Thirdty Eigth

930 94 4
                                    

Author POV

Jalanan licin.

Jalanan penuh dengan genangan air.

Langit yang mulai cerah.

Sang mentari mengintip dengan malu-malu dari balik awan.

"Masih jauh?"

"Tidak kok, itu di sana"

Pemakaman di bukit.

Tampak batu nisan yang paling ujung menghadapi ke laut.

Hanya nisan tersebut yang ada di puncak bukit.

"Ayah, maaf aku lama tidak menjengukmu"

Senyum manis sang wanita merekah ketika melihat nama di batu nisan tersebut.

Duduk berlutut di depannya, melelahkan buket bunga di depan bagu nisan tersebut.

Tangannya menyatu dan matanya terpejam mendoakan sang ayah yang sudah tiada.

Diikuti suaminya yang menemaninya.

Seiring doa yang ia panjatkan, bulir kristal bening mengalir membasahi pipinya tanpa melunturkan senyum manisnya.

Kenangan saat bersama ayah terlintas di benaknya.

Kenangan manis hingga pahit.

Perlahan kelopaknya penampakan kembali bola matanya.

"Maaf aku menangis, Levi", jemari lentiknya menghapus jejak air matanya.

Levi menatap istrinya dan merangkul sang istri dengan lembut.

"Aku sayang ayah...sangat sayang padanya, setiap ke sini tanpa sadar aku menangis", tersirat di mata [Name].

Tatapan kasih sayang.

Membuat pipi Levi sedikit merona.

Levi POV

Senyum malaikat.

Benar juga yang dikatakan yang lain.

Aku tidak begitu mengerti perasaan memiliki ayah.

Kenny bukan cerminan ayah yang baik menurutku.

Ibuku bilang, ayahku pria brengsek yang meninggalkanmu saat dia tahu ibu hamil.

Kenny bilang, ibuku diperkosa oleh musuh bebuyutannya di dunia yakuza di Paris.

Aku tidak peduli mana yang benar.

Tapi dari cerita [Name], sepertinya kau pria yang baik ya.

Terlihat dari ibu dan [Name] memandangmu.

Meski sekarang kau tiada.

Aku ingin berterima kasih.

Mungkin, ini permintaanmu untuk mempertemukan pada putrimu.

Aku berjanji akan melindunginya.

Juga, "dia bergerak". Aku memegang perut buncitnya.

Anak yang dikandungnya.

Aku akan melindungi keduanya dengan nyawaku.

Aku akan lindungi senyumnya ini.

"Sudah waktunya makan siang, aku ada tempat yang enak lho"

Aku akan selalu memegang tangannya selalu.

"Restoran kecil sih, dulu aku sering ke sana dengan ayah dan ibu. Saat ayah pulang, ayah pasti mengajakku makan di sana"

"Sepertinya menarik, di sana saja"

"Uhn! Biar aku tunjukan jalannya"

"Pelan saja jalannya, [Name] tanahnya licin"

The Dragon BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang