Dan secepat hembusan angin, Exeon bergerak, melompat, melewati Arch, kemudian berdiri di belakang punggung lelaki itu dengan posisi berdiri tegap seakan baru saja dia berteleport ke sana. Jubahnya berkibar, tangannya lurus menggenggam pedangnya ke bawah. Namun, mata perak cantik mengkilat di tangannya itu kini tengah ternoda; darah kental menari-nari di sana. Melekuk, mengalir memerahkan perak yang biasanya bercahaya.

Sementara itu Arch hanya bisa tercengang. Apa itu?! Dia tak melihat Exeon bergerak sedikitpun! Tiba-tiba saja pemuda raven itu menghilang dari sudut pandang matanya! Begitu saja, tanpa suara! Keman---? Semua pikiran bertele Arch segera terputus kala sengatan rasa sakit membuatnya terpaku. Pelan-pelan dia tundukkan kepalanya, hanya untuk melihat luka X besar tergambar di dada telanjangnya.

"AAAARRRRGGGGGHHHH!" Jerit Arch kesakitan. Dia meronta, berusaha melepaskan diri dari kekangan rantai yang membelenggunya untuk menahan sakit teramat sangat yang mengepungnya. "DAMN YOU EXEON MAZTFFERTA!" bentak Arch penuh kebencian tanpa bisa melihat dimana Exeon saat ini.

Sementara Exeon, mendengar umpatan Arch dia hanya bisa menyeringai puas. Oh well, he has given a cocky guy some lesson.

"Fuck you Exeon Maztfferta, fu--- ARRRRGGGGH" jerit Arch lagi merasa sengatan sakit kembali terasa. Kini sakit berasal dari punggungnya. Bau amis bercampur besi tipikal darah dapat dicium Arch. Dia yakin Exeon baru saja menorehkan luka yang sama di pungguhnya. Luka yang rasanya lebih dalam dari apa yang dia dapat di dadanya.

"Damn! Act like a man, you scum! Don't just slice me around! Free me and fight me fairly!" rancau Arch sambil meronta dengan keras, mengumpat tak tentu arah. Oh panas dan sakit yang dia rasakan baik di punggung atau di dadanya telah sukses merusakkan sel otaknya.

Usai mengumpat dan memaki, Arch mendengar suara clang keras dari atas rantainya, seakan sebuah rantai tertaut dengan rantai lain. Dan sebelum Arch dapat melihat apa yang terjadi, sebuah goyangan terjadi pada rantai kanannya kemudian tiba-tiba, sebuah tangan memeluknya dari belakang. Membuatnya mematung seketika. "You'll never beat me even though I set you free. I am stronger than you after all~ Don't you dare denying something you know better than anyone else, Arciere Pacchia~" suara rendah, mendesah bergelombang tapi juga penuh intimidasi terdengar dari belakang tubuh Arch. Arch membelalak seketika. Jantungnya berpacu kencang. Mustahil! Suara ini... Suara ini...!!! Suara Exeon Maztfferta! What the f---"Hey Arch, You see... Your blood slowly run down to your feet~" lanjut Exeon menghentikan paksa apa pun yang tengah dipikirkan Arch. Tangan pemuda itu merambat naik dari pinggang Arch, menelusuri lapang dada pemuda itu dan berhenti pada titik tengah huruf X yang dia buat. Dia usap luka itu pelan-pelan, menekan-nekan di sekitar daging yang menganga seakan bermain-main dengannya, membuat Arch mengernyit menahan sensasi sakit yang menggigit. "Kau tahu... Piranha akan sangat hiperaktif kala mereka mencium bau darah. Yah... Aku ingin berbaik hati sekarang... Kakimu... Lompatan piranha masih bisa menjangkaunya lho~" Tubuh Arch menegang. Pelan sembari menjaga getaran yang timbul di tubuhnya tak kentara, dia tundukkan kepalanya, mengamati luka dan tangan Exeon uang berada di sana. Seketika itu keringat dingin mengalirinya.

Darahnya...! Darahnya...! Darah dari luka indah yang ditorehkan Exeon mengalir, melikuk-likuk dan mulai menuruni kakinya! Dia yang hanya bercelana dalam, dapat melihat dengan jelas darah itu telah mencapai lututnya! Dan pelan tapi pasti beberapa menit lagi akan menetes, bercampur dengan air kolam piranha.

"Kau masih punya kesempatan, Arciere Pacchia. Aku bisa menyelamatkanmu, kau tahu?"

"Aku tak butuh itu!" tukas Arch dingin. Dia sudah siap mati! Dan dia tak mau berhutang budi pada mafia! Terlebih dia tahu jika Carten code: X ini menyelamatkannya, maka dia harus mengungkapkan fakta yang dia tutupi dari kedua Carten yang lain!

[ code: X ]Onde histórias criam vida. Descubra agora