Bab 21 - Jerat Setan

21K 680 4
                                    

Rey meninggalkan restoran malam itu dengan wajah memerah. Tangannya mengepal dan beberapa kali ia benturkan sendiri pada setir kemudi di depannya. Mobil-mobil yang kebetulan melintas di sekitarnya terdengar menyumpah-nyumpah, sebab Rey dengan kemarahannya itu mengemudi tanpa kendali, menerobos lampu merah, bahkan berbelok tajam tanpa isyarat lampu sein lebih dulu. Lelaki itu sudah tak peduli betapa bisingnya klakson-klakson yang ditujukan padanya. Jika perlu, mati di jalanan lantaran terlibat kecelakaan lebih ia sukai daripada kalimat terakhir kekasihnya tadi. Rey terus mengemudi, bukan mengarah ke jalan pulang menuju apartemennya, tetapi ke sebuah tempat yang ia yakini bisa menuntaskan segala kemarahannya.

Metro Club

Dengan asal sembarang parkir, mercy hitam itu telah merapat di halaman parkir sebuah club malam. Itulah pertama kalinya Rey menapakkan kaki disana. Di lingkungan elit tempatnya bekerja, memang bukan barang baru untuk menjajal kehidupan malam yang ingar bingar seperti itu. Banyak dari rekannya yang telah sering keluar masuk untuk mencari hiburan dan pelepasan diri dari rutinitas yang kadang-kadang memuakkan. Bukan apa-apa, tapi sebagian besar dari mereka memang meletakkan prestis tertinggi pada yang doyan hangout dan terlibat gaya hidup malam yang tak ramah di kantong itu. Jelas Rey bukan salah satunya. Sampai disitu, ia cukup memahami perkara dosa dan pahala. Setidaknya sebelum Kharisma memutuskan sepihak hubungan mereka.

Di depan pintu yang dijaga ketat oleh dua orang berbodi dempal itu, Rey melangkah ragu-ragu. Sebagaimana pemula pada umumnya, ia terlihat kikuk, antara masuk dan tidak. Dan bukan merupakan keberuntungannya ketika salah satu dari penjaga itu mampu membaca kebimbangannya. Penjaga itu berjalan mendekat.

"Silakan masuk, Pak! Bartendernya di sebelah sana," katanya menunjukkan, dibarengi senyum persahabatan. Begitulah para pengunjung disana disambut hangat. Orang-orang itu sangat mengerti bagaimana menjerat pemula-pemula awam seperti Rey untuk masuk pada lingkaran hitam yang nantinya akan sulit dilepaskan. Dari calon pembeli, menjadi pelanggan setia. Dengan cara seperti itulah mereka meraup laba.

Rey didudukkan di hadapan seorang bartender gondrong.

"Bapak ingin minum apa? Silakan pesan apa saja," kata penjaga tadi sebelum berlalu.

Ada berbagai bentuk botol dengan warna dan tulisan asing berjajar di rak. Banyaknya variasi itu membuat Rey menelan salivanya. Lama ia menimbang-nimbang. Ini bukan seperti memilih antara jus mangga atau jus strawberry yang sama-sama menyegarkan. Ia sedang memilih untuk memasukkan sesuatu yang ia tahu tak menyehatkan. Tapi kekecewaannya jauh lebih bebal dari logika warasnya. Ia akan minum untuk melupakan rasa sakitnya. Entah bagaimana ia yang sebelumnya tak pernah akrab dengan barang haram itu, tiba-tiba menyimpulkan permasalahannya akan selesai di meja club malam.

"Saya ingin yang paling laris disini!" kata Rey kemudian.

Dengan sigap, bartender itu mengambil botol berisi cairan coklat keemasan di rak teratas, lalu menuangkannya ke dalam gelas berukuran kurcaci. Satu sloki penuh telah tersaji. Wajah Rey sudah meringis lebih dulu, ia pandai mengira akan seperti apa rasanya. Pasti getir, serupa dengan nasibnya.

Tak mau dianggap katrok, Rey pura-pura mengerti bagaimana cara mengalirkan cairan itu ke dalam kerongkongannya. Ia pernah melihat beberapa temannya. Dengan sekali tenggak. Maka Rey melakukannya.

Sudah pasti jauh dari kata enak, tapi berhasil membuat Rey ketagihan. Mekanisme jerat setan telah bekerja: coba dulu, lama-lama jadi candu. Rey terus meminta bartender itu menuanginya lagi dan lagi. Rey minum hingga kewarasannya tiga per empat hilang dan ia mulai meracau tak karuan. Orang-orang yang melihat keadaannya saat itu tak akan mengira, bahwa ia adalah eksekutif muda yang sangat sukses dalam bisnisnya.

Ceracau Rey makin tak terkendali. Bartender di depannya sudah gamang menuangi sloki kosong di tangannya. Tapi Rey yang kepalang terjerat setan itu malah menyumpah serapahinya dengan kasar.

Surat Cerai EDISI REVISI [TAMAT]✔️Where stories live. Discover now