannya hingga ujung usianya nanti.

"Kamu bener pas bilang aku konyol. Padahal kita baru ketemu, tapi entah kenapa aku bisa bayangin masa depan kita. Tapi sekali lagi, aku tau diri. Seminggu ini udah lebih dari cukup. Terima kasih kamu bikin aku ngerti apa itu cinta. Selama ini aku ngucapin cinta ke mantan aku tanpa bener-bener ngerti artinya."

Jeno melihat jam di tangannya, sudah jam 2 malam. Tiga jam lagi kapal akan sampai di Jeju. Dengan semangat Jeno mempererat pelukannya pada tubuh pria yang masih pura-pura tidur. Sengaja supaya sesak.

"I cant breathe!" Akhirnya Renjun menghentikan akting tidurnya.
"Oh wow, the prince wake up?"

"Dont play dumb. You deliberately disturb my sleep."

"I have my bag here, you can wear some clothes now"

Renjun mengangguk dan mereka berdua turun dari ranjang.

Jodoh Who Knows - NoRen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang