code: X - 17 part 2

3K 214 29
                                    

A/n.

Bagi yang membaca ini dan bingung kenapa code: X yang baru lebih berat ... deela mengalami perubahan gaya nulis dan sedang rehab biar bisa nulis seperti cerita ini lagi.

.

.

Mampir di einforluted kuy!
----------------------------

"Hau hehahetan, hark!" Decak Exeon di ruang kerjanya sembari melototin Mark dengan tangan menari-nari di atas kertas. Di mulutnya bertengger stick es krim yang tadi menjadi bahan perebutan. Akhirnya dia bisa mendapatkannya kembali! Huh!

"Es krimnya dihabiskan dulu baru berbicara, Tuan muda." Nasihat Mark sambil merapikan tumpukan dokumen di atas meja boss-nya.

"Tuan muda berkata 'kau kebangetan, Mark'; Mark" sembari tertawa terbahak di sofa panjang ruangan kerja Exeon, Kiel mentranslatekan ucapan boss-nya untuk Mark. Sedikit mengejek maksudnya.

"Kebangetan mana aku sama orang yang hilang LAGI untuk ke empat belas kalinya dalam satu hari ini?" Protes Mark sambil berjalan ke arah sofa dengan wajah cemberut. Kebangeten darimananya coba? Dia cuma meminta Tuan muda tersayangnya untuk mengerjakan paperwork yang memang tugasnya!

Dan itu kebangetan katanya? Rawr banget nggak sih...

"Keenam belas Mark. Bukan keempat belas." koreksi Ezt setelah menghitung kasus menghilangnya Exeon satu hari ini dengan tangannya.

"Nah loh kan! Tambah parah rupanya dari hari kemarin," dengus Mark kesal seusai memposisikan diri di atas belaian keempukan sofa. Dia rebahkan kepalanya di sandaran sofa, dia pejamkan mata tuk menikmati kedamaian yang ada. Sebelum kedamaian ini hilang. Lagi.

"Well... yang penting sekarang boss ada di sini, kan? Rileks saja kawan. Toh kita sudah menutup jalan agar beliau tak bisa kabur lagi." Sembari meletakkan kopi hitam panas yang tadi dia buat di ujung ruangan ke depan teman-temannya, Nove bertutur lembut dan tenang. Kemudian dia berbalik ke arah Exeon dan meletakkan secangkir kopi sama persis di sana. "Es kopi boss. Sudah saya atur komposisinya agar tak terlalu pahit." Katanya sebelum Exeon bertanya. Dia tahu bossnya anti sama yang panas-panas dan pahit.

"Hoke. Hehimha hahih, Hofe" Jawab Exeon tanpa melihat Nove, kini matanya tertuju ke arah perkamen di tangannya. Namun bukan berarti dia tak mendengar pembicaraan menyindir keempat kawannya itu. Dia cuma mengacuhkan apa pun ucapan mereka. Toh kalau dia mau, dia masih bisa kabur. Dia percaya 'akan ada jalan untuk kabur dari paperwork'. Apalagi ide gila selalu nge-pop up di otaknya kala dia bosan. Hahaha.

Sementara Exeon sedang sibuk, keempat bawahan tersayangnya berdiskusi sendiri tanpa sepengetahuannya. Diskusi yang sekiranya serius hingga membuat wajah mereka tegang dan menghilangkan kantuk juga lelah. Diskusi dengan suara lirih selirih mungkin agar tak mengganggu boss mereka yang tengah bekerja.

"Memang tercium bau darah dari pedang Tuan muda kala dia berikan padaku, Mark." Bisik Ezt memberi tahu teman-temannya. Dia selaku penyimpan, pengurus dan perawat senjata code: X tentu dapat membedakan kondisi pedang Cartennya hanya dengan mencium baunya.

"Darah? Apa yang Tuan muda lakukan sebenernya?" Desah Mark bingung.

"Entahlah. Tapi anehnya, setelah kuperiksa, darah itu ada di ujung dan sisi kanan bilahnya. Darah di sisi kiri bilah hanya berupa percikan. Kuperkirakan pedang itu digunakan untuk menusuk atau memotong." Papar Ezt serius.

"Jelas tak mungkin dia gunakan pedangnya untuk memotong daging kambing di dapur, kan? Makan malam kita hari ini kan bukan sate!" Kiel ikut memberikan suara begitu bayangan sate bakar melintasi sel kelabu dalam kepalanya.

[ code: X ]Where stories live. Discover now