Thirdty Nineth

1.1K 88 27
                                    

Author POV

Penjara yang terisolasi dari pulau utama.

Konon dikenal sebagai penjara para penjahat ulung.

Terjaga dari yang jahat.

Pen! Jahat!//suara mermaid man :v

Langkah kaki menggema di lorong yang sepi.

Pintu sel besi yang kiat dan tebal berjejer di sana.

Mata raja menatap ke petugas dan tamu yang datang berkunjung.

Sampailah keduanya di pintu paling ujung dari lorong yang terletak di tengah sendiri.

"Kau kedatangan tamu lagi, anjing gila", ucap si petugas mengetuk pintu dengan pentungan yang ia bawa.

"Siapa?", suara dari dalam terdengar berat dan parau.

"Tamu biasanya", ucapnya sambil memutar kunci membuka pintu.

Anjing gila Shinjuku.

Di kurung di dalamnya.

Kakinya diborgol bola besi berat.

Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang tidak terlalu pendek.

"Ketua..."

"Rossy sayang, aku sudah bukan ketuamu lagi"

Penampilan kacau.

"Kau bebas", ucapnya.

Dalam diam Rose mendekat dan langsung memeluk mantan ketuanya.

Memeluknya dengan kasih sayang.

Memeluknya dengan kelembutan.

Untuk pertama kalinya Kurouma mendapat kehangatan yang tulus.

Yang selama ini dia cari.

Perasan cinta yang tulus.

"Rossy...", panggilnya suaranya bergetar. "Aku ingin dicintai...kenapa begitu aku mencintai sesuatu semua hilang?"

"Aku di sini ketua...aku mencintaimu"

"Rossy..."

Air matanya berderai deras mendengar hal tersebut.

Teriakkan putus adanya menggema hingga ke lorong.

Pelukannya mengerat pada gadis yang memeluknya lembut.

Eric POV

"Sudah?"

"Hm..."

Aku selalu mengantar kakakku ke penjara ini.

Dia tidak ditangkap karena dia dilihat termasuk korban penculikkan.

Dan yang membuatku terkejut lagi, kakakku ini mencintai orang yang membuat adikku trauma.

Aku sudah tidak mau tahu tentang hal itu.

Si anjing gila itu selamat begitu kakak menolongnya.

Dia dan kakakku menghilang untuk mengobati luka yang di dapat.

Pada akhirnya, dia ketahuan olehku yang detektif ini.

Ada sedikit pertengkaran antara kami waktu itu, tapi yah...

Kalau sudah cinta mau bagaimana lagi.

"Bagaimana keadaannya?"

"Ketua...makin kurus"

"Hm, semoga dia semakin baik"

Kakakku sudah meninggalkan pekerjaan gelapnya dan kami tinggal di desa tempatku dibesarkan dulu.

Sebelum insiden [Name] tentu saja.

Bekerja di sebuah restoran keluarga kecil yang dulu sering aku dan keluarga angkatku kunjungi.

Berasa nostalgia di sana.

Aku memutuskan keluar dari kepolisian dan membuka agensiku sendiri.

Aku beralih menjadi detektif swasta.

Yah, memang tidak ada kasus yang berat di desa kecil ini.

Tapi, lumayan orang kota sering datang menemuiku.

"Lalu kak, soal yang ada di perutmu bagaimana? Dia mau tanggung jawab?"

Ck, setelah adikku sekarang kakakku yang diperkosa sampai hamil!

Ini terjadi saat keduanya menghilang!

Cih, menghilang tapi malah sikidipap!

Meski kakakku mengelak kalau dia melakukannya karena keinginan kakakku.

Karena mereka saling mencintai.

Alasan klasik.

"Aku akan membesarkannya dengan baik, meski ayahnya menjalankan hukuman di penjara"

Memang belum terlihat menonjol perutnya.

Untung aku sempat menggeledah kamarnya.

Test kehamilan kutemukan di bawah bantalnya.

"Percayalah padaku, Eric. Ketua bisa berubah!"

"Hm, akan aku coba percaya. Tapi kalau tidak, kakak tidak bisa menghentikanku untuk menghabisinya"

Aku membencinya.

Sangat benci!

Aku tidak bisa memanfaatkan atas semua yang dia lakukan terhadap ayah dan [Name]!

Termasuk kau, kak.

Aku sangat benci dia!

Hah~

Cinta memang membutakan segalanya.

"Ya, halo?"

[Kau tahu rumah sakit terdekat!?]

Rumah sakit?

Jangan bilang kalau [Name] akan...!

Mereka masih menginap di rumahku.

Rumah sakit dari sini jauh!

"Terlalu jauh Levi! Panggil Kamiya-san! Rumahnya 3 rumah di sebelah kiri rumahku!"

[Cih! Wakatta! Kau ada nomer rumahnya? Bisa kau telpon dulu?]

[Levi, ukh...aku tidak kuat lagi. Bayinya...]

[Bertanya, sebentar lagi!]

Sudah aku duga!

"Aku akan telpon Kamiya-san! Kau bisa langsung jemput! Ah, tidak! Temani saja [Name]!"

Aku ikut panik!

Apa yang harus kulakukan?!

"Berikan ponselnya"

Aku memberikan ponselku pada kakakku.

Aku melakukan mobilku lebih cepat.

"Levi, jelaskan situasi"

[Air ketubannya sudah pecah, istriku kesakitan!]

Pakai di loudspeaker.

"Siapkan tali atau sprei, ikat di sela langit rumah, beri alas di bawahnya suruh [Name] duduk di alas tadi, lalu air hangat dan handuk bersih, dekatkan ponselmu pada istrimu. Biar aku pandu dia", jemari kakakku menari layar diponselnya.

Sejak kapan kakakku jadi bidan?

Tenang sekali kakakku.

"Ini Kamiya-san, kau saja yang bicara Eric"

"Ha'i!"

Kakakku memasang earphone padaku yang tersambung ke ponselnya.

"[Name] ikuti aku, hih hih fuh~"

Ekspresi datar kakakku berubah.

Lucu.

[Sakit...Rose-san ini sakit]

"Pegangan pada tali di depanmu"

Semoga kau selamat [Name]!

The Dragon BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang