"Ayo tidur miw, besok kita ketemu Seungwoo." Katanya sembari memeluk miw, kucing berwarna abu pemberian Seungwoo.

***

Seungwoo menghela nafasnya begitu selesai membalas pesan Byungchan. Lalu terdiam melihat Wooseok yang sedari tadi belum selesai memakai cream diwajah kenyalnya. Seungwoo sendiri juga tidak tahu apa kegunaan cream itu.

"Mau tidur aja ribet," katanya, tapi masih setia melihat gerak gerik Wooseok.

Wooseok hanya melihat Seungwoo dari cermin besar, mendelik, lalu kembali memijit-mijit wajahnya.

"Cepet tidur."

"Kenapa sih? Kamu yang ribet, mau tidur aja nyuruh-nyuruh orang lain dulu. Tidur aja sendiri." Wooseok mendengus sebal mendengar Seungwoo yang terus mengoceh.

"Buat apa aku nikahin kamu kalau aku tetep tidur sendiri?"

Ah, sial. Wooseok malu kalau sudah begini. Dasar Han Seungwoo.

"Ya kamu ga liat aku lagi apa?" Tanya Wooseok, menahan rasa malu dan senangnya yang bercampur. Seungwoo menggeleng, dasar bodoh pikir Wooseok.

"Udah cepetan sini, gak ada guling."

"Ya terus apa?"

"Ya kamu lah jadi guling."

Seungwoo menepuk-nepuk kasur tempat Wooseok tidur, menyuruh untuk cepat menghampirinya. Wooseok menggeleng, lalu kemudian beranjak, "aku mau tidur di kamar Dongpyo." Katanya, yang langsung disusul Seungwoo mengikuti ke kamar Dongpyo.

Seungwoo menutup pintu kamar anaknya itu dengan sangat hati-hati. Sedangkan Wooseok sudah merebahkan tubuhnya disamping Dongpyo yang sudah terlelap. Seungwoo berbalik, terdiam begitu melihat Wooseok tengah menciumi pipi Dongpyo, lalu menidurkan kepalanya diatas kepala kecil Dongpyo.

"Wooseok," panggil Seungwoo begitu dia juga hendak merebahkan tubuhnya. Wooseok berdehem menyahuti dengan matanya yang tertutup. Tapi tidak ada jawaban dari Seungwoo. Wooseok membuka matanya, melihat tubuh besar Seungwoo yang sudah menghadap kearahnya terhalang Dongpyo. Dan juga dengan tangan yang bisa memeluk dia dan Dongpyo sekaligus.

"Gak jadi, kamu tidur aja. Jangan liatin aku kaya gitu. Daripada aku ngapa-ngapain terus bikin Dongpyo bangun." Wooseok menelan salivanya, kaget mendengar Seungwoo tiba tiba bicara dengan mata tertutup.

Buru-buru dia juga memejamkan matanya. Sudah terhitung dua kali malam ini Seungwoo membuat Wooseok malu.

***

Dongpyo mengerjapkan matanya, tubuhnya terasa sesak, dan keadaan kamar masih gelap. Dongpyo terkejut begitu melihat Seungwoo yang berada di sisi kanannya, dalam kondisi memeluk dirinya, dan oh! Wooseok juga tidur disisi kirinya ternyata. Kedua orang tua ini tidur dalam kondisi memeluk Dongpyo. Pantas saja sesak.

"Sudah bangun?" Dongpyo terdiam begitu Seungwoo bertanya dengan mata yang masih tertutup. Tidak berniat menjawab, mengingat semalam Dongpyo yang berhasil untuk tidak luluh oleh bujuk rayu Seungwoo.

"Masih marah?" Tanya Seungwoo. Tidak peduli pertanyaan nya tidak dijawab lagi.

"Lepas Pa, Dongpyo mau mandi." Dongpyo mencoba menarik lengan besar Seungwoo. Tapi ternyata sulit. Tenaga Dongpyo dan Seungwoo jelas tidak sebanding.

"Dongpyo mau mandii," anak ini merengek, terdengar menggemaskan sekali di pendengaran Seungwoo.

Seungwoo menciumi pipi Dongpyo bertubi-tubi. Membuat si pemilik pipi merasa kesal. Tapi lima menit kemudian Wooseok bangun dan dengan gerak cepat menyingkirkan tangan suaminya itu dari tubuh Dongpyo, juga menyuruhnya untuk berhenti menjahili Dongpyo.

"Kenapa sih? Mau aku jailin juga?" Tanpa mendengar jawaban Wooseok, Seungwoo mengecup bibir kecil itu. Dan membuat Wooseok menatapnya sebal. Untung saja Dongpyo sudah masuk ke kamar mandi, jadi dia tidak melihat kelakuan Seungwoo barusan.

"Mandi sana, bau." tanpa berniat mengecup balik bibir Seungwoo, Wooseok beranjak dari kasur, dan menuju keluar kamar.

***

Hanya suara dentingan sendok yang terdengar pagi ini di meja makan. Minhee, Dongpyo, Wonyoung dan Dohyon, mereka semua sudah memakai seragam. Siap berangkat setelah selesai sarapan. Seungwoo juga, bapak dari empat anak ini sudah berpakaian rapi. Berbeda dengan Wooseok, dia belum mandi. Sibuk memasak dan menyiapkan 4 kotak bekal untuk anak-anaknya.

Kalau untuk Seungwoo biasanya akan dia antarkan nanti siang ke kantornya. Mereka akan makan siang bersama nanti.

"Mau lagi?" Tanya Wooseok begitu melihat piring Minhee sudah kosong.

Minhee menggeleng, lalu dia menenteng tas berwarna hitam nya itu, "Abang berangkat duluan ya Ma, Pa. si Yujin udah ngespam di chat." Wooseok mengangguk, begitu juga dengan Seungwoo. Minhee memang tidak berangkat dengan Seungwoo. Sudah besar katanya. Dia malah meminta motor dan setiap pagi pasti selalu berangkat bersama Yujin, anak temannya Wooseok yang kebetulan satu sekolah dengan Minhee. Walaupun sekarang jarak rumah mereka lumayan jauh, Wooseok masih menyuruh Minhee agar tetap menjemput Yujin sebelum berangkat sekolah.

"Bucin, di spam dikit udah otw." Dohyon melirik ke arah pintu, untung Minhee sudah pergi, jadi pasti dia tidak dengar.

"Bilang aja cemburu," Wonyoung menaikkan sebelah alisnya begitu melihat Dohyon yang hendak memukulnya tapi ditahan Wooseok.

"Kalau lama Papa tinggalin." Seru Seungwoo yang dibelakangnya sudah diikuti Dongpyo. Kedua anak kembar itu dengan cepat bangun dari duduknya, mengambil tas yang baru saja dibawakan Wooseok, lalu pergi keluar dan kembali memperebutkan posisi duduk di depan.

"Kak Dongpyo aja yang di depan," Wooseok memerintahkan, lalu serentak dijawab "Gak!" Oleh keduanya.

"Ya udah ade ngalah sama kak Wony,"

"Gimana ceritanya ade yang ngalah sama kakak? Harusnya kakak yang ngalah sama ade," cercah Dohyon tidak terima begitu Wooseok memutuskan tanpa memikirkan perasaan nya.

"Lebay!" Ketus Wonyoung sembari menyenggol tubuh Dohyon agar anak itu menyingkir dari pintu mobil depan. Dan dengan cepat dia masuk untuk duduk disana.

Wooseok terkekeh begitu Dohyon mengeluarkan suara lumba-lumbanya. Lalu menyuruhnya untuk cepat masuk, sudah siang.

"Aku berangkat dulu, hati-hati dirumah." Seungwoo mencium kening Wooseok, sedangkan yang dicium tersenyum, lalu dia mengambil tangan Seungwoo untuk dia salami. Seungwoo melambaikan tangan kanannya ketika dia sudah berada di depan kemudi mobil. Memberi flying kiss untuk istrinya sebelum melesat pergi.

***


Baper sendiri astagfirullah):

PERFECT FAMILY?Where stories live. Discover now