Gelud

33 0 1
                                    

Hallo, Silent Readers!
Happy Reading, luv u!❤

Bahkan, jiwa dan raga tak mampu untuk membayar semua kesalahanku saat kau terluka.

-Jingga Aldera

🐥🐣🐥

"Jangan pernah deketin Senja lagi, brengsek." Satu tinjuan sukses mendarat di pipi Jupiter yang ingin mengambil motornya di parkiran.

"Bukan urusan lo," jawab Jupiter berusaha tenang menanggapi Jingga yang tersulut emosi.

"Urusan Senja, urusan gue juga." Satu tinjuan lagi mendarat di batang hidung Jupiter. Namun kali ini Jupiter membalas pukulan tersebut, hingga terjadilah pertikaian yang gesit.

"Lo enggak ada hak buat ngelarang gue deket sama Senja," ucap Jupiter dengan tatapan meremeh.

Mendengar ucapan tadi, rahang Jingga mengeras, urat-uratnya bahkan tercetak jelas di bagian lehernya.

"Bangsat." Lagi-lagi tinjuan mendarat di pipi Jupiter, tanpa pikir panjang Jupiter pun membalasnya.

"STOP!!"

Senja datang secara tiba-tiba, air matanya sudah mengalir deras di pipinya yang halus nan lembut. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran dari kedua temannya. Senja semakin penasaran, ada apa di balik semuanya.

"Se-Senja?" ucap Jingga yang semlat terkejut lalu menghampiri Senja yang masih mematung dengan air matanya yang mengalir deras.

"Kita pulang sekarang!!" bentak Senja lalu menghapus bekas jalan air matanya.

"I-iya." Jingga lalu mengambil motornya segera dengan cairan kental yang masih mengalir di hidungnya.

Sedangkan Jupiter masih sibuk pula dengan cairan kental berwarna merah yang berada di ujung bibirnya, bibirnya sobek lantaran terkena tinjuan dari Jingga. Keduanya sama-sama mengalami luka yang cukup serius.

🐣🐥🐣

Mereka telah sampai di rumah Senja, lalu Senja segera turun dari motor Jingga.

"Jingga langsung pulang, ya." Jingga mengenakan kembali helmet-nya.

"Enggak."

"Senja obatin," lanjutnya dengan nada dingin lalu pergi memasuki rumahnya tanpa menunggu jawaban dari Jingga. Jingga hanya menghembuskan napasnya, lalu menuruti perintah sahabatnya. Ia yakin, jika ia menolaknya Senja akan semakin marah padanya. Dan iya yakin pula, bahwa akan ada sesi wawancara dadakan.

Tak lama, Senja keluar dengan membawa kotak obat-obatan. Ia belum mengganti seragamnya, hanya meletakan tasnya lalu melepas sepatunya setelah itu pergi menghampiri Jingga.

Dari dulu, walaupun Senja sedang marah pada Jingga, ia tak pernah tega melihat sahabatnya terluka.

"Kenapa, sih?"

"Kenapa kalian saling benci?" tanya Senja yang sedang mengobati luka Jingga.

"Dia deketin Senja."

"Dan Jingga enggak suka kalau Senja deket sama dia," jawab Jingga dengan serius.

"Kenapa? Senja enggak pernah tuh ngelarang Jingga pergi berdua sama Kafha."

Blam!

Satu kalimat itu terlontar begitu saja, bahkan Senja pun tak mengerti mengapa dirinya mengatakan hal itu.

"Mana yang katanya mau Senja kayak dulu lagi, kalau Jingga sendiri yang jadi penghambat semuanya." Senja mengalihkan perkataannya tadi.

"Bukan menghambat, Jingga enggak mau Senja salah milih temen lagi. Emang mau kejadian dulu keulang lagi?"

Senja tak menjawab, ia membereskan kotak obat yang baru saja ia pakai.

"Jingga pulang, ya. Bye," ucap Jingga seraya mengecup kening Senja.

Deg

Jantung Senja kini berdebar tak karuan, mengapa kini ia menjadi salah tingkah saat Jingga memberi perlakuan manis padanya.

17 tahun lamanya Senja dan Jingga bersahabat, namun mengapa baru saat ini Senja merasakan hal yang berbeda dari biasanya?

Senja mengatur napasnya, ia mencoba untuk tidak terlalu memikirkan perlakuan Jingga padanya.

Setelah selesai dengan kebodohannya yang lama berdiam diri karena salah tingkah, akhirnya Senja masuk ke dalam rumahnya untuk membersihkan diri juga makan siang.

"Bun..." panggil Senja.

"Buna, di mana?"

"Bunaya pergi," jawab Ega yang baru saja keluar dari dapur.

"Kemana?"

"Arisan."

Mendengar jawaban Ega, Senja merasa ada yang aneh dari jawaban sepupunya itu. Belakangan ini Ega bersifat dingin padanya, padahal sebelumnya tidak pernah.

🐣🐥🐣

Kini Senja tengah bersiap-siap untuk pergi ke minimarket dan membeli beberapa camilan untuk peneman drakor-nya. Malam ini malam minggu, saat yang tepat untuk menghabiskan jumlah episode drakor yang ia tonton.

Setelah semua sudah beres, Senja langsung bergegas menuruni anak tangga. Hitung-hitung ia keluar untuk hiburan setelah membatin dengan Jingga dan Ega.

"Mau kemana?" sarkas Ega dengan tatapan tidak suka.

"Ma-mau ke minimarket," jawab Senja sambil menundukkan kepalanya.

"Aku antar."

"Eng--" Baru saja Senja ingin menyelesaikannya perkataannya, namun Ega lebih dulu memotongnya.

"Aku antar atau enggak keluar?"

"O-oke."

Senja dan Ega kini tengah berada di dalam mobil, hanya kesunyian yang menemani mereka berdua. Senja yang tengah asik dengan pikirannya, juga Ega yang sedang serius mengemudi.

Tak lama, mereka telah sampai.

"Tunggu sini aja," ucap Senja lalu keluar dari mobil tanpa menunggu jawaban dari Ega.

Posisi mobil Ega, berada di sebrang minimarket. Mau tidak mau, Senja harus menyeberangi jalan terlebih dahulu.

Saat ia ingin menyeberang, tiba-tiba ada mobil yang berlaju dengan cepat sehingga Senja tertabrak.

"SENJAAA!"

Oke gaes, hope u like it!
And if u like it, don't forget to press ⭐ at the bottom.
See u next chapter everyone!

Maap typo, no editing, auto publish.

(07-11-2019)

Opacarophile Where stories live. Discover now