25. Simbiosis Mutualisme

1K 57 1
                                    

Seperti biasa kita ritual dulu yahh

Kalian baca tanggal berapa?

Hari apa?

Jam Berapa?

SPAM RANDOM COMMENT DISINII!!

Makasii udah mau jawab, lov u

met baca all <3

***

"Pada akhirnya takdir lah yang merestui kita untuk menepati atau mengingkari sebuah janji."

***

"Fa lo duluan aja deh gue mau ke kantin dulu bentar beli minum," ujar Ani setelah mereka selesai mengganti baju mereka dengan seragam putih abu-abu.

"Ayo gue temenin."

"Eh gak-papa gak usah, lo lupa abis ini pelajaran siapa?" Ani langsung menolak ajakan Rifa.

Sebelum Rifa bertanya-tanya, Ani langsung melanjutkan ucapannya, "Pak Jaya kan sensi banget sama lo, bisa abis dimarahin lo kalo sampe ikutan telat dateng ke kelas."

Rifa terdiam sejenak. Perkataan Ani ada benarnya juga, Pak Jaya pasti akan lebih marah jika dia melihat Rifa lah yang terlambat datang ke kelasnya. "Bener juga, tapi lo gak-papa sendiri?" Tanya Rifa sedikit khawatir.

"Santai aja, lo mau nitip beliin apa gak?"

"Makaroni aja deh rasa balado, butuh yang pedes-pedes nih sambil dengerin pak jaya dakwah," jawab Rifa yang kemudian disusul dengan kekehannya.

Ani ikut tertawa, "Hahahaha, oke siap."

Rifa dan Ani pun melangkah ke arah yang berbeda. Sebelum Rifa sampai di dalam kelasnya, langkah gadis itu secara tidak sadar terhenti di tengah-tengah perjalanan. Lebih tepatnya, dia berhenti di depan mading sekolah.

Tubuh Rifa terasa lemas seketika. Dia tidak menyangka bahwa ternyata suatu hal yang selama ini dia anggap tidak mungkin terjadi malah berubah menjadi sebuah fakta. Kini PORSENI gagal diadakan tahun ini menjadi sebuah fakta yang cukup mengejutkan bagi Rifa.

Rifa tentu kecewa setelah melihat informasi itu. Namun dia paham Arkanza selaku ketua OSIS untuk periode tahun ini pastinya sudah membuat keputusan yang baik. Rifa tidak tahu apa yang terjadi di belakang sana. Namun dia yakin Arkanza telah berjuang semaksimal mungkin untuk mengadakan PORSENI meskipun kali ini dia harus gagal.

Rifa yang hendak melanjutkan langkahnya kembali terdiam. Pandangannya kini terpaku pada punggung seseorang yang sedang bersandar di dinding pada pertigaan koridor sekolahnya. Rifa merasa tak asing dengan pemilik punggung itu.

Seketika perempuan itu lupa untuk segera kembali ke kelasnya. Rasa penasarannya kini mengarahkannya untuk menghampiri pemilik punggung tersebut.

"Kak Arkan?" Panggil Rifa ragu-ragu.

Sebelum Arkanza berbalik dia sudah tahu siapa yang datang kali ini. Hanya Rifa yang memanggilnya seperti itu. Dia sengaja membuat Rifa menjadi sosok yang spesial dalam hidupnya meskipun sebetulnya mereka belum sedekat itu.

"Sendirian aja kak? Lagi jamkos yah pasti," tebak Rifa asal.

Masih belum ada respon dari Arkanza. Cowok itu tetap diam. Mulutnya tertutup rapat tak seperti biasanya.

"Enak banget deh gue juga pengen lah ada jamkos gini," Rifa melanjutkan ucapannya, gadis itu masih berusaha untuk mencairkan suasana.

"Ohiya gimana kak sama tugas akhir–"

"Gue gagal Fa," Arkanza langsung memotong ucapan Rifa.

Rifa terdiam. Bibirnya langsung tertutup rapat dalam sekejap.

Rifaldino (PREQUEL IPA & IPS) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang