code: X - 07

4.6K 281 10
                                    

pst. silakan mampir cerita saya yang lain : EINFORLUTED

.

.

Menjadi sebuah tradisi bahwa peserta seleksi Maztfferta akan mengenyam nikmatnya puri Maztfferta bila mereka lolos seleksi pertama. Mereka di tempatkan di aula besar bedinding kayu setinggi 3 lantai. Lampu-lampu berbentuk bintang bergantungan. Atapnya merupakan kubah raksasa yang bila cahaya langit meredup kubahnya akan berubah transparan sehingga langit lepas nampak.

Satu orang mendapatkan satu kasur empuk yang terbuat dari bulu angsa di sini, lengkap dengan bantal dan gulingnya. Tak perlu takut kedinginan, karena selimut menggulung di atas kasur. Juga tak perlu takut kepanasan, pendingin akan bekerja otomatis. Dan hal ini tidak diletakkan dalam ruangan tapi langsung dipasangkan pada tempat tidur. Hal ini merupakan penemuan genius salah satu Carten Maztfferta. Carten code: Y.

Di tempat ini, perawat kesehatan akan keluar-masuk untuk mengecek kestabilan tubuh peserta. Penting adanya pengecekan rutin sebelum test ke 2 dilaksanakan.

Di sinilah Lene. Jauh dari tempat Exeon berada, tanpa mengetahui apa yang sedang dialami atau terjadi pada pemuda itu, dia terbaring di atas kasur. Dia merupakan salah satu peserta yang dicek setiap saat oleh perawat. Luka di tangannya cukup parah, tapi perawat lega karena pertolongan pertama pada luka itu cukup cekatan, sehingga tak berdampak cukup besar. Dan itu membuat Lene merasa hutang budi pada seseorang yang merawatnya ketika dia pingsan.

Hari ini, perawat menjenguk Lene untuk ke-20 kalinya, padahal matahari belum tepat di tengah. Perawat-perawat yang cukup ramah itu mengganti perbannya berkali-kali sambil mengoleskan obat.

Ada satu hal yang membuat Lene tampak gusar walaupun situasi memanjakannya, sejak pengumuman siapa yang lolos babak pertama, dia tak melihat Exeon sedikit pun.

"Bagaimana keadaanmu, Lene?" Arch mendekatinya yang sedang terbaring di kasur.

"Sudah membaik, Arch"

Arch juga selamat dari babak pertama. Dia mengakui berkat percakapan singkatnya dengan Exeon kala itu lah yang membuatnya terbebas dari mara bahaya.

"Si Exeon?" Arch mengamati kegusaran Lene dan menerka apa yang terjadi.

Lene mengangguk malu. Rona merah merebak di wajahnya. Entah kenapa dia selalu memikirkan Exeon. Bahkan saat-saat mereka bersama, dia merasakan mendapatkan kenyamanan tersendiri dalam hatinya. Dia merasa Exeon sangat memerhatikannya dan mereka sangat dekat bahkan sebelum mereka bertemu. Entah kenapa.

"Kau jatuh hati padanya ya?" tanya Arch yang merasa aneh dengan rona wajah Lene. Tak biasanya partnernya berwajah tolol seperti itu.

"Tidak! Aku hanya merasa bersalah! Aku tak melihatnya saat meeting peserta yang lolos seleksi pertama. Dimana dia? Dia nggak mati kan?" kelit Lene, dia berusaha menolak getaran di dadanya sendiri.

"Haaahh~" helaan nafas dibuang Arch, "Aku sudah mencarinya. Tapi tak menemukan sosoknya. Aku sudah mencarinya sungguh-sungguh di ruang makan tahu! Jangan memandangku seolah aku tak mengerjakan apa yang kau minta! Percayalah! Emang susah nyari satu orang diantara 60 orang yang tersisa, nggak kan? Karenanya aku yakin aku T-I-D-A-K—tidak melihatnya!" Arch menatap Lene kesal karena Lene menatapnya remeh.

"Hm? Ruang makan?"

"Ah, kalau kau sudah boleh bergerak bebas, makan kita di ruang makan. Di ruang makan ini, makan peserta digabung sama Maztfferta Famiglia! Selain masakannya yummy banget, kita juga bisa memandangi mereka dan mencari cara untuk masuk ke tempat ini kan? Lagipula, peserta diizinkan berkontak langsung dengan Maztfferta Famiglia."

"Baiklah, nanti aku akan makan malam di sana. Dan hei, kita sudah di dalam!"

"Masuk menjadi mereka, Lene cantik! Kita belum menjadi bagian dari mereka!" Arch berkacak pinggang menatap Lene dengan mata aneh sekilas, namun berikutnya dia tertawa lirih. "Ah... Leganya aku. Kalau kau makan di ruang makan, aku jadi tak harus mengerjakan tugas seorang diri. Asyiknya, aku bisa lebih bersantai."

"Memang apa yang kau dapatkan selama aku terbaring di sini? Dan kau sudah melaporkan semuanya pada atasan kan?" Selidik Lene, dia menatap Arch dengan tatapan tak percaya seolah Arch bukan orang yang bisa dipercaya.

Arch terdiam. Pertanyaan selidik Lene membuatnya mati kutu. "...Yang kudapatkan cukup nggak banyak. Aku cuma tahu, pelaksana ujian kali ini Maztfferta code: X." balas Arch tak berani menatap kilatan mata Lene. Dia tahu dirinya tak bisa berbuat apa-apa dan itu memalukan!

Lene memalingkan kepalanya, melihat ke langit dari jendela yang ada di sana. Dia yakin kalau Arch pasti akan menghasilkan sedikit sekali informasi. Makanya dia juga harus memaksakan diri turun ke lapangan langsung untuk mengorek apa yang bisa dikorek dan melaporkannya pada atasan mereka. Sekalian, jika di lapangan sana, dia ingin mencari Exeon...

Lene merasa dia bisa gila jika otaknya terus-terusan memikirkan Exeon. Dia juga tak enak karena dia merasa berhutang nyawa pada pemuda itu.

[ code: X ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang