Zilva memutuskan untuk rehat sejenak di kursi milik pedagang es kelapa muda. Lokasinya sangat strategis: tepat di bawah pohon mangga yang rimbun.

"Pak, es-nya satu minum sini, ya." Ia mengambil kipas tangan yang ada di tasnya. "Oh iya, bungkus tiga juga, Pak."

"Baik, Mbak," jawab pedagang es kelapa muda sambil memberikan segelas es yang sudah siap diminum ke Zilva.

"Es-nya satu minum sini, Pak."
Seorang laki-laki datang dan duduk tepat di sebelah kiri Zilva. Bibirnya tersenyum manis ke arah gadis itu.

Zilva tersenyum canggung dan menenggak es-nya lagi.

"Hai," sapa laki-laki itu dengan tiba-tiba.

Gadis itu menoleh ke kanan kiri memastikan ia tidak salah dengar. Ia hanya membalas dengan senyum canggung.

Ia memutar otak, dengan jelas ia tak mengenal manusia di depannya. Apakah Zilva se-terkenal itu?

"Udah lama?"

Kepala Zilva sontak menoleh dengan cepat dan menunjuk wajahnya; saya?
Laki-laki itu mengangguk dengan cepat.

"Ah, baru aja minum." Gadis itu menunjuk gelas yang isinya tersisa setengah. "Maaf, kamu siapa, ya?"
Kedua alis laki-laki berambut sedikit pirang itu menyatu, pertanda bingung dengan pertanyaan Zilva.

"Aku? Gabe."

Zilva seketika menatap ke atas; berpikir dengan keras. Berusaha untuk mengingat seseorang bernama Gabe. "Maaf, kamu kenal aku?"

"Pasti, dong, Vania." Laki-laki yang mengaku bernama Gabe itu tersenyum manis. Tangannya mengangkat gelas yang berisi es kelapa muda dan menenggak isinya.

"Ini, Mbak," ucap pedagang paruh baya itu sambil menaruh sebungkus plastik berukuran sedang yang berisi beberapa bungkus es kelapa muda.

"Maaf, bukannya saya sombong. Tapi, saya gak kenal kamu sebelumnya. Hmm ... kalau gitu, mulai sekarang kita teman, oke?" Zilva mengulurkan tangan kanannya, mengajak laki-laki di depannya untuk bersalaman.

Gabe tersenyum getir, ia ulurkan tangan menyalaminya.

"Aku duluan, ya." Zilva beranjak dari duduknya, mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya untuk membayar minuman, dan kembali mengendarai motor.

"Ini baru yang namanya sakit tapi tak berdarah," gumam Gabe yang sudah tak bisa didengar Zilva karena gadis itu sudah hilang dari pandangan.

♫~♥~♫

"Sambutlah saudara-saudara, Zilva yang imut sudah datang dengan membawa keceriaan dan kebahagiaan!" teriak Zilva ketika baru saja memasuki rumah. Tangannya ia angkat ke atas dan juga bibirnya tersenyum bahagia.

"Lama banget perjalannya, heran," sahut Christ yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Tadi mampir beli es dulu, eh terus ada cowok yang namanya Gabe. Gak tau kenapa, dia bisa kenal aku, padahal sebelumnya aku gak kenal dia sama sekali."

"Gabe siapa?"

Zilva menoleh dengan cepat ke arah sofa di samping kanannya dan mendapati Gabriel sedang duduk dengan alis yang menyatu. Gadis itu bingung, kenapa kekasihnya bisa ada di sini, padahal dia belum mengabari sama sekali.

"Kamu siapa?" candanya. Zilva terkekeh pelan.

"Jahat banget aku dilupain." Gabriel beranjak dari duduknya dan mengambil es yang ada di tangan Zilva, kemudian meminumnya. "Gabe siapa?"

Boyfriend In My DreamWhere stories live. Discover now