[02]

9.7K 716 5
                                    

Mark

Aku berdiri di depan cermin dan menatap perutku.  Memang masih belum terlihat  tapi aku tahu ada sesuatu - bukan, ada bayi yang tumbuh di sana.  Dan dalam beberapa bulan si kecil ini akan terlihat. 

Aku tahu orang-orang akan menatap ku begitu perutku mulai membuncit. Tentu saja mereka akan.  Karena Aku masih remaja, masih di sekolah menengah.  Setelah diejek karena akan perjaka selamanya, aku akan diejek karena hamil di usia muda. 

Aku menggelengkan kepalaku untuk melupakan kekhawatiranku untuk saat ini dan dengan cepat mengenakan hoodie dan sepatuku sebelum aku meraih tasku dan meninggalkan ruangan.  Jika aku tidak pergi sekarang, aku pasti akan terlambat dan aku tidak ingin menarik perhatian lebih. 

Orang tuaku tidak ada di rumah sehingga tidak ada yang memerhatikan aku mual pagi ini atau mengganggu aku untuk sarapan.  Biasanya ibuku memastikan aku akan makan sesuatu sebelum sekolah, tapi aku tidak merasa lapar hari ini. 

Aku mengambil headphone  dan meninggalkan rumah, mendengarkan salah satu playlistku untuk menghabiskan waktu dalam perjalanan ke sekolah.  Sedihnya, Jinyoung tinggal di ujung kota dan tidak bisa berjalan bersamaku. 

Aku berjalan di jalan, diam-diam menyenandungkan melodi lagu yang aku dengarkan sementara senyum kecil tersemat di bibirku.  Untungnya suasana hatiku sedikit lebih baik daripada tadi pagi. 

Jalannya singkat dan bahkan tidak butuh 15 menit untuk sampai di sekolah.  Aku mulai mencari kedua temanku yang seharusnya berada di antara siswa-siswa lain yang berjalan di sekitar, saling menyapa. 

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk melihat teman berambut cokelat ku yang berdiri di sebelah seorang pria berambut hitam yang memandang sekeliling dengan bosan sementara lengannya diayunkan ke bahu temanku. 

Aku belum melihat Youngjae sejak pesta karena dia berada di Tokyo bersama dengan Jaebum.  Dia memberi ku senyum cerah dan menyambut ku dengan pelukan hangat sementara pacarnya hanya melambai ringan. 

Aku ragu-ragu sebelum aku memeluknya kembali, agak khawatir bahwa dia akan merasakan sesuatu tetapi dengan segera tenang dan tersenyum lembut.  "Hei JaeJae. Bagaimana kabarmu?"  Aku menyambutnya dengan gembira.  Dia melangkah kembali ke pelukan Jaebum. 

"Aku baik-baik saja. Liburanku luar biasa." Dia tersenyum pada pria tinggi disampingnya yang memberinya ciuman kecil di pipi. "Dan bagaimana dengan liburanmu?"  Dia bertanya dan aku sedikit terkekeh. "Aku hanya dirumah saja"  Aku mengaku. 

Yah, tentu saja aku kadang-kadang berada di luar, tetapi aku tidak melakukan apa-apa.  "Pesta itu sebenarnya kurang lebih satu-satunya hal menyenangkan yang terjadi." Aku terus berjalan dan berjalan ke gedung sekolah. 

Dua anak laki-laki mengikuti ku dan senyuman lebar tumbuh diwajahku ketika melihat sahabatku di lorong.  "Jinyoung!"  Aku meneriaki namanya dan berjalan melewati kerumunan untuk memberinya pelukan yang panjang. 

Jinyoung telah menjadi sahabatku selama berabad-abad dan dia adalah orang yang paling aku percayai di bumi ini (dan kemungkinan besar satu-satunya yang saya percayai).  Dia selalu ada untukku yang mana sangat aku hargai.

Dia balas memelukku sambil tersenyum dan menarik diri beberapa detik kemudian.  "Kamu terlihat tampan, Markie."  Dia berkata dan menatapku.  Aku tersenyum.  "Aku harap kau punya liburan yang menyenangkan." Aku berkata dan berjalan ke kelas bersamanya. 

"Ya, aku benar-benar punya."  Si rambut hitam menjawab dengan gembira.  Tapi sesaat kemudian senyumnya memudar dan dia tampak ragu sebelum dia terus berbicara. 

"Apakah itu benar?"  Dia bertanya kepadaku dan aku benar-benar memandangnya bingung.  "Apa yang benar?" Aku bertanya dan terkejut ketika Jinyoung menarikku ke sudut. "Yah, beberapa orang mengatakan bahwa kamu dan Jackson Wang ... kamu tahu .. berhubungan seks."  Dia berkata pelan.  Mataku membelalak kaget. 

Sial! Siapa yang mengatakan itu ?!  Aku tidak menjawab tetapi tidak penting apakah aku menjawab atau tidak.  Jinyoung mengenalku dengan cukup baik untuk mengetahui bahwa itu benar.  "Jadi itu benar?"  Dia bertanya tetapi aku tetap tidak bisa menjawab.

Sial, aku ingin muntah!  Akunsegera berlari ke kamar mandi pria dan mengunci diri di salah satu kabin.  Mudah-mudahan tidak ada yang memperhatikan ku karena jika benar-benar ada desas-desus tentang aku dan Jackson, mereka mungkin akan mendapatkan gagasan bahwa aku hamil. 

Aku membersihkan mulutku dengan tisu toilet dan segera membeku ketika mendengar pintu terbuka.  Jika aku beruntung, itu hanya seseorang yang harus buang air kecil.  Langkah kaki mengisi kesunyian dan berhenti di depan kabinku. "Mark?" Sial ...

-

Jgn lupa Vote dan comment :)
Terima kasih!!

POSITIF?! | MARKSON  | TerjemahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang