3 (B). Cireng Pembawa Takdir

3.8K 226 16
                                    

***

Haiii! Ada yang nungguin cerita ini gaak? ohiya sebelum mulai aku tegasin lagi yaa karena kemarin ada yang nanya juga. Jadi cerita ini tuh merupakan kisahnya Rifa dan Aldino sekaligus prequelnya dari IPA & IPS.

Maksudnya gimana kak??

Jadi cerita ini tuh terjadi pada saat Rifqi masih kelas 11 yaa, artinya Michelle juga belum ada dia masih ada di sekolah lamanya. Selain itu juga di cerita ini Rifqi dan Arin itu masih jadian dan putusnya hubungan itu tuh ada kaitannya dengan Rifa dan Aldino juga, kepo gaa kira-kira kenapa? wkwk

Sebelum baca, boleh dong minta spam commentnya!

Kalian baca tanggal berapa?

Jam berapa?

Hari apa?

Makasih atas antusiasmenya! met baca❤️

***

Tangan kanan pak Jaya tidak berhenti menari di atas papan tulis. Setiap soal matriks yang ditanyakan oleh muridnya dia jawab secara gamblang di atas papan tulis. Entah mengapa kelas matematika selalu membosankan baginya. Sebenarnya salah satu alasan dia memilih untuk masuk kelas IPS itu karena dia ingin menghindar dari pelajaran ini. Namun rupanya, dia masih berjumpa dengan matematika dan Pak Jaya.

"Gimana ada yang mau ditanyakan?" tanya Pak Jaya setelah menyelesaikan soal matriks terakhir di papan tulis.

"Pak itu dapet angka tiga dari mana ya?" Ani, salah satu murid di kelas 11 IPS 2 mengacungkan tangannya.

Rifa menghela napasnya. Sebentar lagi Pak Jaya pasti akan meledak. Meskipun guru itu telah memberikan kesempatan untuk muridnya bertanya hal yang kurang dimengerti, Pak Jaya tidak akan menerima pertanyaan apapun. Pak Jaya bertanya seperti itu hanya sebagai formalitas dan basa-basi saja.

"Kamu ini! Makanya perhatikan pas bapak sedang menjelaskan, kan tadi sudah bapak bilang kalau..." Pak Jaya lanjut menjelaskan pertanyaan Ani penuh dengan emosi.

Ani mengernyit setiap kali dia mendengar hentakan dari pak Jaya. Padahal dia bertujuan untuk mencari perhatian dari guru itu agar dipandang sebagai murid yang baik, rencananya gagal begitu saja.

"Lo kalau bener-bener penasaran mending gak usah nanya, belajar sendiri aja," bisik Farrel kepada Ani yang duduk di depannya.

"Yang ada lo kena semprot gini kan," lanjut Farrel.

Perut Rifa mulai terasa sangat sakit di tengah pembelajaran. Rifa berusaha untuk menahan rasa laparnya meskipun dia tahu bahwa bel istirahat berikutnya masih lama. Kini masih tersisa kurang lebih satu jam lagi sebelum jamnya makan siang.

Rifa berusaha untuk melupakan rasa laparnya itu. Dia mengalihkan pikirannya dengan berusaha untuk memahami materi yang ada di papan tulis itu. Rifa juga akhirnya membuat catatan kecil pada kelas matematika kali ini.

Saking terburu-buru, Rifa tidak sengaja menuliskan rumus yang salah pada catatannya. Dia kemudian merogohkan tangannya ke dalam kolong meja untuk mengambil penghapusnya.

Rifa mebelalakan matanya. Dia tidak sengaja menyentuh sesuatu yang hangat di dalam kolong mejanya itu. Dengan hati-hati, Rifa menundukkan kepalanya untuk melihat barang yang baru saja dia sentuh.

Rifaldino (PREQUEL IPA & IPS) [TAMAT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz