Duda dan Tingkahnya

Mulai dari awal
                                    

"Santai aja, jadi sedang dekat dengan siapa?"

"Jujur atau bohong?"

"Jujurlah!" sahut Megan. Megan sangat menikmati makanan dan es krim di restoran ini. Rasa serta olahan rempah pada makanan terasa sekali dan menyesal ketika makanan sudah mulai habis.

"Aku sedang dekat seorang duda," ucap Fredella. Sejak mereka saling mengenal, keduanya saling terbuka untuk urusan asmara.

"Oh." Megan mengangguk-angguk.

"Nggak kaget?"

"Biasa aja. Fredella, jatuh cinta itu kebutuhan setiap orang, mau duda atau nggak sama aja kok," jelas Megan.

Fredella tersenyum. Tidak hanya Mama, Megan pun sama tidak menghakimi tentang asmara Fredella— ia tadinya sedikit takut, takut Megan menghakimi dirinya karena memilih duda padahal laki-laki selain duda banyak sekali.

"Thanks ya!"

"Santai aja, Fredella, kalau dia menyakitimu baru aku maju," sahut Megan sembari terkekeh.
Betapa beruntungnya memiliki sahabat seperti Megan— Fredella benar-benar berharap kedekatan membaik dengan Megan.

"Punya anak?"

"Iya, sudah besar."

"Umur berapa?"

"Dua belas tahun kalau tidak salah."

Megan tersedak. Fredella panik segera menepuk punggung Megan agar berhenti batuk karena tersedak.

"Hati-hati, Meg."

"Kaget mendengar anaknya sudah besar, berarti dia nikah muda ya?" ucap Megan setelah lebih baik.

"Sudah besar ya." Jemari Fredella mengetuk-ngetuk meja, "Sepertinya memang nikah muda." Jawab Fredella

Megan mengangguk. Menaruh kembali cup es krim— Megan sejenak berhenti makan agar tidak tersedak lagi.

"Pasti om-om?"

"Tiga puluh lima tahun, om-om bukan?" Fredella berbalik tanya.

"Kalau hot nggak sih."

Fredella memukul bahu Megan dengan ringan— ucapan ceplas-ceplos khas Megan memang tidak hilang sejak dulu. "Dasar!"

"Seriusan, Fredella. Kalau duda nggak hot, ganteng buat apa?"

"Buat pajangan," sahut Fredella.

"Nggak banget deh." Megan menggeleng-gelengkan kepala. Megan bahagia mendengar kisah asmara Fredella yang terlihat bahagia ini, berbeda dengan Megan dan kisah cintanya yang sulit mengerti.

"Hai!"

Mereka sedang melanjutkan obrolan mereka, tetapi terputus tatkala sebuah suara terdengar di telinga keduanya. Megan terkejut, matanya tak berkedip. Bian ada di depan sudah tidak memakai seragam chef lagi, mungkin sudah mulai santai, bibir Megan terkatup— pandangan mata saling bertemu.

"Mas Bian!"

"Meg ...."

Ketiganya sama-sama terkejut dengan pertemuan dimeja nomor sepuluh ini.

"Kalian kenal?"

Keduanya kompak mengangguk.
Megan tidak percaya jika Bian bekerja di tempat sahabatnya, Megan terlambat mengetahui semua. Bian terlalu misterius sehingga Megan kesulitan mencari tahu tentang kehidupan Bian.

"Jangan bilang Mas bekerja di—"

"Iya."

"Ya ampun." Megan menghela napas panjangnya. Masih terlalu mengejutkan kenyataan hari ini.

"Kenapa tidak bilang bekerja di sini, Mas?"

"Kamu tidak bertanya," jawab Bian.

Bian salah satu pria dengan tingkat kepekaan yang jauh sekali, Bian susah untuk mengerti Megan sedikit saja.

"Karena kamu selalu bungkam. Membuatku malas bertanya," balas Megan.

Fredella kebingungan. Ingin bertanya pada keduanya.

"Kalian kenal atau bagaimana?" Fredella membuka suara agar mengobati rasa penasaran.

"Dia calon suami aku, Fredella."

Fredella terdiam, sangat-sangat terkejut. Terakhir Bian berbicara tentang asmaranya sebulan yang lalu— masih bersama model terkenal. Apa mungkin Megan adalah perempuan yang Bian katakan beberapa hari lalu.

"Chef kok nggak bilang?" tanya Fredella.

"Dia memang begitu Fredella. Terlalu tutup mulut." Bukan

Bian yang menjawab melainkan Megan.

"Bukan beg—"

"Sudah-sudah jangan dibahas. Kita duduk di sini saja, restoran sudah lumayan sepi," kata Fredella pada keduanya.

Fredella tidak mempermasalahkan, ia malah senang karena ternyata Megan dan Bian saling mengisi hati. Fredella senang mendengar ini.

-TBC-
Kelanjutan Duda Dan Tingkahnya ada di Karyakarsa silahkan cek di sana ya, nama Karyakarsa Marronad.
Terima kasihh^^

Instagram: Marronad.wp
Marronad

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang