32. Hilang

978 61 4
                                    

***

"Aneh ya? padahal belum pernah memiliki tapi semestaku runtuh begitu saja hanya karena kehilangannya."

***

Pada jam istirahat kali ini Rifqi menyempatkan dirinya untuk menghabiskan waktunya bersama Arin. Dia tidak mau mengulang kesalahannya lagi yang kemarin-kemarin. Rifqi tahu akibatnya jika dia mulai cuek dan mengabaikan Arin begitu saja. Meskipun gadis itu tampak baik-baik saja, namun pada kenyataannya gadis itu selalu membuat kekacauan hanya untuk mendapatkan perhatian darinya.

Namun tak bisa dipungkiri Rifqi tidak bisa berhenti memikirkan Rifa. Jangankan membahas hubungan Rifa dan Arkanza, hubungannya saja dengan gadis itu kini sudah berubah seratus delapan puluh derajat. 

"Kak Rifqi boleh foto bareng gak? Kita dari tim jurnalistik nih," Tanya seorang adik kelasnya. Kedatangan dua siswi itu berhasil memecahkan lamunannya. Entah sejak kapan mereka ada disebelahnya, Rifqi tidak menyadari kedatangan kedua adik kelasnya itu.

Rifqi melirik Arin yang berada di sebelahnya dengan ragu-ragu. Sebelum menjawab, cowok itu ingin memastikan reaksi Arin terhadap permintaan dari adik kelasnya itu. Beberapa minggu yang lalu dia sempat bermasalah dengan Agnes dan Arin hanya karena Agnes mengunggah foto berduanya di sosial media.

Dari gerak-gerik Rifqi, adik kelasnya itu sadar akan kondisinya yang kurang tepat. Tampaknya Rifqi butuh persetujuan dari kekasihnya terlebih dahulu untuk menanggapi permintaan itu.

"Kak Arin boleh gak?" Tanya adik kelas itu pada Arin dengan keberaniannya.

Pemilik nama itu nyaris tersentak. Dia tidak menyangka bahwa adik kelasnya ini akan berani bertanya langsung padanya.

Kini perasaan bimbang menyelimuti dirinya. Sebetulnya Arin sendiri pun tak punya alasan untuk melarang Rifqi tapi tetap saja ada perasaan mengganjal di hatinya. Dia tidak rela jika kekasihnya harus difoto dengan gadis lain.

"Boleh kok santai aja," jawab Arin tersenyum canggung.

"Beneran?" Tanya Rifqi menganga tidak percaya.

"Iya cepetan, itu mereka lagi ngerjain prokernya, kasian," jawab Arin sambil mendorong-dorong tubuh Rifqi agar cowok itu segera bangkit dari tempat duduknya.

Senyum dari wajah kedua adik kelasnya itu langsung mengembang dengan sempurna, "Makasih banyak ya kak!!"

Rifqi segera bangkit dari tempat duduknya. Ketua OSIS itu mengikuti arahan dari kedua adik kelasnya untuk melakukan sesi pemotretan.

"Eh sekalian aja yah foto sama kak Agnes juga," ujar salah satu adik kelasnya itu yang menyadari akan keberadaan Agnes.

Uhuk!

Arin yang tengah menikmati es jeruknya langsung tersedak ketika mendengar nama itu disebut. Ini yang dia takutkan jika Agnes dan Rifqi terpilih menjadi pasangan ketua dan wakil ketua OSIS, mereka akan semakin dekat karena ikatan itu.

Pemilik nama itu langsung melirik ke sumber suara. Dia kemudian langsung menghampiri adik kelasnya itu yang baru saja memanggilnya.

"Kak kami dari tim jurnalistik mau minta foto boleh ga?"

"Ohh boleh," jawab Agnes dengan santainya.

Arin melotot tidak percaya. Dia tidak menyangka bahwa Agnes akan menjawab semudah itu tanpa beban. Padahal dia dan Agnes pernah terlibat dalam masalah yang cukup besar hanya karena foto yang Agnes unggah ke sosial medianya.

"Fotonya berdua aja yah kak buat di mading ini," adik kelasnya itu mengarahkannya.

Dada Arin seketika terasa sesak. Dia tidak bisa membayangkan jika foto mereka terpampang di mading sekolah. 

Rifaldino (PREQUEL IPA & IPS) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang