Jingga Aldera

93 10 1
                                    

Hallo, silent riders!
Happy Reading, luv u!

🐥🐣🐥
Jika kamu adalah senja, maka izinkan aku menjadi jingga untuk melengkapi semuanya.
🐥🐣🐥

Jingga Aldera, siswa SMA Taman Harapan yang kini duduk di bangku kelas XI-MIA 3. Pecinta kopi, juga Play Station. Kepintaran Jingga diatas rata-rata dengan teman sebayanya, ia selalu unggul di semua mata pelajaran. Jingga merupakan anggota OSIS di bidang dokumentasi, tak sedikit murid di SMA Taman Harapan yang kenal dengan Jingga. Sifatnya sangat bertolak belakang dengan Senja, namun disinilah Jingga dan Senja saling melengkapi.

Jingga baru saja menidurkan badannya diatas ranjang, ia menyesal telah menghabiskan waktunya semalaman dengan bermain Play Station. Alhasil dirinya harus berdiam diri di rumahnya, seorang diri. Ngenes.

Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar dari luar. Yang tak lain dan tak bukan adalah Fenya, ibu kandung Jingga.

"Jingga, kamu kok udah pulang?" tanya Fenya pada anak tunggalnya itu.

"Telat, ya?" lanjutnya sambil berkacak pinggang.

Jingga menggaruk tengkuknya, "Hehe, iya Umma."

"Udah ketebak emang, besok-besok main PS sampe malem lagi, ya. Biar Umma bisa aduin Jingga ke Papa," ucap Fenya, ia gemash dengan anak tunggalnya yang tak pernah menyesal atas kelakuannya.

"Yah, Umma mainnya aduan ke Papa. Kalo kata Senja, gak asik." Jingga bangkit dari tidurnya.

"Kalau sampe nilai Jingga turun, bener Umma bilangin Papa. Biar semua PS Jingga disita sama Papa." Fenya beranjak keluar dari kamar putranya, debat dengan anak tunggalnya itu sudah menjadi asupan bagi Fenya sendiri.

"Jingga pastiin, nilai Jingga enggak turun. Demi Umma tersayang," jawabnya dengan angkuh, ia harus memastikan jika ibunya tidak melaporkan semua ulahnya pada ayahnya.

Disisi lain, ada Senja yang baru saja berganti baju. Keinginan ia untuk tak pergi ke sekolah terlaksanaakan, kini hatinya berbunga-bunga sebab ia bisa menonton film drama Korea sepuasnya. Tak ada tulis menulis, juga menguap saat jam pelajaran. Surga tersendiri bagi Senja.

Senja membaringkan badannya keatas ranjangnya, "Akhirnya, bisa nge-drakor seharian."

Tiba-tiba, ada yang membuka kenop pintu kamarnya.

"Senja, kenapa pulang lagi?" tanya Santi pada anaknya.

"Telat." Senja bangkit dari tidurnya, kemudian menuju meja riasnya untuk mengambil laptopnya yang tergeletak di sana.

"Telat? Kan tadi enggak kesiangan?" tanya Santi dengan heran, tak biasanya putrinya terlambat karena kesiangan.

"Bukan Senja yang kesiangan, tapi Jingga. Trus di jalan macet deh, kalau Bunaya enggak percaya, tanya aja sama Jingga." Senja serata membuka laptopnya dan menyalakannya.

Santi tak menggubris perkataan buah hatinya, ia langsung pergi dari kamar putrinya serta melanjutkan kegiatannya di dapur.

Senja sendiri tengah asik mengutak-atik laptopnya, mencari-cari film apa yang seru untuk ditonton.

Setelah menemukan film yang seru untuk ditonton, Senja beranjak pergi ke dapur untuk mengambil beberapa camilan yang ada di kulkasnya.

Baru saja Senja ingin menaiki anak tangga dan berdiam diri di kamarnya, secara menyebalkan Jingga datang ke rumahnya. Acaranya nonton drakor telah gagal, karena kedatangan makhluk astral.

"Permisi. Paket," ucap Jingga berlagak seperti kurir pengiriman barang. Ia menghampiri Senja yang sedang mantap membawa beberapa camilan juga dua kotak besar susu cair, ia memperlihatkan sederetan gigi putihnya.

Opacarophile Kde žijí příběhy. Začni objevovat