19

14.7K 697 13
                                    

"Marluk, maafin aku." Guman Aileen disela tangisnya.

Deg!

Mata Arvin terbuka lebar, emosinya memuncak mendengar nama Marluk. Mata tajam Arvin menatap kesamping–dimana Aileen menunduk dalam tangisnya. Arvin bahkan tidak merasakan sakit ditangan dan kakinya–karena raganya dikuasai oleh emosi.

"Apa perempuan itu ada sangkut pautnya tentang kematian Marluk?"

–––––––––––—–——

“Apa hubungan lo sama Marluk?”

Mata Aileen membulat lebar, perempuan itu mengangkat kepala  hingga dapat melihat wajah Arvin memerah. Entah merah karena menahan rasa sakit atau marah Aileen tidak tahu.

“Jawab pertanyaan gue!” Suara Arvin terdengar serak tetapi masih dengan nada membentak.

Dengan cepat, Aileen mengusap air matanya kasar dengan sedikit menurunkan masker penutup hidung. “Kakak udah sadar? Mau minum?” Tanya dan tawar Aileen beruntun.

“Jawab pertanyaan gue!” Arvin kembali melontarkan pertanyaan-nya.

Kepala Aileen menunduk takut–takut Arvin berakhir menjauhinya. “M-Marluk sahabat aku.” Jawab Aileen gagap.

“Jadi, lo juga tahu siapa Dila?”

Aileen diam. Ia tidak tahu harus menjawab seperti apa, jadilah cewek berlesung itu diam—tidak menjawab pertanyaan Arvin.

“Shttt...” Tangan kiri Arvin memegang lengan kanan—terasa nyeri ketika ia gerakkan sedikit.

Dengan sigap, kedua tangan Aileen mengusap pelan lengan Arvin—menggantikan tangan kiri cowok itu.

“Tangan gue kenapa, ngilu gini.” Tanya Arvin sedikit meringis.

Aileen menghembuskan nafas kasar. “Lengan sama kaki kakak patah, gara-gara kecelakaan tadi pagi.” Jelas Aileen sambil tangannya masih mengusap pelan tangan Arvin.

“Operasi?” Tanya Arvin melupakan topik sebelumnya.

Aileen mengangguk menginyakan.

“Lo kenapa pakai masker? Gue bau?” Tiba-tiba sikap Arvin berubah menjadi lembut kepada Aileen.

Arvin merupakan tipe cowok yang sulit ditebak. Kapan cowok itu bersikap baik dan kapan cowok itu bersikap buruk, tidak ada yang tahu.

“Kakak udah tau kan, aku nggak suka bau obat.” Jawab Aileen senang—karena Arvin menunjukkan sikap baik dengan-nya.

Entah kerasukan setan dari mana, Arvin melihatkan senyuman pertama yang diberikan untuk Aileen. “Kenapa nggak pulang aja.”

Jantung Aileen berdetak tidak normal,  melihat senyuman yang tercetak dibibir Arvin. “T-terus kalau aku pulang, kakak sama siapa?”

“Sendiri.” Jawab Arvin singkat, tetapi matanya masih menatap mata indah Aileen.

Aileen menggelengkan kepala heran.

“Kapan aku operasi?” Selain merubah nada bicara, Arvin juga merubah gaya bahasa menjadi aku-kamu.

“Nanti jam satu, dua jam lagi.”

Tangan kiri Arvin tiba-tiba bergerak memegang pergelangan tangan Aileen.

Deg!

Tubuh Aileen menegang seketika karena sentuhan tangan Arvin. Aileen diam tak berkutik, perempuan itu masih bingung dengan perlakuan baik Arvin tiba-tiba.

ARLEEN [END]Where stories live. Discover now