32

15.1K 645 11
                                    

Dentuman suara musik DJ menggema ditempat sangat tertutup—tempat orang melampiaskan masalah-masalah kehidupan. Minuman berakoholpun menjadi menu utama tempat hiburan malam. Tidak hanya itu, berjoget di iringin music yang dibawakan seorang DJ handal mampu menghilangkan stres meskipun hanya sementara.

Cowok berjaket kulit—terduduk sendiri disalah satu meja bar. Cowok dengan penampilan super berantakan itu, telah menghabiskan satu botol vodka. Mungkin terlalu berat masalah-nya.

Cowok itu tidak lain dan tidak bukan ialah Arvin Putra Ravindra. Setelah perdebatan panas antara dirinya dan perempuan yang menyandang menjadi istrinya, Arvin memutuskan mengunjungi tempat ini.

Menurutnya, tempat terbaik untuk mengistirahatkan pikiran ialah di club malam. Tempat paling manjur, melupakan segala masalahnya.

Jarum jam masih menunjukkan pukul delapan malam, masih pagi untuknya pulang. Arvin tak ashik berpesta sendiri, memanggil sahabatnya agar datang menemaninya malam ini. Jadi, ada orang yang akan membawanya pulang ketika dirinya mabuk parah.

Seseorang menepuk bahunya keras, lalu duduk didepan-nya. “Hello, brather! Sendirian aja lo.”

“Maka-nya gue panggil elo.” Jawab Arvin meneguk minuman-nya.

Delan tertawa kecil. “Elo yang bayar, kan?”

Arvin menggumam mengiyakan.

“Ok.” Delan melambaikan tangan, memanggil seorang bartender. “Kaya biasa ya, bang.”

“Ok.” Balas bartender itu. “Nggak kaya Arvin sekalian?”

Delan mentap botol Arvin. “Lah, tumben lo pesen vodka. Biasanya juga lo minum red wine.”

“Gara-gara red wine, gue ditabrak mobil.” Arvin menjawab asal.

“Alesan doang lo.” Bantah Delan. “Gue kaya biasa aja, bang.”

“Siap, tunggu bentar!” Bartender itu meninggalkan meja Delan dan Arvin.

Delan mengeluarkan hp, sekalian menunggu minuman-nya datang. “Devano nggak lo ajak?”

“Nggak bisa, ada acara keluarga.”

Delan membulatkan mulut, membentuk huruf 'O'. “Zanier, tantang lo balapan.”

Arvin spontan menatap Delan. “Zanier siapa?”

“Zanier Amran Sandoyo, anak SMA Jati Negara.” Jelas Delan.

Arvin mengingat sejenak nama itu. “Oh, gue inget tu anak.”

“Gimana? Lo mau kan?” Delan bertanya.

“Gue terima tantangan dia.” Arvin menjawab, pasti. “Kapan? Dimana? Gue pasti datang.”

“Ok, nanti gue kasih kabar lagi.”

“Gue tunggu.”

Delan mengangguk mengiyakan. “Hubungan lo sama Brisilla gimana?” Tanyanya penasaran, setiap kali akan menanyakan soal itu kepada Arvin. Situasi selalu tidak memungkinkan, dan kali ini waktu yang paling tepat.

Arvin menyulut sebatang rokok. “Udah kelar dari dulu.” Jawabnya menyesap benda bernikotin disela jari.

Delan menaikkan sebelah alis. “Ban*ke lo, kelar sama Brisilla ganti ke Lerin.” Umpatnya menggeleng dengan kelakuan sahabatnya.

“Lerin tuh sepupu gue.”

Delan mengernyit tidak mengerti. “Sepupu lo? Sejak kapan lo punya sepupu se-bohai itu?”

ARLEEN [END]Where stories live. Discover now