Mata gadis itu seolah berkata, 'terima kasih'. Meski hanya tergambar lewat seulas senyum tanpa pernah terucap.
Mereka masuk ke dalam sebuah kedai dengan nuansa klasik.

***

Gama memesankan beberapa menu yang pasti akan disukai gadis itu. Semua makanan sudah bertengger manis di atas meja. Mata gadis itu berbinar. Gama melihat gadis itu makan dengan lahap. Cowok itu menahan tawa tatkala saos balado menempel cantik di bibir manis gadis itu. Shanum sangat suka kepiting saos balado.

"Sye?"

"Apa?" Cowok itu memberi kode dengan menunjuk bibirnya. Tapi yang diberi kode tak juga paham.

Cowok itu mendesah dan menjulurkan tangannya, mengusapnya dengan ibu jarinya . Shanum sempat membeku sesaat.

"Ada saos di bibir lo! Lo makannya kayak anak kecil begitu," Gama terkekeh.

Shanum tersenyum lebar dengan mulut penuh makanan.

Terlihat lucu bagi Gama. Namun tidak lama ponsel cowok itu berdering. Saat diangkat ada sebuah suara gadis panik di ujung sana.

"Gama, please gue butuh lo banget sekarang!" ujar suara di ujung sana.

"Oke gue kesana sekarang juga!" balas Gama dengan raut cemas.

Penasaran, Shanum bertanya, "Ada apa Gam?"

"Gue harus cabut. Nggak papa' kan? Nanti lo pulang pesen grab aja ya? Gue minta maaf, Sye!"

"Iyaa, it's okay. Makasih ya Gam!" Shanum tahu urusan cowok itu lebih penting darinya. Menyangkut perioritas, dia tidak mungkin selalu menjadi yang diutamakan.

"Jaga diri lo baik-baik. Sampe rumah langsung tidur jangan mikir yang aneh-aneh dan cuma bikin lo sakit," ujar Gama mengusak rambut gadis itu sebelum beranjak pergi.

Kembali sendiri..

Inilah kehilangan yang Shanum maksud. Sepertinya setiap kata-kata yang terlontar hilang, bersembunyi pada petang. Suara gadis di ponsel itu terdengar dan raut wajah Gama adalah bukti bahwa sepertinya Gama sudah menemukan sosok baru. Menjadi prioritas lantas menggantikannya.

Ada kehilangan dan ketakutan yang tidak begitu kentara tapi sangat terasa.

Senja hilang, Gama hilang. Perasaanku masih saja bilang untuk menunggu siapapun yang datang. Entah tamu itu membawa bahagia atau luka. Shanum mengijinkan setiap hati untuk masuk dan mengenalnya.

Tak salah jika luka yang dibawa untuk mengenalnya, mungkin saja luka yang memberikan ruang untuk mereka menaruh rasa. Saling menyenbuhkan satu sama lain.

Hati yang rapuh butuh penyembuh. Dan penyembuh itu dinamakan cinta. Ibarat kaca yang pecah, yang perlu dibuat kembali bukan hanya di lem saja. Agar kuat, rekat dan sempurna.

***

Tidak lama seorang cowok dengan kemeja berlogo universitas yang sama dengannya duduk di kursi yang baru ditempati Gama.

"Gue boleh' kan duduk di sini, soalnya semua meja udah penuh,"

Shanum mengangguk, mempersilahkan tamu itu duduk.

TAS [4] SHANUM (END)Where stories live. Discover now