Chapter Twenty Four - He's Dark

817 49 16
                                    

Ruangan yang memang pengap itu terasa bertambah panas. Aura dendam, kebencian, dan amarah, meluap tanpa bisa dikendalikan. Dua remaja laki-laki itu saling tatap, seperti berusaha meremukkan tulang-belulang lawannya lewat pandangan. Dalam remang cahaya lampu ruangan, keinginan untuk saling membunuh itu jelas terlihat dari keduanya.

Sean maju selangkah, ingin meraih Sarah yang tergeletak tak berdaya di lantai. Namun, secepat angin Sam menerjangnya dengan sebuah pukulan keras. Sean terpental, langsung memegangi wajah yang seolah akan remuk. Sam rupanya telah mengumpulkan semua tenaga untuk menghantam dirinya.

"Lo terlambat," desis laki-laki itu, tersenyum miring. "Like always, you always be late."

Sean melihat Sarah, mencoba menerka, apakah dia masih bernapas atau tidak.

"Lo lihat itu." Dia menunjuk ranjang tempat Siena dan Siera terbaring kaku. "Mereka juga mati, karena lo terlambat. Lo pembunuh mereka, Sean."

Sean menggigit bibir yang bergetar, hatinya seolah remuk melihat dua jasad itu. Sekian lama mereka mencari keberadaan dua saudari itu, tetapi tak menemukan satu pun jejaknya. Serapi itu Sam menutupi semuanya dari mereka.

"Kenapa lo tega, Sam? Lo tega bunuh mereka, yang sudah menganggap lo saudara sendiri."

"Bukan gue yang bunuh mereka, Sean, tapi lo!" Jari Sam menuding wajah Sean. "Gue sudah bilang, 'kan? Temukan mereka, sebelum mereka mati."

Semua kejadian berputar cepat di otak Sean, saking cepatnya semua menjadi buram. Dia tak mampu mengingat detail kejadian itu, begitu pun dengan kecelakaan yang baru ia alami dengan Gilang. Seingatnya dia terjatuh di aspal, tak jauh dari Gilang. Namun, entah bagaimana setelah itu dia tersadar di kamarnya. Tanpa ingat bagaimana caranya bisa pindah posisi.

"Tadinya, gue mau memenuhi setiap menara Dream Castle gue dengan nama berbeda, tapi semuanya berawalan huruf S. Siena, Siera, Sarah, dan entah nama siapa lagi. Gue mau mengumpulkan mayat mereka di sini sebagai koleksi, dan jiwa-jiwa mereka akan menaungi menara-menara di kastil gue. Dan di puncaknya, dengan penuh rasa hormat, gue akan menempatkan jiwa lo. Tapi ...." Mata Sam bergerak, melihat Sarah yang terpejam. "Dia ngerusak kastil gue!" Laki-laki itu menunjuk Sarah.

"Karena kastilnya rusak, gue putuskan untuk mengakhiri mimpi itu sekarang. Malam ini, gue akan mengurung jiwa kalian di dalam kastil itu. Dan besok, gue akan membuat kastil yang baru. Sementara kalian hanya akan menjadi rahasia. Seperti huruf awal nama kalian: S. S for secret. That's the way you'll be ended. Full of secret."

Tawa lantang menggema, memenuhi setiap sisi ruangan pengap itu. Sean mencoba menarik napas panjang, menetralisir hati yang hancur berantakan. Kematian Siena dan Siera adalah sebuah kepastian, tetapi mungkin saja masih ada harapan untuk Sarah. Dia harus mengeluarkannya dari sana sekarang juga.

"Ayo, Sam, kita selesaikan semuanya." Derap langkah Sean terdengar berat, begitu pun Sam. Mereka saling meraih, lalu menghantam satu sama lain. Tinggi yang hanya berbeda 1 sentimeter dan tubuh yang sama-sama kekar, membuat pertarungan itu seri. Mereka selalu saling membalas pukulan dan tendangan, dengan seluruh kekuatan yang dimiliki.

"Lo harus mati, Sam!" pekik Sean, lalu memukul rahang Sam dengan keras, sehingga dia limbung. Sam yang terduduk di lantai langsung memungut serpihan kaca botol yang tadi dijatuhkan Sarah, menjadikannya senjata. Cepat dia bangkit dan berusaha menghujamkan pecahan beling ke dada Sean, tetapi laki-laki itu berhasil menghindar. Namun, pecahan kaca itu masih menggores kulitnya. Darah segar mengucur dari tubuh lelaki itu.

Sean mengambil kesempatan, lalu ikut meraih pecahan botol. Dia menggenggam beberapa, kemudian melemparnya ke arah Sam. Laki-laki itu sempat menghindar dari serangan Sean, tetapi tak cukup waktu untuk mengelak dari lemparan lain. Pecahan kaca itu berhasil masuk ke mata kirinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 17, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SarahWhere stories live. Discover now