2.MALU

2.2K 259 15
                                    

Malam pertama di rumah baru, tidak ada yang berubah seperti malam-malam sebelumnya. Setiap jam delapan malam, Seungwoo hanya akan sibuk duduk di sofa, berfokus pada laptopnya untuk mengurus file-file pekerjaan nya. Wooseok akan selalu duduk di samping Seungwoo, membaca resep makanan edisi terbaru. Minhee merebahkan tubuhnya, memainkan handphone diatas karpet bulu, dengan disampingnya Dongpyo yang sibuk memindah mindahkan channel televisi.

Dan seperti biasa, Wonyoung hanya sibuk stalk shopee dan sesekali bertanya pada Seungwoo, boleh atau tidak dia membeli ketika menemukan satu barang. Dan hanya dibalas anggukan oleh Seungwoo, sampai tidak sadar keranjang shopee Wonyoung penuh. Dan akhirnya Seungwoo sering rugi sendiri karena anak perempuan satu satunya itu.

Dohyon? Sejak sore setelah selesai mandi dia hanya berkutat di bar dapur. Mengambil makanan apapun yang ada di kulkas.

"Besok Dongpyo ikut kompetisi dance se-jakarta. Acaranya diadain disekolah Dongpyo. Orang tua wajib dateng."

Wooseok berhenti sejenak dari majalah resepnya, lalu kemudian melirik Seungwoo yang terlihat masih mengetik sesuatu.

"Wajib?" Tanyanya, memastikan.

Dongpyo mengangguk, mulutnya naik turun, mengunyah pocky.

"Kebanyakan nelpon klien, pendengaran Papa jadi berkurang." Minhee yang sedari tadi hanya menyimak, ikut menyahuti. Kesal sendiri melihat Papanya terus fokus mengetik, tidak menggubris Dongpyo.

"Papa denger ya Bang,"

"Idih, giliran gitu aja langsung tajem pendengaran nya."

Seungwoo mendelik, tidak sopan si abang. Untung anak. Seungwoo beralih ke Dongpyo. "Papa usahain ya," katanya. Lalu mengusap pucuk kepala Dongpyo yang tepat terduduk di bawahnya.

"Harus Pa," Dongpyo membujuk. Bukannya apa, hanya saja Dongpyo sudah tahu, kalau 'diusahakan' versi Seungwoo itu artinya tidak bisa. Lebih tepatnya itu hanya kalimat penenang saja. Dongpyo belajar dari pengalaman.

"Iya, Papa usahakan." Lagi, dan Dongpyo jadi sebal mendengarnya.

"Kalau gak bisa ya tinggal bilang aja gak bisa. Gak usah diusahakan kalau akhirnya Papa emang gak pernah bisa." Anak itu beranjak, masuk ke dalam kamarnya dengan suara tutupan pintu yang keras. Wooseok hanya diam. Mau bagaimana lagi? Sudah menjadi adat Seungwoo, berjanji tapi seringkali tidak ditepati.

Sudah berkali kali sebenarnya Wooseok mengingatkan, kalau tidak bisa ya jangan bilang akan di usahakan kalau berakhir harapan palsu untuk anak-anaknya.

"Aku ke kamar Dongpyo dulu," Seungwoo menahan tangan Wooseok, "Aku aja, aku yang salah."

***

Iya, besok aku dateng.

Seseorang yang bermarga Choi itu tersenyum ketika mendapat pesan dari orang yang sudah sejak tiga puluh menit lalu dia tunggu kepastiannya. Bersemangat membayangkan serunya merayakan ulang tahun bersama orang yang dia suka.

Oke! Aku tunggu, love u.

Dia terkekeh sendiri ketika membalas pesan seperti itu. Pasti dia tersipu, pikirnya.

Hahaha, iya Byungchan.

Byungchan sedikit cemberut begitu membaca balasan pesannya. Selalu saja dia tidak pernah membalas ungkapan cintanya. Tapi tak apa lah, yang penting dia bisa datang. Byungchan beralih ke figura kecil yang dia simpan diatas nakas samping tempat tidurnya. Lucu sekali melihat foto itu, foto dia dan Seungwoo.

Ya, Han Seungwoo. Laki-laki yang selalu Byungchan rindukan setiap harinya. Bahkan hari ini pun Byungchan sedang merindukan Seungwoo. Padahal dia baru 2 hari saja tidak bertemu. Byungchan tahu kalau Seungwoo sedang mengurus kepindahan rumahnya. Ah, sepertinya Byungchan memang sudah tergila-gila oleh Seungwoo.

PERFECT FAMILY?Where stories live. Discover now