2. Snails in the Palace

Start from the beginning
                                    

Musuh akan datang dari segala penjuru bukan hanya dari luar yang menentangnya menjadi seorang Kaisar, namun juga dari dalam. Karena masa lalu suram dan catatan hitam yang tinggi mendorong rakyat untuk bergejolak menentangnya.

Yang lebih parah adalah ambisi untuk mengganti tahta dari garis keturunan lain, yakni dari pihak keluarga sendiri.

Banyak orang yang ingin membunuhnya, dengan begitu dia harus menutup rapat informasi orang-orang yang dicintainya.

Cukup dua nyawa telah melayang karena dirinya dulu dan kini orang terpenting baginya tidak akan dihadapkan oleh status seperti itu lagi. Dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika itu terjadi pada cintanya dan buah hatinya.

"Yang mulia--"

Seorang lelaki tegap, tinggi dengan pakaian istana datang menghadapnya, menunduk hormat untuk menyampaikan sesuatu.

"Ada apa?"

"Ayah Anda ingin pamit menghadap karena akan bepergian."

"Lagi?"

Sang pesuruh hanya mengangguk saat sang Kaisarnya bertanya singkat. Tangannya menghentikan aktifitasnya dan bangkit dari kursi itu akan berjalan menemui sang ayah yang keras kepala dan tidak bisa dicegah.

Sepanjang perjalanan menuju kediaman sang ayah dia terus bertanya pada pesuruh itu

"Mau kemana beliau?"

"Menemui Putri Mahkota."

"Ya Tuhan orang tua itu,naku gila dibuatnya."

Si pesuruh kelabakkan mengikuti langkah sang Kaisar yang berjalan cepat menyusuri lorong demi lorong istana ini dan akhirnya, suara nyaring memekakkan telinga itu terdengar, "Itu permen kesukaannyakan, biar aku yang bawa dan kau--"

"Ayah!"

Pria tua sepuh itu berhenti memerintah saat sang Kaisar datang mendekat tanpa menunggu ayahnya menghadap dirinya, dia lebih dulu mendatangi kediaman si Ayah.

"Jangan melarangku! Ini semua salah kau, kenapa sampai sekarang belum bisa membawa cucuku kemari. Si tua ini harus menyamar menjadi orang lain demi kecupan sayang darinya!" ucap pria tua itu dengan menunjuk wajah sang Kaisar dengan tongkatnya yang panjang dan keras.

"Ayah, tunggulah sampai semua keadaan menjadi normal. Semua orang di luar sana menginginkan aku turun dari tahta dan salah kau kenapa hanya membuat 1 anak seperti aku, jadi ini demi keselamatanmu dan anakku!"

"Sampai kapan hah! Umurku sudah dihitung tak lama lagi oleh dewa. Menunggu tindakanmu aku pasti tidak bisa menggendong cucuku sendiri, kau bagaikan siput yang berjalan lambat, bersembunyi di dalam cangkang tebalmu jika terkena ancaman. Dimana AKA yang tidak takut mati itu!" bentak si tua itu yang sama kerasnya dengan sang anak. Dia sudah lelah mengajari anaknya harus begini dan begitu tapi tetap saja si anak punya cara tersendiri yang mungkin itu aman untuknya.

Sang Kaisar mantan seorang gengster bengis tentunya punya taktik atas semua pergerakkannya.

"Aku tidak takut mati tetapi anakku dan dia--"

Napasnya tercekat, bayangan wanita itu terlintas diotaknya.

"Ayah aku mohon

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ayah aku mohon. "

Pinta sang Kaisar dengan wajah memelas menatap ayahnya yang masih sibuk dengan barang yang akan dibawanya terlebih permen yang menjadi kesukaan cucunya itu

"Aku tidak bodoh, jadi jangan kau khawatirkan masalah itu. Biarkan aku pergi, minggir kau!"

Sang Kaisar menyingkir saat pria tua itu memaksa akan keluar, mengacungkan tongkat keras itu di depan wajahnya.

"Ayah, jangan banyak memberinya permen nanti mamahnya marah. "

"Ya ... ya, biarkan saja dia marah aku tidak peduli yang penting cucuku bisa ku cium, aku pergi. "

"Jangan cium sembarangan nanti kau dituduh orang pedofil! "

"Bagaimana aku bisa pedofil, bangun saja tidak bisa lagi, kau mengejekku!"

Si ayah berpura-pura marah, lalu kembali melangkah menjauhi sang anak. Melambaikan tangan ucapan perpisahan dengan sang anak.

"Otõsan!"

Suaranya tegas memanggil ayahnya tapi tetap tak dihiraukan kakek itu. Matanya hanya menerawang menatap kepergian ayahnya kali ini, memperhatikan setiap sudut dari ujung ke ujung istana. Semua telah dia rehab untuk mempersiapkan keluarga kecilnya nanti meski gumpalan salju menutupi keindahannya.

"Anakku ...."

Sang Kaisar menoleh pada orang tua itu, menajamkan pendengarannya karena jarak pria tua itu sudah cukup jauh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sang Kaisar menoleh pada orang tua itu, menajamkan pendengarannya karena jarak pria tua itu sudah cukup jauh

"Jika si mafia itu tahu apa yang kau lakukan selama ini maka, musuhmu bertambah lagi. Apa kau mampu untuk menghadapinya. Bersiaplah melangkah pada ajalmu Nak, kau telalu takut untuk maju lebih jauh."

Sial! bedebah tua ini menyumpahiku, aku tahu kau marah ayah. Aku tahu, aku hanya tidak ingin kebodohanku terulang kembali, gerutunya dalam hati.

Kepergian sang ayah tak dapat dia cegah karena lelah mendengar ocehan sang ayah yang terus menyudutkannya.

Membalikkan tubuhnya dan berjalan menelusuri lorong untuk kembali ke tempat semula tapi kakinya malah melangkah turun menuju tangga.

Para pelayan yang mengikutinya bergegas mengambil sebuah payung untuk melindungi kepalanya karena salju masih turun dengan kapasitas sedang. Langkah kakinya terus berjalan menuju sebuah ruangan yang terlihat seperti aula yang sangat besar, digesernya pintu kayu itu.

Ruangan besar dan kosong tepat di depannya sepasang kursi besar begitu megah tempat duduknya singgasana sang Kaisar dan Permaisuri.

Dilihatnya foto besar dibelakangnya, damai dan indah bayangan keluarga kecil diotaknya terus berputar tapi perlu waktu untuk mewujudkannya.

"Tsuma, mõsukoshi matte kudasai ... watashitachiha issho ni imasu ... I miss you."

Trims

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Trims.. Udah baca, vote + komen 😘
mungkin update seminggu sekali
coz cerita ini berat..
dengan latar barat
author harus lebih hati2 soal ketikkan english krn slh ketik bs salah makna 😁😁 mohon maaf krn mengedit itu membularkan mata dan menulis itu memberatkan pikiran
Happy satnite

The War LoveWhere stories live. Discover now