code: X - 01

12.4K 451 36
                                    

Gluduk gluduk gluduk.

Langit hitam menggulung-gulung menggelapkan kecerahan yang ada menyuramkan segalanya. Di lembah sebuah gunung tersuram di negara terpencil dari belahan benua megah, terdapat sebuah puri besar nan gagah yang berdiri bersama menara-menara besar berbentuk meruncing. Puri itu terpisah dari daratan yang lainnya karena dikitari sungai buatan selebar 5 meter dan sedalam 3 meter, konon katanya, ada ikan piranha yang dipelihara di sungai itu. Tentu saja hal ini memberikan pertimbangan tersendiri bagi orang yang berniat menyusup, apalagi dengan kenyataan bahwa jalan masuk satu-satunya adalah sebuah jembatan gantung dengan kayu-kayu keropos sebagai penopangnya.

Kilat menyambar-nyambar memberikan sekelebat cahaya pada sebuah ruangan besar yang letaknya di puncak puri. Ruangan itu besar, diperkirakan 1000 orang dapat mengisinya. Dindingnya terbuat dari batu marmer. Di setiap sudutnya terdapat pilar batu crystal melingkar yang menjulang sampai ke atas.

Cahaya batu crystal itu melebur menjadi satu bersama cahaya lilin yang hanya beberapa glintir untuk menerangi ruangan itu. Tentu tak dapat dikatakan menerangi, karena fakta berkata ruangan itu remang-remang. Tapi keremangan ruangan ini tak membuat beberapa orang di dalamnya menghentikan aktifitas mereka.

"Xiralene Bhaldove"

"Yup. The other one of 'Xiralene'. Astaga, jangan memandangku sinis begitu, dia yang mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian 'Maztfferta'. Aku kebetulan menemukan namanya, begitu saja. Dan Carlha, kau juga jangan ikut-ikutan Ex menatapku dengan pandangan geje begitu".

"Kenapa sih harus diadakan ujian 'Maztfferta' setiap tahunnya? Mau menyaingi Hogwartz-nya Harry Potter kah?"

"Jangan bicara begitu Ex. Penting adanya seleksi untuk menyaring orang-orang berbakat. 'Maztfferta' bukan sembarang tempat yang bisa dimasuki orang umum. Kalau freshman-nya 'Maztfferta' cupu-cupu, kita sendiri yang repot. Memangnya kita bisa menang melawan Gordelenz, Scaldarc dan Andoveom dengan orang-orang yang cupu? Bisa-bisa kita kehilangan wilayah kita sendiri. Biasanya kamu nggak ribut begini deh, nervouse karena menaramu yang jadi panitia?"

"Nggak. Sama sekali! Hanya nggak suka saja kalau aku harus membuat orang mati lebih banyak."

"Oh adikku yang malang, naif sekali cara berpikirmu. Dan Zeus, kembaranku sayang, berhenti makan, jelaskan pada adikmu ini!"

"Mau dijelasin berapa kali pun dia akan tetap pada cara berpikirnya, Carlha. Nyam nyam. Padahal dia juga tahu Nyam orang macam apa kita ini Nyam Nyam dan apa jadinya orang yang ingin menyentuh kita."

Selayang pisau terlempar dari tangan kokoh nan putih ke arah sebuah bahu kekar yang sedang mengambil camilan dari piring pelayan di sampingnya.

Laju pisau itu terhenti dengan sebatang garpu yang digerakkan sedemikian rupa oleh pembawanya menimbulkan suara dentingan khas logam beradu. Pisau itu jatuh menancap permadani lebar di bawahnya.

"Carlha, apa-apaan kamu! Sosisku bisa jatuh tahu!!!"

"Hooo... Aku malah ingin menjatuhkan hidung mancungmu itu Zeus"

"He... Nantang nih?"

"Wah, boleh!"

"... Sudah cukup kak! Kak Carlha, aku ngerti kita itu siapa dan aku juga ngerti kematianlah akhir segalanya. Lalu kak Zeus, sebilah pisau melayang mengincar nyawamu dengan jatuhnya sosis, penting mana?"

"Sosis lah! Pisau bisa dihentikan dengan benturan sedemikian rupa. Tapi kalo sosis jatuh udah nggak bisa dimakan tahu"

"Ok. Aku tahu. Kita memang kumpulan orang-orang aneh. Aku permisi dulu. Aku sudah dapatkan gambaran kegiatan seleksinya"

[ code: X ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang