51

5.1K 758 80
                                    

Renjun menangis semalaman, hanya semalam itu. Menangis di lantai hingga akhirnya tertidur. Ketika pagi datang, hanya ada kebencian yang ia rasakan.

Kebencian untuk semua orang yang telah menyakitinya, Jeno dan keluarganya, Jaemin, ibunya sendiri, Haechan bahkan Kamal.

Masih terlentang di lantai yang dingin, hal yang pertama Renjun lakukan adalah menggenggam ponselnya. Mencari nomor salah satu petinggi kepolisian yang menjalin hubungan mutualisme dengannya.

"Selamat pagi, pak Renjun. Apa kabar?"

"Kabar saya kurang baik pak. Gimana kabar istri? Suka sama cincin yang kemarin?"

"Hhahahah, suka banget Pak. Boleh kalau ada lagi."

"Masih banyak stok saya, tenang aja."

"Ngomong-ngomong kabar kurang baik gimana maksudnya? Cerita Pak, pasti saya bantu."

"Kemarin saya ketemu polisi yang namanya Lee Donghae, saya rasa dia cocok buat dikirim ke perbatasan."

"Maksudnya dimutasi?"

"Iya terserah lah apa namanya."

"Terima kasih Pak Renjun sarannya, kepolisian memang selalu kekurangan tenaga untuk di perbatasan. Kalau boleh nanti saya minta detilnya Lee Donghae yang mana, soalnya itu nama umum."

"Iya nanti bawahan saya yang kirim."

Renjun menutup sambungan teleponnya, menatap langit-langit tinggi di atasnya. Ia sepertinya akan pindah dari tempat ini. Terlalu banyak kenangan bersama Jeno di sini.

Jeno? Mengingat namanya saja sudah membuat dada Renjun berdesir perih. "Cari masalah sama orang yang salah, kalian ngga akan bahagia."

🔔🔔🔔

Donghae yang berwajah lesu memasuki ruang rawat inap sang putera, sudah hampir empat hari ini puteranya tidak sadarkan diri. Peluru yang menembus dadanya itu menyerempet jantung, membuat pendarahan sangat sulit dihentikan.

Sedangkan istrinya tertidur meringkuk di sofa. Tersisa jejak-jejak air mata di wajah tersebut. Eunhyuk memang selalu menangis jika terjadi apa-apa pada Jeno.

Donghae tersenyum miris melihat keadaan keluarga kecilnya. Setelah melepas topi dan jaket, Donghae duduk bersandar di bahu sang istri yang tetap terlelap tidak terganggu.

Kemudian matanya terfokus pada map di tangan, Surat Keputusan pemindahan tugas. Entah bagaimana ia bisa mendapat mutasi tiba-tiba. Tidak tanggung-tanggung, ke perbatasan yang situasinya selalu mengkhawatirkan. Panmunjom.

Empat hari ini anaknya selalu terbaring tidak berdaya, bagaimana ia akan menceritakan pemindahan tugas ini pada istrinya. Sangat mendadak, terlalu mendadak. Aneh sekali.

Dalam keadaan seperti ini, ia tidak mungkin meninggalkan Jeno apalagi meminta Eunhyuk menemaninya pindah tugas ke Panmunjom. Namun meninggalkan mereka berdua di Seoul juga tidak rela. Donghae tidak tahu harus bagaimana, ia hanya tidak ingin berpisah dari keluarga kecilnya.

🎼🎼🎼

🎶🎶🎶

🎵🎵🎵

Hari ke lima Jeno dirawat. Giliran Sanha dan Baejin yang menungguinya di rumah sakit. Kedua orangtua Jeno sedang pulang ke rumah, mengurus kepindahan ayah Jeno.

Namun mereka sedang tidak memperhatikan sang pasien yang masih belum sadar. Justru mereka terlihat sedang mengacak-acak kamar rawat Jeno mencari barang hilang.

"Buset dimana sih tuh hape si Jeno?" Kesal Baejin.

"Anjir emang, gw juga nyari di kamarnya sampe serumah gw ubek-ubek ngga ketemu. Di kantor juga gw cari ngga ada." Keluh Sanha.

"Elu ngga ngeberesin hapenya Jeno kali! Loe tilep terus loe jual!!" Tuding Baejin pada Sanha.

Tentu saja Sanha tidak terima. "Heh! Sembarangan loe pacil! Jelas-jelas hape Jeno udah gw beresin. Udah gw taro di laci samping kasur ini, ada tante Eunhyuk juga disitu!!"

"Iya tapi udah berhari-hari kita cari kemana-mana ngga ketemu!"

"Sial!! Gimana kita mau ngasih tau Renjun kalo kayak gini? Renjun mesti tau keadaan Jeno!"

"Lagian elu sih! Kenapa ngga minta nomor Renjun? Mestinya pas abis penembakan dan sebelum hape Jeno ilang loe langsung telepon Renjun."

"Terus aja loe salahin gw! Hah! Mana gw tau tuh hape bakal ilang?! Ahelah, padahal momennya lagi pas. Mereka berantem tapi Jenonya sakit. Kalo ngikutin cerita di sinetron kan si Renjun mestinya kesini trus Jeno jadi sadar trus mereka langsung baikan."

Baejin mendengus kesal mendengar ucapan Sanha. "Makanya tontonan tuh yang bermutu! Azab doang tontonan loe!?"

"Masih mending gw punya tipi!"

"Ngapain punya tivi kalo isinya sampah semua?!"

🌇🌇🌇

Di kediamann keluarga Lee, Eunhyuk menangis dalam pelukan Donghae, tidak rela ia melihat sang suami pergi apalagi ke daerah perbatasan. Sama saja dengan mengantar nyawa.

"Pensiun muda aja gimana?" Isak Eunhyuk kepada Donghae.

"SK tugasnya udah turun, ngga bisa diapa-apain. Ngga apa-apa Hyuk, jalanin aja. Sebentar lagi juga Jeno sehat."

"Kamu tega ninggalin aku sama Jeno? Jeno lagi sakit, dia butuh kamu. Aku apalagi." Jawab Eunhyuk kesal.

Donghae hanya bisa memeluk istrinya untuk menenangkan, jika bisa pun ia tidak akan pergi. Apalagi dalam keadaan seperti ini.

"Kita kuat, kita bisa lewatin ini semua." Ucap Donghae lemah, tapi bahkan ia sendiri pun tidak yakin dengan ucapannya.

"Mungkin kalau kamu ngga ada masalah sama Renjun, Renjun bisa ngegantiin posisi kita untuk jaga Jeno. Dan kamu bisa ikut aku dengan tenang pindah ke perbatasan."

Eunhyuk menggeleng kuat, tidak setuju dengan ucapan Donghae. Tapi lalu ia sadar ini bukan saatnya untuk mendebati Renjun dengan suaminya.

"Yang lalu biarin aja berlalu."

🍵🍵🍵

Tbc

🍵🍵🍵

🔴🔵
Note.
🔵🔴

Ngerti gak sih alur harinya??

Hari #2 setelah jeno kena tembak, renjun mau baikan soalnya si jeno udah ngga ada kabar, renjun kira jeno ngambek. Pas ditelepon eh ternyata malah nomornya renjun di blokir. Pas nyoba nelepon dari telepon laen, ternyata nyambung tapi yg ngangkat jaemin. Renjun marah, dia nelepon ibunya.

Hari #3 setelah jeno ketembak, renjun nelepon petinggi polisi untuk mutasi donghae. Jahat emang.

Hari #5 setelah jeno ketembak, baejin ama sanha masih nyari hape jeno yang hilang dari hari pertama jeno masuk RS.

Plis silakan bertanya atau berkomentar buat yang masih gapaham. Soalnya gw aja takut salah nulis narasi 😖😖

Jodoh Who Knows - NoRen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang