86

4.1K 548 22
                                    

____⭐⭐⭐____

Jeno itu masih suka bersifat kekanakan, tidak terlalu peka dengan keadaan lingkungan dan orang-orang di sekelilingnya. Jeno masih sulit memprioritaskan mana yang penting dan mana yang tidak. Pikirannya lurus dan tidak macam-macam.

Renjun bersyukur dengan segala kekurangan Jeno. Berbeda dengan orang yang di hadapannya ini. Chani yang memiliki pemikiran dewasa, dapat membaca situasi dengan cepat dan tahu di posisi mana dirinya berada. Chani dapat membedakan apa itu pesimis dan realistis.

Masih dengan pakaian seragam perawatnya, Chani membawa Renjun ke ruangan tertutup. Renjun memang mendatangi Chani ke rumah sakit langsung.

"Saya engga punya hak apa pun untuk ngerusak peenikahan mereka."

"Tinggal bilang iya, saya yang bakal urus semuanya! Haechan depresi! Dia engga mau ngomong sama siapapun!"

"Haechan cuma butuh waktu untuk nerima Mark. Lagipula saya dan Haechan udah selesai. Ini keputusan kami berdua." Jawab Chani dengan raut wajah sedih.

Renjun mengernyit bingung, "apa?"

"Haechan. Haechan itu matahari di hidup saya yang kelam. Tapi seterang-terangnya matahari, dia akan tenggelam juga."

_____⭐⭐⭐_____

Chani menatap bahu Renjun yang menghilang di balik pintu. Menghilangkan satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan Haechan kembali. Tapi Chani bisa apa? Ini semua keputusan Haechan.

Haechan sudah disisinya selama bertahun-tahun. Saling menjaga, menghibur dan menemani. Meski Haechan terkesan tertutup dan tidak banyak bercerita tentang dirinya, Chani tetap mempercayainya dengan tulus.

Dunia seakan runtuh dan hancur saat tahu ternyata Haechan sudah bertunangan dan merupakan pewaris rantai hotel terbesar. Jadi selama ini hubungannya dengan Chani memiliki arti apa?

Saat di rumah sakit itu juga Chani akan memutuskan hubungan mereka. Namun kemudian Haechan menangis sambil meminta maaf. Menjelaskan bahwa ia tidak mencintai Mark sama sekali, menjelaskan alasan kenapa ia tidak pernah jujur.

Chani yang memang sangat mencintai Haechan pun memaafkan dan menerimanya kembali. Mereka berbaikan, memulai semua dari awal dengan kejujuran.

Haechan mengajak Chani kabur. Hanya sampai keadaan kembali mendingin dan mereka akan kembali. Hari-hari indah yang hanya ada mereka berdua.

Belum sempat mengatakan iya pada tawaran Haechan, Chani dihadapkan dengan keadaan pahit.

Sepulangnya dari rumah sakit, ada keributan di panti. Ternyata dua tahun lalu anak kandung ibu Han, sang pemilik panti, meminjam uang dalam jumlah besar pada bank dan menjadikan tanah beserta bangunan panti sebagai agunan.

Mudah ditebak, hutang tersebut tidak dapat dilunasi.

Panti harus dikosongkan dalam waktu satu bulan. Hanya ada kesedihan dan kemurungan. Ibu Han yang sudah merawat Chani sejak bayi terus menangis, begitu juga adik-adiknya yang sudah mulai bisa mengerti permasalahan. Chani tidak mungkin pergi meninggalkan mereka di saat seperti ini.

Itu lah awal mula pertengkarannya dengan Haechan.

Di saat Chani sedang sibuk khawatir dan mengurusi permasalahan saudara tidak sedarahnya, Haechan malah memaksa dan menuntutnya untuk memberi perhatian. Bahkan menyuruh Chani untuk memilih. Semua itu membuat kepalanya ingin pecah.

"Nunggu apalagi? Ayo kita pergi!"
"Kamu sayang engga sih sama aku? Kamu sengaja nyakitin aku karena aku tunangan sama orang lain?"
"Aku udah susah-susah kabur cuma buat kamu. Tapi kamu engga pernah peduli!"
"Pilih! Aku atau mereka?"

Pertengkaran keduanya tidak dapat dihindarkan. Setiap mereka bertemu, pasti bertengkar. Sampai-sampai Chani memutuskan untuk putus sementara waktu. Haechan setuju, mereka memang membutuhkan waktu sendiri. Haechan untuk menenangkan diri dan Chani untuk mengurus permasalahan panti.

Dua hari kemudian seorang pria paruh baya mendatangi panti. Pria paruh baya yang entah bagaimana mengingatkan Chani pada Haechan. Chani diberikan amplop berisi berkas yang tidak ia tahu apa isinya, namun tetap ia terima.

"Hadiah karena sudah melepas Haechan. Renjun bener, kamu anak baik. Sukses selalu Kang Chanhee."

Belum sempat Chani bertanya apa maksudnya, orang tersebut sudah pergi. Ketika akan mengejar, ibu Han memeluknya dan menangis seraya mengucapkan terima kasih berulang kali. Mengatakan kalau sekarang ia adalah pemilik panti asuhan baru ini.

Chani kaget luar biasa, bagaimana bisa? Tapi melihat seluruh keluarganya bahagia, Chani juga bahagia. Ia tidak sabar mengatakan pada Haechan bahwa permasalahan panti sudah selesai. Mereka bisa pergi bersama, ke tempat yang hanya ada mereka berdua.

Esoknya justru menjadi petaka untuk Chani. Haechan datang wajah berurai airmata dan menamparnya dengan keras berkali-kali.

"Jahat! Kamu ngejual aku ke ayahku sendiri cuma demi panti ini! Kamu satu-satunya harapan aku!"

"Satu-satunya yang aku punya! Tapi kamu engga pernah mandang aku ada! Cuma ada adik-adik dan panti ini di pikiran kamu!"

Chani berusaha menjelaskan yang sebenarnya, bahwa tiba-tiba ada orang asing yang memberikan sertifikat kepemilikan tanpa sepengetahuannya. Chani tidak tahu-menahu kalau itu adalah ayah Haechan dan itu adalah pertemuan pertama mereka. Namun Haechan tidak mau mendengar dan percaya.

"Kita selesai."

Haechan pergi, Chani mengejarnya. Ternyata ada Mark dengan mobilnya yang sudah menunggu. Haechan masuk ke dalam mobil itu dan Chani akan membuka pintu itu. Tapi tentu Mark menghalanginya dan membuatnya mundur dengan satu tendangan dengkul di perut.

Itu kejadian dua minggu lalu, sejak itu mereka putus hubungan. Haechan tidak dapat dihubungi dan Haechan tidak pernah menghubunginya.

Seminggu yang lalu Mark datang untuk memberitahu bahwa Haechan meminta maaf pada Mark dan pertunangan mereka dilanjutkan. Bahkan mereka sudah menentukan tanggal pernikahan.

_____⭐⭐⭐_____

Tbc

Jodoh Who Knows - NoRen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang