Ma Moitié

5.4K 735 68
                                    

Jennie menghampiri Jisoo yang entah sedang memikirkan apa. Ia memeluk tubuh Jisoo dari belakang sehingga mengakibatkan kekasihnya itu tersentak kaget.

"Kau masih memikirkan soal tadi?"

Jisoo hanya menggelengkan kepalanya lalu berbalik untuk menatap Jennie.

"Kau tidak akan meninggalkanku kan?"

Mendengar pertanyaan Jisoo, Ia lalu tersenyum dan meraih wajah Jisoo.

"Tidak akan. Aku nyaman bersamamu."

Jisoo tersenyum dan membawa Jennie kedalam pelukannya.

Semenjak kejadian siang tadi Jisoo terus diam. Timbul sedikit keraguan kepada Jennie. Ia takut Jennie akan meninggalkannya seperti Namjoon meninggalkan Ji Na. Jisoo tidak akan mampu. Tidak akan sekuat Ji Na.

Jisoo, tidak mau kejadian masa lalunya terulang. Kehilangan orang yang dicintai.

"Eomma sudah menunggu dibawah. Kajja."

Mereka lalu berjalan menuruni tangga. Di meja makan terlihat Eomma Kim yang tengah menyiapkan makanan untuk makan malam mereka. Jennie memeluk tubuh eomma tercintanya kemudian mengecup kedua pipi wanita paruh baya itu.

"Jisoo ya, apakah Jennie menyusahkan mu selama kalian berpacaran?"

Jisoo melihat sekilas wajah Jennie lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Yak Kim! Kau jangan mengarang." Kesal Jennie kepada Jisoo.

"Jennie setiap malam tidak pernah membiarkanku melepaskan pelukan dan itu sangat menyusahkan ketika aku butuh ke toilet."

"Ish.. arasseo aku tidak akan memelukmu lagi."

Melihat Jennie yang mulai kesal, lantas Jisoo langsung memeluk tubuh kekasihnya dari belakang.

"Aku hanya bercanda."

"Kim lepas. Aku sedang kesal denganmu." Ucap Jennie dengan tangannya mencoba melepas pelukan Jisoo.

"Aku akan memelukmu terus. Bukankah kau suka pelukanku?"

"Tidak untuk hari ini."

Jisoo lalu melepaskan pelukannya dan duduk di salah satu kursi.

"Yah kenapa kau lepas?" Protes Jennie.

"Tadi kau bilang tidak mau."

Jennie mengerucutkan bibirnya lalu duduk disamping Jisoo. Menyendokkan nasi ke mangkuk kekasihnya. Eomma Kim duduk didepan mereka. Menuangkan air ke gelas Jisoo dan Jennie.

Ketiganya menyantap makan malamnya dengan damai. Walaupun kadang Jisoo menggoda Jennie yang masih kesal dengannya. Eomma Kim yang melihat tingkah laku kedua sejoli ini hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

"Mana appa?" Tanya Jennie.

"Appa sedang ada urusan bisnis di Apgujeong."

Jennie mengangguk.

Jisoo baru selesai dengan makanannya. Melihat jam sudah pukul 9 malam, Jisoo pamit pulang kepada Eomma Kim. Jennie tentu ikut pergi dengan Jisoo.

Mereka berdua tidak langsung pergi ke apartement. Mereka berdua sengaja mengunjungi apartement Ji Na lebih dulu. Sekedar untuk meminta maaf.

"Ji Na-ya, kami ingin meminta maaf."

"Kalian tidak salah."

Ji Na lalu menemui Jisoo dan Jennie diruang tengah. Membawakan secangkir teh hangat untuk mereka. Ia duduk disalah satu sofa.

"Namjoon tadi kesini. Dia bertemu putrinya. Entah kenapa lelaki itu menangis. Dia juga meminta maaf kepadaku."

Jisoo hanya mengangguk mendengarkan ucapan Ji Na. Ia ikut senang jika kawannya itu mau menerima lelaki masa lalunya lagi.

"Aku bingung Ji dengan perasaanku. Aku tidak mau menunggu lagi untuk kedua kalinya. Apalagi menunggu orang yang sama."

Jennie melihat Ji Na yang sudah siap mengeluarkan air matanya segera menepuk pelan punggung Ji Na.

"Kau bahkan tahu bagaimana buruknya kondisiku saat itu."

Jisoo mengangguk.

"Lalu sekarang dengan seenaknya ia meminta kembali padaku setelah membuangku seperti sampah. A-a-aku tidak mau."

Seketika tangis yang ia tahan sedari tadi keluar membasahi pipinya. Jennie langsung membawa Ji Na kedalam pelukannya. Sedangkan Jisoo, ia hanya bisa membelai surai hitam Ji Na.

"Lupakan dia. Cari pasangan yang lebih bisa menghargai dan mencintaimu dengan tulus. Kau orang baik, pasti akan mendapatkan pasangan yang sama baiknya sepertimu."

***

10 days later..

Hari demi hari berlalu. Keadaan pun semakin lama semakin baik. Ji Na yang mulai bisa tersenyum. Namjoon yang senantiasa menyisihkan waktunya untuk bertemu putri tercinta. Serta hubungan Jisoo dan Jennie yang semakin mesra.

Jennie yang selalu membangunkan Jisoo setiap pagi untuk pergi bekerja. Serta Jennie yang akan memesankan chikin untuk kekasihnya ketika mendapatkan shift malam.

Saat ini Jennie dan Jisoo sudah berada di Incheon International Airport. Jennie akan pergi ke Amerika untuk melanjutkan turnya. Sedangkan Jisoo, ia hanya mengantarkan Jennie sampai bandara. Jisoo tidak bisa keluar dari mobil karena diluar sudah banyak media serta masternim yang menunggu kedatangan Jennie.

"Ingat disini ada seseorang yang selalu menunggumu."

Jennie masih mengeratkan pelukannya ditubuh Jisoo. Menghirup harum tubuh sang kekasih setidaknya bisa meminimalisir rasa rindunya nanti.

"Kau juga. Jangan genit dengan pasienmu yang cantik."

Jisoo hanya terkekeh mendengar omelan Jennie.

"Iya, iya. Itu manajermu sudah menunggu diluar."

Jennie mendekatkan wajahnya ke wajah Jisoo. Mengharapkan ciuman dari bibir berbentuk hati yang entah kenapa sangat tidak peka tentang apa yang ia inginkan.

"Apa?" Tanya Jisoo saat melihat Jennie mulai mengerucutkan bibirnya.

Jennie masih terus mengerucutkan bibirnya dan Jisoo masih tidak mengerti apa yang kekasihnya inginkan.

"Yah Kim Jisoo! Kau benar-benar tidak mengerti?"

"Apa? bibirmu gatal? Mau aku garuk dengan tanganku?"

"Garuk dengan bibirmu." Ucap Jennie kesal lalu memalingkan wajahnya.

Chu~

Jisoo melumat bibir merah Jennie Dengan tempo lambat. Menyalurkan segala rasa yang daritadi menghinggapinya. Rasa rindu serta takut kehilangan semua ia bagi kepada Jennie. Wanita yang ia cintai.

"Bye! I love you."

"I love you too Chichu."

[END] COïNCIDENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang