Twenty First

1.1K 157 12
                                    

Reader POV

Aku mohon jangan mati Levi.

Aku mohon.

Jantungnya berhenti berdetak.

"Clear!"

Levi jangan mati aku mohon.

Kami-sama jangan ambil dia dulu.

Aku mohon pada-Mu.

Jangan ambil dia sekarang.

Aku bisa dengar suara listrik dan Henry-sensei di dalam kamar.

Aku disuruh menunggu di luar olehnya.

Meski aku memohon, dia memintaku menunggu di luar saja sambil menunggu Nadin-san datang.

Aku tidak tahu siapa Nadin-san ini.

Levi tidak pernah cerita.

Yang aku dengar, dia melatih Levi selama ini bersama Henry-sensei.

"Kau [Name]?"

Aku mendongak dari posisi berdoaku.

Wanita kuat, kesan pertama saat melihat otot perutnya yang sedikit terlihat.

"Aku Nadin, apa Henry di dalam?"

Aku mengangguk, tubuhku lemas rasanya.

Mataku berair dan terasa panas.

Kugenggam pergelangan tangannya, "kumohon...tolong seamatkan hiks...suamiku Levi"

Aku memohon pada orang asing yang baru aku temui.

Ia hanya menepuk pundakku juga mengusap air mataku sebelum dia pergi ke dalam.

Aku mohon selamatkan dia!

Author POV

Ruangan tersebut sangat tegang.

Keringat meluncur mulus dari kening sang dokter.

"Move, Henry"

"Nadin! God! Thanks!"

Perempuan bertubuh kekar dengan tenag kakinya melangkah ke samping tempat tidur.

Bibirnya tidak berhenti bergerak mengucapkan matra.

Dari jemarinya yang lentik menetes air dan jatuh tepat ke tempat jantung berada.

Lalu tetesan itu tersabung hingga ke dahi.

"Taiyo no kokyu", telapak tangan Nadin bercahaya setelah ia gosokkan.

Mengarahkannya ke dada Levi.

Kosentrasi wanita teesebut sangat bagus.

Henry ikut melakukan hal sama yang dilakukan wanita tersebut.

Tangan dokter itu berada di dahi.

Istri pria yang sakit tersebut sama sekali tidak mengintip.

Ia berdoa dengan isaknya.

"Tolong selamatkan dia...Kami-sama"

Tubuhnya gemetar bersamaan dengan isaknya.

Matanya yang cantik tak berhenti mengeluarkan bulir bening.

Henry melarangnya masuk sampai kondisi Levi membaik.

Sang dokter tidak ingin dia terguncang kembali.

Suara derit pintu terdengar.

"Masuk", titah Nadin sembari menyeret [Name] masuk.

Nadin menggiring [Name] tepat ke samping suaminya.

"Atur napasmu dulu", Nadin mengusap punggung [Name] dengan lembut. "Tangkup tanganmu seperri berdoa"

"Apa hiks ini?", bingung [Name] ketika Nadin seperti memasukkan sesuatu di tangannya.

"Tiup", kepala Nadin terangguk saat melihat [Name] melakukannya. "Sekaranh berdoa untuknya lalu masukkan yang ada di tanganmu ke mulutnya"

Tanpa babibu dan berpikir, [Name] melakukan semua yang diperintah Nadin.

Asal kau bangun...asal kau hidup...aku mau menjadi tua bersamamu, doa [Name].

Sebulir bening masuk ke mulut Levi.

Levi POV

Apa yang...

Begitu aku bangun, pipiku basah oleh air entah dari mana.

Begitu mataku mulai fokus, aku dapati wajah istriku berlinang air mata lagi.

Dan 2 wajah lainnya.

"Levi...yokatta ukh"

"[Name], hei", rasanya aku lemah.

Bahkan hanya untuk menghapus air matanya saja.

Aku menopang tubuhnya saat dia langsung memelukku.

Namaku dipanggil berkali-kali beserta ucapan syukur dari bibir mungilnya.

"What wrong with me, Henry?"

"Jantungmu sempat berhenti"

"Hah?"

Jantungku berhenti?

Bagaimana bisa?

"Lalu, Henry dengar istrimu menjerit minta tolong saat mau ke rumahku", santuy sekali dia menjelaskan situasi yang mebuat istriku menangis (҂⌣̀_⌣́). "Dan bilang, kau tidak bernapas dan tidak bergerak. Itu semua kau terlalu memaksakan chimu bodoh"

"Tsk...sial"

Aku membuatnya khawatir lagi.

Membuat air matanya mengalir lagi.

"Aku menyeimbangkan lagi chi milikmu dengan Henry dibantu istrimu"

"Apa? [Name] juga?"

Aku sedikit mendorong tubuh [Name] yang masih memelukku.

Suara dengkuran saja yang kudapat.

Dia tertidur sambil menangis.

"Apa asmanya kumat?"

"No, she isn't"

"Tanpa kau sadari chi milik istrimu cukup kuat karena setiap hari dia berusaha sembuh dari asma", bagaimana kau tahu Nadin? "Tanpa ia sadari juga, chi miliknya cukup kuat"

Aku turun dari kasur dan menidurkan [Name] di kasur.

Ah, sepertinya demamku sedikit turun.

"Thank you, my dear, and you two"

Mereka hanya mengangguk dan keluar dari rumah ini.

Aku berbaring di sebelahnya.

Lemas sekali rasanya tubuhku.

"Levi...", bahkan saat tidur namaku kau panggil.

Aku merengkuh pinggang rampingnya, menariknya dalam pelukanku.

"Hiks..."

"Sst, aku di sini [Name] maaf membuatmu khawatir. Sudah tidak apa-apa"

Aku mengelus punggung dan mencium keningnya.

Isaknya terhenti.

"Ah, aku hampir lupa"

"Gasp!"

Sialan kau Nadin (҂⌣̀_⌣́)!

"Ketuk dulu sebelum masuk, idiot"

"Istrimu hanya kelelahan, aku letakkan ini di sini ya", botol apa itu? "Saat bangun suruh minum ini, baik untuk menambah energi"

"Keluar!"

The Dragon BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang