code: X - 11

4.9K 291 11
                                    

Pst, silakan mampir di EINFORLUTED.

Ada Maztffertanya jugaaa lho. Tapi mereka nggak segila di sini sih.

.

.

"Lene?"

Lene yang masih dalam posisi memalukannya--terduduk lemas di tengah jalan--gegara duo Carten yang menakutinya, terkejut seketika ketika suara lembut memanggilnya. Dia tolehkan kepalanya guna menatap siapa gerangan yang menyapanya.

Dan ketika dia melihat Exeon berdiri tak jauh darinya....

Tanpa alasan air matanya tumpah. Dengan segera dia menghambur, memeluk Exeon.

Gerakan tiba-tiba Lene yang cukup kuat membuat Carten code : X sedikit terhuyung ke belakang, namun tak terlalu kuat hingga mampu membuat anak terkecil Maztfferta itu terjatuh. Exeon bertanya-tanya, bisa dikatakan dia heran dengan apa yang dilakukan Lene. Keheranannya bertambah ketika dia mendengar Lene terisak.

"He-hei. Whats wrong?" tanya Exeon penuh tanda tanya di otaknya. Melihat gadis ini begitu rapuh, Exeon ingin menyentuh Lene atau mendekap sosok mungil yang tengah memeluknya ini. Dia ingin memberikan kehangatan. Saking kuatnya keinginannya, tanpa sadar tangannya bergerak. Namun sebelum ujung jemarinya menyentuh rambut mulus Lene, sense-nya kembali bekerja. Segera dia hentikan gerakan tangannya.

Exeon tahu dia tak bisa menyentuh gadis ini sekarang. Tidak setelah tangannya berlumuran darah.

"Hei. Lene?" Exeon berusaha membuat Lene menatapnya dengan perubahan nada dalam suaranya --mengingat dia tak ingin menyentuh gadis itu. Hanya saja, Lene tak memperdulikannya.

Hah... Exeon hanya dapat menghembuskan napasnya saat merasa dia tak bisa berbuat apa pun kecuali membiarkan gadis yang pernah ditolongnya di hutan ini memeluknya.

Namun tiba-tiba...

Sebuah pisau melaju cepat memotong deruan angin dan mendarat dengan rilex di samping mereka. Hawa mengerikan nan mencekam menggeliat mengepung dari segala arah.

Lene terkejut! Dia segera menjauhkan diri dari pelukan Exeon dan memasang kuda-kuda siap bertempur. Matanya menjelajah ke sekeliling mereka. Tubuhnya yang tadi bergetar karena tangis berganti dengan cepat dengan ketegangan.

"Apa itu tadi?"

Lene bertanya tanpa melihat Exeon. Dia melewatkan betapa Exeon menatapnya penuh arti ketika dia meningkatkan kewaspadaannya dan memasang kuda-kuda. Tatapan sedih bercampur kagum.

Beberapa pisau menerjang, lagi!

Nyaris saja pisau yang entah darimana itu menggores pipi Lene kalau saja tangan Exeon tak menghentikan laju pisau-pisau itu dengan tangkas.

Lene menoleh ke arah Exeon. Betapa kekaguman tersirat di wajahnya kala dia melihat lima buah pisau dalam gengaman tangan kanan pemuda itu. Hanya dengan satu tangan dan tanpa mengeluarkan usaha berlebih, dia dapat menangkap laju lima pisau yang nyaris melukai Lene dan mengincarnya juga.

Kekaguman Lene tak bertahan lama.

Lebih banyak pisau berterbangan dari segala penjuru mengarah ke arah mereka!

Lene menggigit bibirnya. Dia yakin belati yang bertengger di kedua pahanya tak cukup untuk menghalau pisau sebanyak ini. Dia pun bukan petarung yang tangkas. Dia mengakui dirinya cukup lambat.

Pasrah, Lene memejamkan matanya. Hidup di sarang mafia memang mengerikan!

Dor dor dor dor!

[ code: X ]Where stories live. Discover now