1.PINDAH RUMAH

5.7K 332 13
                                    

Berpindah ke rumah baru mungkin akan menjadi hal paling menyebalkan bagi Dohyon. Seperti hari ini saja contohnya, siang-siang begini dia harus repot mengangkat koper-koper besar milik Mama dan kakak perempuan nya kedalam mobil. Jika bukan karena Papa nya yang berteriak menyuruh dia membantu, mana mau dia seperti ini.

"Gak sekalian punya gue nih?" Dohyon menendang koper yang berada di depannya ketika mendengar godaan abangnya, Minhee.

"Emangnya gue babu?!"

"Dih, marah-marah. Keriput nanti baru tau rasa lo." Minhee menjulurkan lidahnya, meledek.

Seungwoo yang sedari tadi berada di belakang mereka, tengah mengangkat lemari-lemari yang memang masih sangat dibutuhkan itu kedalam mobil yang khusus dia pesan untuk mengangkut barang-barang besar, menggelengkan kepalanya ketika melihat si sulung dan si bungsu saling adu bicara.

"Bang, bantuin adik kamu tuh, Dongpyo. Kasian dia bawa koper segede gitu gak kamu bantuin, heran." Nasihat Seungwoo, yang spontan dibalas juluran lidah oleh Dohyon. Minhee berdecak, lalu kemudian sambil mengeluh dia membantu Dongpyo memasukan kopernya ke dalam bagasi mobil.

"Gak usah bantuin bang kalau ga ikhlas," sembari memasukkan beberapa barang milik anak-anaknya. Wooseok, si ibu keluarga Han ini menasihati Minhee yang terus-menerus mengeluh ketika melakukan sesuatu yang disuruh.

"Ikhlas kok." Katanya, tapi tidak sesuai dengan wajahnya yang tertekuk.

"Ade juga, kalau gak mau disuruh-suruh ya udah tinggal diem. Mama gak suka liat orang kerja sambil misuh-misuh kaya gitu, mending gak usah sekalian." Dohyon tidak menjawab, tapi terlihat jelas di wajahnya kalau dia tidak dalam mood yang baik.

Berbeda dengan Dongpyo, anak kedua dari Seungwoo dan Wooseok itu terlihat dengan telaten membantu Wooseok. Tidak banyak mengeluh, pekerjaan nya pun beres dengan cepat. Barang-barangnya sudah lengkap, dan tinggal dirinya saja yang bersiap. Tidak seperti Minhee dan Dohyon, mereka terlihat beberapa kali kembali ke dalam rumah, mengambil barang yang tertingal, karena mungkin mereka mengerjakan nya sambil mengeluh.

Dan satu lagi, anak perempuan satu-satunya Seungwoo dan Wooseok. Wonyoung namanya. Terlahir hanya berbeda 2 menit dengan Dohyon membuatnya menjadi kakak kembar Dohyon.

Wajahnya sama persis seperti Dohyon, walaupun dia perempuan dan Dohyon laki-laki. Hanya sifatnya saja yang berbeda, Wonyoung sedikit cerewet untuk penampilan, sedangkan adiknya itu cerewet di bidang makanan.

"Minum dulu," Seungwoo tersenyum begitu istrinya menyodorkan satu gelas besar air putih. Jika ada yang bertanya, kenapa tidak minum kopi seperti suami pada umumnya?

Tidak ada alasan yang spesifik. Wooseok hanya tahu Seungwoo ingin segelas besar air putih jika sedang lelah.

"Abisin, Woo." Seungwoo menggeleng, kemudian kembali fokus memerintahkan beberapa orang yang ikut membantunya siang ini. Wooseok mendelik sebal. Dasar Seungwoo, kebiasaan.

"Pah, mau pergi jam berapaa?" Wonyoung terlihat sudah malas menunggu. Di dalam rumah sudah sebagian dikosongkan, Papanya bilang akan dilanjutkan besok untuk mengosongkan semuanya. Tapi yang Wonyoung lihat sekarang hanya Papanya yang sibuk menukar-nukar posisi lemari, dan beberapa perabotan besar di dalam mobil kolbak.

Minhee melirik Wonyoung, lalu mengikuti arah mata si adik, berharap yang ditanya menjawab 'sekarang, ayo pergi'. Tapi ternyata nihil, dia malah menjawab, "sebentar ya anak-anak. Jangan banyak ngomong yang penting kita pergi."

Dan spontan membuat keempat remaja itu menghempaskan tubuhnya lagi ke atas sofa yang masih berada di teras. Wooseok yang berdiri di samping Seungwoo hanya terkekeh melihatnya, "Ma, hospot." Tapi hancur ketika salah satu anaknya dengan enteng berteriak seperti itu.

Wooseok menghampiri mereka, ikut terduduk di samping Wonyoung. "Tiap hari Mama kasih uang dipake apaan sih?" Sama seperti Minhee dan Dohyon sebelumnya, Wooseok menyalakan hospot sembari misuh-misuh.

Pelaku yang tak lain adalah Dongpyo, si anak rajin yang telaten tapi tak pernah bermodal jika urusan internet, hanya ber-hehehe sambil menyambungkan jaringan hospot Wooseok.

"Harusnya beda jatah ma, kuota ya kuota, jajan ya jajan." Dongpyo mencoba membela diri. Ralat, dianya saja yang tidak tahu diri. Hampir setiap hari hospot Wooseok tidak pernah absen menyala.

"Minta ke Papa." Tegas Wooseok.

"Beda Ma, kalau ke Papa kan jatahnya aku jajan Shopee.." Wonyoung menyahuti.

"Pusing ah, gak usah ikut pindahan aja kalian. Diem disini." Pernyataan Wooseok barusan membuat Minhee dan Dohyon tertawa sekeras-kerasnya. Tidak ada yang lucu memang, mereka hanya senang kali ini tidak ikut dimarahi.

"Ih Mama!!" Wonyoung mengerucutkan bibir kecilnya. Dan benar-benar membuat Dohyon mual. Sedangkan Dongpyo hanya diam. Ya mau bagaimana lagi, kalau membalas ucapan Wooseok yang ada malah hospot nya yang musnah. Sorry Wonyoung, Dongpyo masih sayang hospot, tidak bisa ikut membela dulu.

***

"Cap cip cup kembang kuncup, pilih mana mau di cup!" Telunjuk Dongpyo mengarah tepat di depan Minhee, membuat yang ditunjuk kegirangan. Tapi disisi lain Dohyon berdecak, Wonyoung berteriak tidak terima, dan Dongpyo malah menyalahi jari telunjuknya.

"Gausah pada autis gitu dong. Deal ya? Mulai hari ini sampai seterusnya kamar gue di sono." Minhee cekikikan sambil menarik kopernya mengarah ke lantai dua, ke kamar yang menjadi keinginan semua anak anak Seungwoo ini.

Ada apa dikamar itu? Tidak ada yang terlalu spesial sebenarnya. Hanya saja tangga menuju kamar itu terlihat berbeda, seperti dibuat khusus. Jadi dirumah baru keluarga Han ini terdapat dua rangkaian tangga menuju lantai atas. Nah, kamar Minhee ini punya tangga pribadi, jadi ketika menaikinya nanti akan langsung bertemu pintu kamar.

"Pyo mau tidur ditengah-tengah Mama sama Papa aja kalau gitu."

Seungwoo yang sedang sibuk berlalu lalang keluar dan kedalam rumah untuk menata barang-barangnya, dia terkekeh begitu mendengar Dongpyo. Jadi teringat ketika si anak kedua ini masih bayi. Meskipun lahir setelah Minhee, tapi Seungwoo dan Wooseok baru merasakan sensasi senang, pusing, dan kesal karena tangisan bayi itu dari Dongpyo.

Hampir setiap hari Dongpyo tidak pernah lepas dari Wooseok, walaupun hanya untuk ditinggal ke kamar mandi. Dan setiap hari pula Dongpyo selalu tidur di tengah-tengah Seungwoo dan Wooseok, sampai berumur 4 tahun bahkan. Kalau dulu, ada rasa bangga tersendiri untuk Seungwoo kalau dia berhasil membuat Dongpyo tertawa dan tidak rewel lagi.

Berbeda ketika mereka memiliki Minhee. Sepertinya hanya tawa yang mereka dapatkan setiap harinya. Sehingga tidak perlu susah-susah saat mengasuhnya. Ditinggal seminggu pun aman kalau dia. Tapi tetap saja, abang Minhee adalah anak yang paling dinanti-nantikan kelahirannya oleh Seungwoo dan Wooseok.

"Mau?" Tanya Seungwoo. Dongpyo mengangguk, walaupun tahu jawaban yang sebenarnya adalah tidak mungkin. Wooseok sedang sensian belakangan ini, Dongpyo juga tidak mau masuk ke kandang singa walaupun hanya untuk semalam. Tidak terbayang dan tidak mau membayangkan.

"Gak!" Wooseok yang mendengar Seungwoo dan Dongpyo langsung menyahut dari arah dapur.

"Ketawa aesthetic dulu ah, O W K O W K O W K." Dohyon menyahuti ketika dia melihat ekspresi Dongpyo yang seperti tidak punya harapan hidup lagi.

"Diem lo Doalper!"

"Doalper apaan?"

"Dohyon always laper!"

"Syaland, punya kakak ko random banget,

























Heran Doalper."

***

Doalper stan ada?

PERFECT FAMILY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang