Bloody

4.4K 624 35
                                    

Ketika di bathtub tadi, Jisoo banyak menceritakan soal apa yang sebelumnya terjadi. Awalnya memang Jisoo menolak untuk mengatakan hal tersebut kepada Jennie.

Namun setelah kekasihnya itu menasihati dan mengatakan 'Aku ada sebagai tempatmu untuk berbagi dan mengeluh tentang segala kehidupanmu' Jisoo memulai ceritanya.

Jisoo bilang dirinya gagal menjaga salah satu pasiennya.

Ya, Yeon Nana gadis berusia 15 tahun salah satu pasien yang sudah hampir lima bulan kritis akhirnya harus menghembuskan nafas terakhir. Jisoo menceritakan bagaimana dirinya tidak berhasil memacu kembali detak jantung Nana. Berkali-kali defribrilator ditempelkan di dada Nana.

Namun tetap, Tuhan sepertinya lebih sayang dengan Nana.

"Sayang! Diluar masih banyak yang mengharapkanmu. Berharap soal kelangsungan hidupnya denganmu."

"Ne, kau benar dan sekarang harapan mereka hancur karenaku."

Mendengar ucapan pesimis sang kekasih, Jennie dengan segera meraih wajah Jisoo. Menatap lekat mata sang kekasih.

"Kim Jisoo. Coba kau ingat lagi. Sudah berapa banyak pasien yang kau selamatkan? Banyak Ji. Kau juga pernah bilang kalau mereka meminta mu untuk tetap menjadi dokter seperti sekarang."

"T-t-tapi tetap saja Jen, aku gagal. Kau tahu aku sudah ga-----"

Belum juga menyelesaikan kalimatnya, air mata Jisoo lebih dulu keluar. Membasahi pipinya.

Jennie tanpa menunggu langsung membawa Jisoo kedalam dekapannya. Rasanya sangat miris melihat sang kekasih menangis untuk pertama kalinya. Hati Jennie pun ikut merasakan betapa Jisoo mengutuk dirinya saat itu.

"Menangislah jika ini bisa menenangkanmu."

Jisoo semakin mempererat pelukannya. Membiarkan wajahnya terbenam di leher Jennie. Tangisnya masih sesegukkan. Belum juga usai daritadi.

"Sudah ya, aku mau buat sarapan dulu."

Jisoo dengan cepat menggelengkan kepalanya dan malah mempererat lagi pelukan Jennie.

"Memelukmu membuatku tenang."

Jennie tersenyum mendengar ucapan Jisoo tadi.

"Tapi aku lapar Ji." Tolak Jennie.

"Pesan saja."

"Aniyo. Lagi juga aku mulai sesak nafas. Kau memelukku terlalu erat."

Ucapan Jennie tadi sontak membuat Jisoo melepaskan pelukannya.

"Mianhae."

Jennie lalu menghapus air mata yang masih ada di pipi Jisoo. Mengecup bergantian pipi kekasihnya.

"It's okay asal kau membelikanku tas Chanel."

"Jinjja?"

Jennie mengangguk. Jisoo semakin mempersempit jarak keduanya. Menempatkan kedua telapak tangannya dipinggang Jennie.

"Tas chanel?"

"N-n-ne."

"YAH! KIM JISOO BODOH! I HATE YOU! HAHAHAHA."

Teriak Jennie saat Jisoo mulai menggelitik pinggangnya.

"JI! STOP IT! IT'S TICKLISH."

Namun Jisoo menghiraukan segala ucapan Jennie. Ia tetap menggelitik pinggang sang kekasih. Sampai akhirnya Jennie mendorong tubuh Jisoo.

Tetapi tanpa disengaja kepala Jisoo membentur nakas cukup keras.

"Awww!" Ringisan Jisoo.

Jennie seketika langsung merasa panik. Ia menghampiri Jisoo dan segera mengecek bagian kepala Jisoo yang terbentur tadi. Bagian tersebut mengeluarkan darah yang lumayan banyak.

"Sayang mianhae."

"Bantu aku membersihkannya dengan alkohol."

Jennie mengangguk dan berjalan cepat untuk mengambil kotak P3K.

Keduanya kini kembali duduk diatas kasur. Jennie pun mulai membersihkan luka yang ada dipelipis Jisoo.

"Mianhae."

"It's ok sayang."

"Aniya. It's not okay. Aku membuatmu terluka." Tanpa diduga, Jennie tiba-tiba saja mengeluarkan air matanya.

"Wae? Stop crying. Lihat! Bahkan aku masih bisa tersenyum." Ucap Jisoo dengan memerkan senyum dari bibir bentuk hatinya.

Jennie tetap menggelengkan kepalanya dengan tangis yang semakin kencang.

Chu~

"Aku baik-baik saja saat aku masih bisa mengecupmu." Jisoo lalu menghapus air mata Jennie.

"Mianhae." Ucap Jennie lagi dengan bibir yang mengerucut.

Jisoo mengangguk lalu membawa Jennie kedalam pelukannya.

"Aku lapar." Rengek Jisoo.

"Kajja, aku akan memasakanmu sesuatu."

Keduanya lalu turun ke lantai bawah. Jennie segera mengambil alih area dapur dan Jisoo berada diruang tengah dengan remot yang sudah ada ditangannya. Jarinya sibuk menekan tombol angka pada remot. Mencari acara yang menurutnya seru.

"SAYAANG!" Teriak Jisoo supaya terdengar oleh Jennie.

"NE, KENAPA?"

"KAU KENAL SEOLHYUN DARI GRUP AOA TIDAK?"

"AKU MENGENALNYA, KENAPA?"

"KENAPA DIA SANGAT CANTIK YAH?"

"YAAAH! AKU JAUH LEBIH CANTIK." Oceh Jennie mendengar sang kekasih memuji wanita lain.

"JENNIE KIM MEMANG PALING CANTIK SEDUNIA."

Setelah sedikit berbincang dengan sang kekasih, ia kembali fokus dengan tontonannya. Pikirnya kenapa Seolhyun bisa cantik dan seksi secara bersamaan. Oh bahkan sangat menggemaskan menurut Jisoo.

"Andai saja aku bertemu dia lebih dulu dibanding Jennie."

Tetapi tetap, bagi Jisoo ia sangat beruntung bisa memiliki Jennie. Diluar sana banyak yang menginginkan kekasihnya. Namun entah kenapa si artis dingin itu malah memilih dirinya untuk dijadikan pujaan hati.

"Nasib Kim Jisoo memang sungguh beruntung."



[END] COïNCIDENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang