Mère

6.7K 838 61
                                    

Saat ini Jisoo dan Jennie sudah berada di apartement. Jennie mencoba membiasakan diri untuk berjalan tanpa kruk miliknya. Jisoo juga selalu mengawasi kekasihnya. Takut tiba-tiba Jennie terjatuh karena belum terbiasa.

"Bagaimana? sudah lebih baik?" Tanya Jisoo melihat Jennie masih berjalan disekitar ruang tengah.

"Hmm.. sepertinya lebih baik." Jawab Jennie lalu mengeluarkan senyum manisnya.

Melihat senyum Jennie, ia pun ikut tersenyum.

Setelah dirasa sudah cukup membiasakan langkahnya, ia kemudian duduk disamping Jisoo. Menyenderkan kepalanya di pundak sang kekasih.

"Kau besok kerja?"

"Ne, tapi aku bisa ijin untuk menemanimu."

"Tidak usah Ji, biar aku ditemani manajer oppa saja."

"Kau yakin?"

Jennie mengangguk. "Bulan depan aku harus melanjutkan tur dunia ku."

"Aku akan merindukanmu."

Merasa ngantuk, Jennie memilih menidurkan tubuhnya dengan paha Jisoo sebagai bantal untuk kepalanya. Setelah kepala Jennie mendarat di pahanya, Jisoo langsung membelai lembut rambut kekasihnya.

Sesekali ia akan memainkan wajah Jennie. Entah mencubit ataupun membelainya.

"Kau percaya tentang takdir?" Tanya Jennie.

Jisoo mengangguk.

"Takdirku dipertemukan denganmu."

"Cheesy."

Mereka lalu tertawa bersama. Jisoo menatap lekat wajah Jennie. Membelai pipi chubby itu dengan lembut. Mendekatkan wajahnya agar lebih dekat dengan wajah sang kekasih.

Chu~

Ia mengecup sekilas bibir Jennie. Melihat sebentar reaksi dari kekasihnya. Ya, Jennie sudah menutup matanya. Berharap perlakuan lebih dari Jisoo.

Dalam hitungan detik, bibir mereka kembali menyatu. Dilumatnya bibir Jennie dengan lembut. Secara perlahan Jennie mulai memberi akses agar Jisoo dapat lebih leluasa dengan kegiatannya. Ia membalas perlakuan manis kekasihnya. Suara decakan secara berirama memenuhi ruangan mewah itu. Memberi suara atas keheningan.

***

"Sayang bangun, kau harus pergi kerja." Suara Jennie membangunkan Jisoo yang masih tertidur pulas.

Jisoo dengan wajah malaikatnya saat sedang tertidur membuat Jennie malah lebih fokus memandangi wajah kekasihnya dibanding harus membangunkan kekasihnya itu untuk pergi bekerja.

Setidaknya memandangi wajah kekasih sebelum dia pergi akan mengurangi rindu yang siap menemaninya nanti.

Jennie kembali mencoba membangunkan Jisoo, dibelainya halus rahang hingga pipi milik Jisoo yang sangat sempurna baginya.

Semalam adalah ciuman pertama selama hidupnya. Jisoo memberikan awal yang indah bagi hubungan keduanya. Lumatan lembut penuh cinta mengawali hubungan antar dirinya dan dokter cantik itu. Ia beruntung memiliki Jisoo.

"Sayang ini sudah jam delapan pagi. Wake up."

Mendengar suara Jennie, Jisoo mulai mengerjapkan matanya. Setelah dirasa kembali normal, ia lantas tersenyum melihat Jennie sudah ada dihadapannya. Ia mengelus lembut pucuk kepala Jennie lalu membawa wanitanya kedalam pelukan.

[END] COïNCIDENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang