35. Kemudahan

753 63 9
                                    

Seperti biasa kita ritual dulu yahh

Kalian baca tanggal berapa?

Hari apa?

Jam Berapa?

SPAM RANDOM COMMENT DISINII!!

Makasii udah mau jawab, lov u

met baca all <3

***

"Kenapa masih dipaksa? Bukankah udah cukup jelas tandanya segala sesuatu akan dipermudah jika memang sudah takdirnya."

***

Rifa menghela napas panjangnya. akhirnya dia bisa berstirahat dengan tenang setelah menyelesaikan semua soal matematika yang ditugaskan. Gadis itu langsung melemparkan tubuhnya pada ranjang. Sudah waktunya untuk memanjakan tubuhnya setelah memaksakan otaknya untuk terus bekerja selama berjam-jam.

Setelah bertemu dengan Aldino, Rifa merasa ada banyak hal yang telah berubah dari dirinya. Meskipun cowok itu telah pergi tapi tetap saja masih ada kegiatan-kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan bagi Rifa. Salah satunya adalah mengerjakan tugas secara mandiri.

PRANGG!!

Rifa otomatis segera bangkit dari ranjangnya. Dia baru saja mendengar suara yang cukup keras dari bawah. Gadis itu kemudian segera turun mencari sumber suaranya.

Rupanya bunyi pecahan itu berasal dari piring keramik yang tak sengaja Regyna jatohkan di dapur.

"Bunda gak-papa?" Tanya Rifa ketika gadis itu sudah berada di hadapan ibunya. Napasnya masih tersenggal-senggal. Wajahnya terlihat pucat saking paniknya.

"Gak-papa tadi licin piringnya jadi pecah," jawab Regyna sedikit gelagapan. 

Rifa terdiam sejenak. Dia merasa ada yang Regyna sembunyikan darinya. Rifa punya firasat ada sesuatu yang tidak beres kali ini.

Regyna membungkukkan tubuhnya berusaha untuk memungut keramik-keramik yang sudah tidak berbentuk seperti piring.

Sebelum Regyna menyentuh kepingan keramik itu, Rifa sudah lebih dulu menahan lengannya, "Udah nanti biar Rifa aja yang beresin."

Rifa terkejut dengan suhu lengan ibunya yang terasa sangat panas. Sebetulnya dari raut wajah Regyna saat ini juga sudah terlihat bahwa wanita paruh baya itu sedang tidak baik-baik saja.

Tanpa seizin ibunya, Rifa menempatkan punggung tangannya di dahi Regyna untuk memastikan dugaannya. Ternyata benar, Regyna demam. Wanita paruh baya itu kurang sehat.

"Panas banget," Saking panasnya suhu tubuh Regyna Rifa langsung menyingkirkan punggung tangannya dari dahi ibunya.

"Bunda kenapa gak bilang sama Rifa?" Tanya Rifa penuh dengan kekecewaan.

Regyna menghela napasnya, kali ini dia tak punya pilihan lain selain berkata jujur pada anak sulungnya, "Bunda gak berani ganggu kamu barusan, kamu tadi belajarnya serius banget."

"Ih Rifa lagi nyantai kok," Rifa meluruskan.

Regyna tak menghiraukan ucapan anaknya. Dia hendak melanjutkan pekerjaannya. Masih ada beberapa alat makan yang belum sempat dicuci.

"Udah bun nanti Rifa yang lanjutin, bunda istirahat aja sekarang," Rifa kembali menahan lengan ibunya sebelum Regyna kembali menyentuh cucian.

Tanpa berlama-lama, Rifa segera menuntun ibunya sampai ke kamarnya.

"Sebentar Rifa bawain obatnya dulu yah," ujar Rifa sebelum dia meninggalkan ibunya sejenak.

Rifa segera berlari mencari kotak obat yang ada di rumahnya. Gadis itu meringis pelan saat menemukan kotak yang dia cari itu. Tak ada stock parasetamol sama sekali di dalam kotak obat itu.

Rifaldino (PREQUEL IPA & IPS) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang