code: X - 09

4.6K 304 10
                                    

pst. silakan mampir cerita saya yang lain : EINFORLUTED

.

.

Maztfferta Famiglia, juga para Zero, mereka tercengang melihat sosok yang seharusnya mati itu berdiri tenang di depan semuanya. Tak jarang dari mereka mengucek matanya, siapa tahu apa yang dilihat mereka adalah hologram.

"Seakan melihat hantu ya? Sakitnya... Mungkin rasa sakit hatiku sama seperti sakit akibat kau menyarangkan pelurumu di kakiku, Ken. Ah tapi tak apa. Aku terbiasa dengannya. That's why... Aku bisa berdiri setenang ini sekarang" kata Exeon menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Tunggu! Kalau begitu dia siapa?" Seorang Zero menunjuk sebuah mayat berwajah sama dengan Exeon.

Melihat Exeon di hadapannya dan apa yang tadi dilakukan Exeon -melepas topeng kulit- membuat Ken melakukan hal yang sama pada Exeon yang bersimbah darah. Keterkejutan mewarnai wajah Maztfferta famiglia melihat siapa yang ada di sana.

"Edorado Vion" seseorang mengucap nama orang itu, seseorang dari Maztfferta Famiglia. Dia bersama Mark sepanjang waktu dan dia mengikuti ketika Mark menangkap lelaki sumber bencana bagi Cartennya. Namun dia sama sekali tak tahu jika lelaki itulah yang menggantikan Cartennya.

Kapan? Kapan mereka switch peran?

"Saat sistem Zero sudah sepenuhnya ditaklukan, Herio Lagmandezta."

Herio terkejut. Dia yang sedang dalam posisi berlutut segera mendongak. Matanya menatap mata Exeon. Ucapan Exeon baru saja seakan menjawab pertanyaan yang tak diungkapkannya.

Apakah Carten memiliki indra keenam? tanya Herio dalam hati. Dia tak mungkin menyuarakan pemikirannya yang lancang itu.

"Haha, aku tak memiliki indra keenam atau sebangsanya. Kau hanya mudah ditebak, bung. Dan, kembali ke topik. Ken... Ken siapa namamu? Ken itulah ya pokoknya. Ya benar, Edoradi Vion adalah orang yang membunuh Alex-siapa itu, aku lupa. Seharusnya sasaran mereka sih aku. Tapi sungguh lucky sekali aku tak meminumnya." seringaian nakal tampak di wajah Exeon. Melihat hal itu, Maztfferta famiglia tahu Exeon bukannya lucky, tapi memang sengaja tak meminumnya.

"Tunggu, jadi...?" Prezt menatap Exeon dalam, dia meminta pejelasan walau nadanya berkata seolah dia sudah tau gambaran kejadian yang sesungguhnya.

"Ini masalah antar Family Prezt Malvonso, kau lebih baik tak tahu. Aku akan membereskannya dengan caraku sendiri" jawab Exeon santai sambil mengibaskan tangannya di udara. "Aku tak mungkin diam saja setelah dijebak sedemikian parah kan?" lanjutnya dengan seringaian besar mengerikan tergambar di wajahnya. Dia sudah tak sabar seperti apa dia akan membalas perlakuan Family yang berani-berani menjebaknya.

"Tuan muda, sudah saatnya" Mark melihat arlojinya. Dia melangkah turun dari atas meja. Kemudian berjalan ringan ke ambang jendela. Dia mengeluarkan sepasang senapan panjang dan di arahkannya ke beberapa Zero yang menghalangi jalannya. "Kau juga Kiel. Sudah waktunya kita undur diri."

Mark menatap seorang Zero yang tengah berada di dekat pintu keluar dari ruangan itu. Tatapannya tajam dan lurus seolah menembus zero itu. Sang Zero terkekeh geli melihatnya. Mengikuti apa yang dilakukan Cartennya, Kiel melepas topeng kulit yang melekat di wajahnya. Kemudian dia berjingkat, sesekali melompat untuk menuju ke ambang jendela.

"Tuan muda, kendaraan telah Ezt siapkan untukmu" kata Kiel santai sesaat sebelum dia melompat ke luar dari ruangan.

Selepas Kiel dan Mark meninggalkan ruangan, Maztfferta Famiglia yang lain mengikuti mereka dalam langkah yang hening. Mereka tak ingin menginterupsi keterperanjatan sang Inspektur satu-satunya yang tersisa dan beberapa Zero. Hal seperti ini merupakan tontonan tersendiri bagi mereka.

"T-Tuan muda? Kau..." Ken menatap Exeon dalam-dalam, wajahnya memerah. Kekesalannya sudah mencapai batasnya. Dia merasa dibodohi dan benar-benar bodoh karena tak menyadarinya.

Exeon tertawa samar. Dia tatap Ken penuh hinaan. Sungguh memalukan tak mengetahui siapa dia sampai saat ini. "Putra bungsu dari 3 bersaudara, Carten code: X, Exeon Maztfferta."

Pengakuan Exeon membuat Ken mematung. Carten? Seseorang yang berada di tangannya beberapa jam yang lalu adalah Carten? Bagaimana bisa dia tak menyadarinya?

"KEEEN!!!!" Jeritan Prezt menggema, membangunkan Ken dari alam bawah sadarnya.

Ken terperanjat. Dia terbuai ucapan Exeon sehingga melupakan kenyataan Exeon sudah mengaktifkan 'destroying self' markas itu. Dia melihat kesekelilingnya. Tersikaplah dia menyadari anggota Maztfferta tak ada yang di dalam menyisakan dia dan Exeon. Zero-zero pengecut yang mengaku anak buahnya juga telah berlarian tunggang langgang untuk menyelamatkan diri.

"Kau..." Ken mengepalkan tangannya. Dia segera mengacungkan senjata yang sedari tadi ada dalam genggamannya dan dia letuskan tembakan ke arah Exeon.

Namun...

... Bagai kabut, Exeon hilang dari hadapannya.

Dan ketika dia menoleh ke luar jendela, di sana, dia melihat punggung Exeon yang sedang berjalan menjauh dengan relax.

Kemudian... 

BLAR!!!

Hancurlah markas itu menjadi puing-puing bersama Ken.

Zero yang kebetulan dapat menyelamatkan diri menatap kerangka bangunan itu. Suara membahana dan getaran pondasi rumah membuat rakyat keluar dari rumah dan ikut melihat kehancuran bangunan mewah di wilayah itu. Bukan hancur total, namun cukup untuk merontokkan tiga lantai yang ada di sana walau menyisakan kerangkanya.

Emosi menyulut Zero ketika Exeon mendekat seorang diri. Terutama Prezt. Dia segera meraih kerah baju Exeon. Matanya seakan ingin memangsa. Tapi dia tak melanjutkan kegiatannya menyadari berpuluh-puluh senjata mengincarnya, sementara orang-orang Zero yang selamat sangat sedikit. Dia lepaskan cengkramannya.

"Beginikah caramu?" Tanya Prezt saat Exeon melewatinya, "Kau menghancurkan koruptor padahal kau juga melakukan hal yang sama! Kau berkata kau tak membunuh, tapi kau membinasakan kawanku!" lanjutnya penuh emosi. Wajahnya memerah. Matanya berkilat ganas. Dan tanpa dia sadari setetes air murni jatuh membasahi pipinya.

"Siapa yang bilang aku tidak?" Exeon memutar badannya menatap Prezt.

Prezt tersentak akan ucapannya. Terlebih ketika bibir Exeon mengembang. Dia berasa mati kutu.

"Wajar kan? Toh aku anggota 'organisasi berbahaya'. Aku mafia. Tak ada mafia yang tak melumuri tangannya dengan darah dan kebohongan." seringai kecil merekah di wajah putih Exeon. Matanya menatap Prezt sinis.

"Aku melakukan ini karena ini memang profesiku. Tapi kalian... Kalian ini siapa?" Exeon membalikkan badannya meninggalkan mereka. Dia semakin mendekati kerumunan rakyat. "Berilah contoh yang baik buat masyarakat"

"Aku bersumpah! Aku akan menangkapmu! Menjebloskanmu pada neraka yang terdalam!" Teriak Prezt. Urat-uratnya menonjolkan diri.

Exeon melambaikan tangannya seolah berkata 'aku menantikannya' tanpa berbalik badan. Dia terus berjalan mendekati kerumunan orang. Kemudian mobil-mobil hitam mewah berhenti di hadapnnya. Mobil-mobil itu membuka paksa jalan untuk keluar, menyingkirkan penduduk yang menghadang.

Dari kursi sopir mobil terdekat dengan Exeon, Ezt keluar. Pakaiannya sungguh rapi dengan setelan jas tanpa debu sedikit pun. Dia mengulurkan tangannya ke arah Exeon setelah membukakan pintu penumpang dan memperlihatkan betapa mewahnya bagian dalam mobil itu. "Mari kita pulang, Tuan muda", katanya tegas penuh wibawa.

Exeon terkikik sebentar. Senyuman samar mengembang di bibirnya. Dia mengabaikan uluran tangan Ezt namun tetap memasuki mobil di hadapannya dan duduk sambil menyilangkan kaki.

Sebelum pintu mobil ditutup, Exeon menatap Prezt sekali lagi. Dia pandang Prezt tajam penuh arti.

Dunia sudah kotor, Prezt Malvonso.]]

[ code: X ]Where stories live. Discover now